Langit kian menggelap. Sang dewi malam mulai menampakkan pesonanya yang ikut menghiasi indahnya langit malam dan dapat membius para pecinta malam.Sang raja siang telah kembali ke peraduannya sejak setengah jam lalu, bahkan semburat jingga yang selalu setia menyertainya pun juga telah ikut menghilang.
Siang telah berganti malam. Dibatasi oleh waktu komunikasi yang telah ditetepkan oleh sang pencipta untuk mendengarkan keluh kesah dari hamba yang tak pernah merasa cukup meski segunung emas dilimpahkan kepadanya.
Kali ini rumah Devan-lah yang menjadi tempat pilihan sebagai saksi dilaksanakannya ibadah yang telah menjelma menjadi kebutuhan dari sekedar kewajiban itu.
Di menit berikutnya, mereka telah siap di mobil Devan, memulai perjalanan untuk menunaikan janji pemuda itu. Baru beberapa meter mobil melaju, Devan mengulurkan tangan kirinya ke hadapan wajah Nada, membuatnya mengernyit bingung terlebih karena Devan juga menggerak-gerakkannya.
"Kenapa?".
"Nomor orang tua, biar Gue yang minta izin sekalian ngucapin pertanggungjawaban."
Ragu-ragu Nada mengeluarkan ponselnya. Dikontaknya nomor sang ibu. Ditunggunya hingga panggilan terhubung.
Ketika telepon terhubung, teriakan panik khas seorang ibu langsung memenuhi indera pendengaran Nada.
"Sedang di mana Kamu?"
Suaranya terdengar begitu nyaring membuat Nada harus menjauhkan benda pipih persegi itu dari telinganya demi menghindari kerusakan pada indera pendengarannya.
Mendapati gerakan Nada yang spontan menjauhkan ponselnya, Devan segera meminta agar benda itu dipindahtangankan kepadanya.
"Selamat malam Tante" Sapanya, terdengar hangat di telinga Nada. Berbeda drastis dari bahasa yang acapkali ia gunakan dalam keseharian yang terkesan dingin dan kaku tanpa ada kehangatan di dalamnya.
"Nama saya Devano Eridanus, Tante. Kali ini saya yang bertanggungjawab atas terlambatnya kepulanagan putri Tante".
Tawa renyah terdengar beberapa detik setelahnya. Sepertinya pihak lawan bicara mulai terpengaruh umpan berkedok penghasutan itu.
"Iya Tante, tenang saja, putri Tante akan pulang dengan selamat tanpa ada kekurangan berarti" lagi, pemuda itu tertawa renyah "Makasih ya Tante, see you". Dan panggilan diakhiri.
Devan menyerahkan kembali benda itu kepada empunya "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, semua dipastikan aman" Ucapnya bagai peneliti yang bertugas mengawasi aktivitas pergerakan magma.
"Sebenarnya kita mau ke mana?" Tanya gadis itu tetap penasaran dengan ke keukuhan Devan merahasiakan tujuan mereka pergi.
"Just wait and see" Ucapnya enteng. Sedang tangannya yang terulur menyalakan pemutar musik di dalam mobilnya.
Nada hendak bertanya lagi, namun alunan lembut sebuah lagu menarik perhatiannya. Samar-samar ia bergumam mengikuti alunan musik.
All the butterflies i felt inside
Never really mattered
Wishfull though and sudden smile
Ended being shattered
What are we supposed to be i'm hopelessly
Addicted to you
But you never felt the same
"Gue nggak nyangka Elo hafal betul lagu ini" Ujar Devan di sela suara merdu Darren Espanto yang mengalun dari pemutar musik.
Nada mengangguk "Akhir-akhir ini Gue memang lagi seneng banget sama lagu ini. Alunannya menenangkan jiwa".
"Penyanyinya memang masih terlalu muda. Tapi bakatnya sudah nggak bisa diragukan lagi" cerocos Nada membuat Devan menaikkan sebelah alisnya.
Nada tersadar dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangan "Ups... sorry... Gue kebanyakan omong, ya".
Devan hanya terkekeh mendengar Nada berceloteh tentang sang penyanyi "Pasti Elo sudah stalk abis biodata penyanyinya. Atau bahkan Lo hafalin".
Nada segera memalingkan wajahnya, bagaimana bisa dia tahu, batinnya.
Devan kembali terkekeh "Kenapa nggak sekali -kali Gue yang Lo stalk".
Kali ini Nada tersentak, ia toleh kembali Devan. Nihil, tidak didapatinya petunjuk maksud dari ucapan Devan. Justru kini pemuda itu tampak bergumam mengikuti alunan musik. Hei... Devan juga hafal lirik lagu ini...
But maybe i was wrong along
I held onto something that never really mattered
Stuck on to starting libe i'm still
Silently quietly hoping you'll end up with me
Nada hanya bisa terdiam di tempat mendengar suara Devan yang tak kalah merdu nya dengan suara Darren. Bahkan hingga lagu berakhir dan berganti dengan lagu lain yang tak ia mengerti, Nada memilih diam dan mengabaikannya agar Devan tak menyadari keterpanaannya.
Untuk lebih meyakinkan, Nada mengalihkan pandangan kepada sebuah persegi panjang kecil yang menyembul di atas dashboard. "Apa ini?". Tanyanya sambil mengangkat benda yang dimaksud,sebuah flashdisk yang terbalut rapat dengan lakban hitam.
Devan melirik sekilas.
"Ohh... itu sumber ketenangan Gue" jawabnya santai.
Nada mengernyit bingung "Sumber kenyamanan? Tanyanya lagi "Maksudnya?".
"Puter saja biar tahu". Usulnya dengan fokus yang tak terbagi antara jalanan dan gadis di sebelahnya ini.
Bukannya menjalankan usul Devan, Nada justru mengembalikan benda itu kembali ke tempat semula dengan sedikit lemparan "Nggak lah. Itu kan isinya khusus buat cowok" ucapnya sambil bergidik.
Lagi-lagi Devan terkikik geli lantaran ucapan Nada menyinggung apa yang kaumnya pikirkan. Dengan cekatan, tangan kirinya terulur untuk memasukkan benda kecil itu ke slot USB.
Nada panik, sekuat mungin ia halangi benda itu untuk terbaca namun terlambat. Sayup-sayup suara mulai terdengar pertanda data telah berhasil terbaca. Ketika suara mulai terdengar jelas, Nada bukannya menutup telinga atau menghentikannya, ia justru terdiam. Lantunan merdu Surah Ar-Rahman memenuhi atmosfer dalam mobil.
"Itulah sumber ketenangan Gue" Ucap Devan penuh kemenangan atas pikiran Nada bahwa semua spesies cowok punya ruang mesum di dalam otaknya, nyatanya masih ada yang tidak memilikinya.
"Semua orang punya obat ketenangan masing-masing" Ucapnya bijak "Dan menurut Gue nggak ada yang lebih menenangkan daripada kalam sang pencipta".
Nada mengangguk paham dan tentu saja fakta baru ini meruntuhkan komitmennya tentang anggapan bahwa semua laki-laki itu sama saja, berhati serigala.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
STARIVER (Completed)
Teen FictionBagaimana kita bisa bertemu... Suatu hari seekor kupu-kupu terbang menghampiri seolah berkata "Ikutlah denganku, akan kutunjukan dunia yang menakjubkan ini".... Tapi kau tahu, yang kulakukan hanyalah terpuruk dalam penyesalan dan keputusasaan... Bag...