PERTAMA

1 0 0
                                    

"Tatjana Soekarno, keluar dari pekerjaan kamu atau Mama terpaksa membuat kamu bercerai dengan Nathaniel."

"Mama, aku mencintai pekerjaan aku dan tidak ada alasan bagi Mama untuk membuat aku bercerai dengan Nathan."

Alia Soekarno mendesah kemudian memaksa Tatjana untuk menatap matanya. Wanita itu terlihat begitu marah dan Tatjana bisa merasakan aura ibunya berubah menjadi wanita dingin. Ini sudah yang ke- entah berapa kali- Alia mengancamnya dengan ancaman yang sama. Dan sampai saat ini Tatjana tidak melihat adanya keseriusan dari kalimat Alia.

"Kamu mencintai pekerjaan kamu tapi tidak mencintai suami kamu Tatjana."

"Aku menghargai Nathan, Mama. Dia suami aku."

"Kamu masih bisa menghargai Nathan meskipun dia sudah tidak menjadi suami kamu. Jia, dengarkan Mama baik-baik. Dulu mungkin kamu masih memiliki alasan untuk tetap besama Nathan, tapi sekarang alasan itu sudah tidak ada lagi. Jadi apa yang membuat kamu bertahan dengan pria itu? Anjana akan bahagia kalau Mamanya bahagia."

"Aku bahagia Ma."

"Get straight your mind Jia!" Alia berteriak marah dan Tatjana tahu ibunya tidak bisa dibantah lagi. Ketika Alia hendak berdiri dengan cepat Tatjana mencengkram lengan ibunya.

"Iya Ma. Aku akan bercerai dengan Nathaniel."

L'ÉTIQUETTE ROSE
🌹

IT'S STARTED

Tatjana memasuki gedung The Blanc & Black dengan langkah terburu-buru. Kemudian melihat jarum panjang pada jam tangannya menunjukkan pukul 14.03 dan ia terlambat tiga menit. Xevyra Munaf- sekretarisnya tiba-tiba saja berjalan di sampingnya menuju lift. Tatjana menyugar rambut kecoklatannya sambil berkata, "Jangan katakan kalau kamu terlambat juga, Vyr."

Xevyra membantu Tatjana untuk menekan tombol lift. "Dengan berat hati saya katakan, maaf saya juga terlambat."

"Bagaimana kita bisa sama-sama terlambat. Padahal ini kantor kita sendiri?"

Pintu lift terbuka kemudian Tatjana masuk lebih dulu dan Xevyra menyusul. "Mungkin karena kita terlalu lama menghabiskan waktu makan siang tadi." Kata Xevyra.

"Jakarta and the traffic, saya bahkan sudah menghabiskan lunch saya tepat pada pukul 12.30." Balas Tatjana dengan nada heran.

Xevyra tidak menanggapi lagi sampai akhirnya lift membawa mereka ke lantai dua belas. Tatjana keluar bersama Xevyra dengan langkah semakin tergesa-gesa, begitu keduanya sampai di depan pintu ruang meeting, Tatjana berhenti melangkah.

"Kenapa Bu?" Xevyra bertanya.

Tatjana mengangkat telapak tangannya di hadapan wajah Xevyra, "Biarkan saya meredakan debaran jantung saya dulu Xevyra."

Xevyra yang mengerti alasan Tatjana berkata seperti itu pun hanya bisa diam dan cukup tidak melakukan apapun. Hingga lima menit berlalu Tatjana segera menegapkan tubuhnya kemudian membuka pintu ber cat hitam di depannya dengan cepat.

Puluhan pasang mata menatap Tatjana ketika wanita itu masuk, dan seluruh orang yang berada di ruangan tersebut refleks berdiri untuk menghormati Tatjana Soekarno.

"...Ibu Tatjana selalu percaya diri..."

"...Aku rasa setelah perceraiannya dua tahun silam membuatnya semakin terlihat muda..."

"...Dia membuatku merinding..."

"...Aku tidak bisa berhenti menatap Bu Tatjana..."

Tatjana mendengar beberapa orang berkasak kusuk mengenai dirinya. Ridiculous people, pikirnya. Wanita itu mendudukan dirinya pada kursi paling ujung di meja berbentuk oval yang berada didalam ruang meeting.

Matanya menyapu seluruh sudut ruangan, dimana pria itu. Tanyanya dalam hati.

"Bu, rapat seharusnya harus langsung dimulai ketika Anda masuk." Xevyra yang duduk di dekatnya mengingatkan.

Tatjana tersadar dari lamunannya kemudian berdeham lantas berkata, "Maaf sekali untuk keterlambatan saya, Jakarta begitu macet, seharusnya saya tidak makan siang di luar kantor."

Semua orang yang berada dalam satu ruangan dengannya mengangguk, memaklumi alasan kenapa Tatjana bisa terlambat.

"Maaf tapi, saya tidak melihat Bapak Nathaniel-...."

"Saya menggantikan beliau,"

Seorang pria berstelan jas hitam dengan dasi merah tua memotong kata-kata Tatjana. Lalu mengulurkan tangannya kepada wanita itu. "Senang sekali bisa di beri kepercayaan oleh Bapak Nathaniel untuk hadir dalam rapat ini dan bertemu langsung dengan Anda." Ujarnya.

Tatjana menyambut uluran tangan pria itu, "Baiklah, siapa Anda?"

"Louis Bertrand, chief marketing officer di Bertrand Inc."

"Nice to see you here."

Tatjana tersenyum hangat sekaligus menyembunyikan rasa terkejutnya.

💎💎💎

Louis Bertrand melewati koridor Bertrand Inc dengan langkah penuh percaya diri. Kakaknya- Nathaniel Bertrand setengah jam yang lalu menghubunginya kalau pria itu ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Louis menyapa sekretaris Nathaniel sebelum masuk kedalam ruang kerja kakaknya. "Selamat pagi menjelang siang, Miss Lily. Apa aku bisa langsung masuk?"

Lily- sekretaris Nathaniel tersenyum lembut kepada Louis dan mengangguk. Laki-laki itu kemudian membuka pintu ruangan kakaknya dan berkata penuh semangat, "Apa yang harus aku lakukan untukmu, King Nathan?"

"Berhenti memanggilku King Nathan, so ridiculous."

Nathan berbicara dan tetap fokus pada draft di tab pria itu. Louis menunggu sekiranya sepuluh menit untuk membiarkan Nathan menyelesaikan bacaannya.

Pria itu melepas kacamata bacanya dan berkata kepada Louis, "Kamu akan pergi ke Blanc and Black atas perintahku."

"Why me?"

"Pippa berada di sini dan aku tidak mungkin pergi kesana kemudian bertemu lagi dengan mantan istri aku."

"Kamu bertemu dengan mantan istri kamu untuk pekerjaan Kak. Bukan untuk menghabiskan waktu di ranjang."

"Kamu tetap pergi kesana dan buat dia setuju untuk mengambil donasi dari Bertrand Inc."

"Tatjana Soekarno maksud kamu?"

Nathaniel Bertrand menatap adiknya dengan kesal. "Memangnya ada lagi bos Blanc and Black selain wanita itu?"

Louis mengangkat pundaknya kemudian membalas kata-kata Nathan, "Jangan sebut dia wanita itu Kak, sebut saja Jia-ku sayang."

Nathan menggeram dan melemparkan bolpoin yang berada di atas mejanya ke arah Louis. Laki-laki itu tertawa kemudian melenggang pergi dari ruang kerja Nathan.

💎💎💎

"Apa yang mengharuskan saya mengambil donasi dari perusahaan Anda, Pak Louis?"

"Kami ingin separuh Blanc and Black, sebagai bayarannya kami akan memberikan donasi total untuk brand Anda yang katanya- sedang memerlukan dana yang cukup besar."

Tatjana membuang napas dan mendapati seluruh mata tertuju padanya. Semua orang disana seperti menunggu keputusan wanita itu. Bahkan tatapan mereka seolah berkata kalau aku harus menyetujui ide gila laki-laki ini, pikirnya.

"Excuse me, Ibu Tatjana?" Louis memanggil nama wanita itu dengan suara bariton nya yang seksi.

"Saya tidak bisa Pak Louis, sampai kapan pun saya tidak akan memberikan separuh hak Blanc and Black kepada Anda atau siapa pun." Kata Tatjana dengan tegas.

Louis Bertrand memandangi wanita di depannya dengan kagum dan sejujurnya ia merasa terpukau dengan kecantikan Tatjana. Kak Nathan bodoh, pikirnya.

"Berikan Bertrand Inc kesempatan ini, Bu Tatjana. Dengan hormat saya sangat memohon kepada Anda."

Tatjana dengan suara pelan berkata kepada Louis, "Kakak kamu meminta ini?"

"Benar, mantan kakak ipar."

L'ÉTIQUETTE ROSE (THE PINK LABEL SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang