Princ10

8.2K 1.5K 94
                                    

Prilly memejamkan matanya setelah menerawang ke langit kamar dan memeluk guling sambil memiringkan tubuhnya menghadap dinding. Dan entah kenapa dinding seakan berubah menjadi kaca tapi yang terpantul bukan wajahnya tetapi raut itu. Raut seorang pria yang baru saja ia kenal. Raut bermata lentik dengan tatap dalamnya. Fokusnya kemata karna disana tempatnya terhipnotis. Tak memperhatikan bulu halus yang mulai merayap diwajahnya yang nampak berjuta misteri tersirat disana. Rambutnya yang ikal nampak dibagian depan saat hodienya tertarik kebelakang. Bahkan saat di Residential House, hodie itu tak nampak setelah ia melepas topi lebar ala koboi milik Radiles. Yang terlihat hanyalah rambutnya yang acak-acakan.

Ya, sebenarnya tanpa Prilly ketahui, Ali sendiri tak terbiasa tampil acak-acakan. Di Istana rambutnya selalu tersisir rapi menggunakan minyak rambut. Sebagai putra mahkota, tentu saja ia tak mungkin acak-acakan bila tampil didepan umum sekalipun berada dilingkungan Istana setiap harinya. Tetapi di Residential House, ia harus terbiasa apa adanya. Tak tampil layaknya prince karna memang bukan tempatnya untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Prilly membalik badan dengan membawa serta gulingnya didalam pelukan. Kenapa tetap saja wajahnya terbayang?

"Mencarikan makanan yang halal..." teringat ucapannya, Prilly makin merasa gelisah.

Mencarikan makanan begitu lama, alasannya mencari makan yang halal. Artinya tidak minta apalagi mencuri. Membeli? Lalu membeli harus pakai uang bukan? Lalu dapat uang darimana? Pikiran Prilly berkelana menganalisa. Dengan bekerja? Se- so sweet itu? Jantung Prilly berdebar.

"Cinta pada pandangan pertama..."

Teringat ucapan Momo. Pria kecil dengan pikiran lebih dari dewasa melebihi usianya. Dari Momo, Prilly belajar, kalau dewasa itu tidak hanya bisa dinilai dengan berapa usianya. Tetapi pengalamannya. Karna ada saja seseorang yang sudah berusia lebih dari cukup untuk dikatakan dewasa tetapi sikapnya kekanak-kanakan, egois, semaunya. Contohnya Arthur.
Beda Momo dan Arthur cukuplah jelas dari latar belakangnya. Pengalaman membuat Momo lebih tegar dan memaknai hidup dengan baik. Tetapi pengalaman juga yang membuat Arthur memiliki sifat kurang dewasa. Latar belakangnya yang serba ada membuatnya tertempa menjadi pribadi yang angkuh dan merasa dapat memiliki apa saja dengan uangnya. Tetapi juga tidak bisa disalahkan latar belakang kekayaannya, toh Prilly juga dari keluarga berada. Kaya Raya dinegerinya. Dan orangtuanya dan Arthur bersaing dalam hal kekayaan.
Berarti karna apa kedewasaan itu? Bawaan, pergaulan dan juga pengalaman. Yah, tak ada manusia yang sempurna. Kecuali Allah. Dan bukan karna Aliandrew sempurna sehingga ia sampai saat ini tak bisa melepas pikiran darinya.

Itulah sebabnya ia mempertanyakan ucapan Momo, Cinta pada pandangan pertama?
Apa tak terlalu prematur jika menganggapnya demikian.
Mereka baru saja bertemu. Dan kini, tak saling melihat lagi.
Sejak ia akhirnya terseret pulang bersama Arthur. Akibat dukungan Ali yang memang sejak awal berharap Prilly kembali kerumah agar ia tak harus menjaga Momo, akhirnya ia harus pergi meninggalkan rumah sakit.
Sungguh semalaman justru ia tak bisa tidur. Bahkan Arthur saja saat mengantarnya tak mendapatkan sepatah katapun darinya.

"Kau baru mengenalnya, lagipula dia biasa saja, bukankah yang kau cari pangeran, dibandingkan dengannya, aku lebih elegan, lebih rapi, lebih jelas asal usulnya!"

Lebih elegan dan lebih rapi bukan jaminan mendapat simpati. Prillyza tak ingin menanggapi. Ia terlanjur kesal sejak awal Arthur datang dan mengatakan ingin menjemputnya.

Ia yakin sekali alasan Rajaza takkan sama dengan apa yang diucapkan Arthur sekarang. Arthurkan pembual. Bicaranya saja seperti orang kumur-kumur tak jelas. Ia lebih percaya dengan Rajaza kakaknya ketika menjelaskan tentang keinginan Arthur menjenguk Momo.

"Prilly mana, broh?"

"Rumah sakit!"

"Siapa yang sakit?"

PRINCESS for The PRINCE (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang