KETIGA

0 0 0
                                    

Tujuan Louis datang ke club adalah mencari minuman segar. Dua gelas whiskey telah masuk ke tenggorokannya bersamaan dengan dua wanita cantik nan seksi bergelayut manja di sisi kanan dan kiri tubuhnya.

Si wanita berambut panjang bergelombang di sisi kanan Louis menyentuh dada pria itu. "Go down baby, menarilah bersamaku, aku Ashley."

Wanita lainnya yang memiliki kulit coklat dan rambut pirang sebahu tak mau kalah, ia menyentuh rahang Louis. "Tetaplah disini bersamaku honey. I'm Rihana."

Louis bergeming dan membiarkan wanita-wanita jalang itu menggerayangi tubuh kekarnya. Yang ia pikiran saat ini adalah : kenapa Tatjana Soekarno begitu menawan. Louis masih ingat bagaimana cara wanita itu berjalan dan berbicara. Semuanya tampak percaya diri dan mengintimidasi.

"Seharusnya aku pulang ke Indonesia sejak dulu." Louis berguman dan tersenyum tipis.

Kedua wanita di sisi tubuhnya semakin merapatkan diri.

"Dimana kau tinggal sebelumnya baby?" Ashley bertanya dengan antusias.

"Honey aku bisa menjadi pendampingmu selama tinggal di Indonesia." Sahut Rihana.

Louis terkekeh mendengar ucapan kedua wanita tersebut. Typically bitch, pikirnya. Kemudian pria itu merogoh saku celana bahannya yang terlihat mahal dan meletakan beberapa lembar uang seratus ribu ke atas meja bartender.

Kedua wanita disampingnya mendesah kecewa saat Louis beranjak meninggalkan club. Pria itu mengeluarkan ponselnya dari balik saku jas dan menelfon seseorang.

"Berikan aku nomor ponsel mantan istri kamu Kak."

Hembusan napas terdengar dari seberang telfon. "Untuk apa?" Suara Nathan terdengar serak, mungkin aku mengganggu tidurnya. Pikir Louis.

"Kamu bisa mengandalkan aku untuk memohon kepadanya agar memberikan separuh hak B and B."

"B and B?"

"Blanc and Black, bodoh! Aku menyingkatnya karena namanya terlalu panjang dan sulit di ucapkan."

"B and B terdengar seperti merk shampoo."

Nathan tertawa pelan di sebrang sana dan Louis hanya mampu menghargai lelucon kakaknya yang—tidak lucu sama sekali— dengan kekehan pendek.

"Aku akan mengirim nomor ponselnya beserta alamat rumah wanita itu lewat email besok pagi." Ujar Nathan.

"Oke."

💎💎💎

Nathaniel terbangun ketika ponselnya berbunyi. Louis Bertrand merupakan nama yang muncul di caller-ID. Nathan mengangkatnya dan sejujurnya ia sedikit kesal karena adiknya itu menelfon hanya untuk meminta nomor telfon mantan istinya.

Ketika pria itu menyelesaikan panggilannya, ia kembali ke kamar dan menemukan Pippa sedang duduk di atas ranjang.

"Ada apa Nath?" Pippa bertanya saat Nathan merangkak ke atas ranjang.

"Louis, hanya masalah pekerjaan. Kamu tidak perlu khawatir."

Nathan mencium puncak kepala wanitanya dan menyuruh Pippa untuk kembali tidur.

"Nathan,"

"Kenapa sayang?"

Nathan membatalkan niatnya untuk memejamkan mata. Pippa menatap pria itu kemudian berkata, "Kapan kita akan menikah?"

"Secepatnya sayang. Mama dan Papaku akan segera menerima kamu."

Pippa bergerak gelisah kemudian memosisikan kepalanya pada dada bidang Nathan. "We have been together for ten years, sampai kapan?" Pippa mengangkat kepalanya untuk melihat wajah pria yang sangat ia cintai.

"Philippa dengar—..."

"Nathaniel aku sudah menunggu kamu dalam kurun waktu yang sangat lama, dan kamu tidak pernah memastikan kemana hubungan ini akan berlanjut. Let's do a next step." Pippa memotong kalimat pria itu dengan cepat.

Nathan mendesah, "Pippa aku bilang tunggu sampai orang tuaku mau menerima kamu dan Bethany."

"I love you Nathan, tapi bukan berarti aku bisa terus menerus kamu berikan harapan palsu."

"Aku tidak memberikan kamu harapan palsu Phillipa. Aku juga mencintai kamu dan Bethany."

"Nath—..."

"End of discussion, kita harus istirahat." Kata Nathan dengan tegas. Pria itu sempat mencium kening Pippa kemudian tidur sambil memeluk wanita itu.

💎💎💎

Tatjana baru saja membuka matanya dan ia disambut oleh dering ponsel yang memekakan telinga. Bukannya mengangkat, Tatjana malah semakin melesakkan dirinya kedalam selimut. Wanita itu semakin kesal ketika ponselnya kembali berdering dan yang menambah kekesalannya pagi ini adalah, orang yang menelfonnya itu menggunakan nomor pribadi.

Tatjana merasa kalau ia tidak pernah memberikan nomor ponselnya kepada siapapun. Untuk urusan pekerjaan, Tatjana memberikan nomor berbeda kepada para karyawannya yang ia simpan di ponselnya yang lain.

"Halo?" Tatjana dengan berat hati mengangkat telfonnya.

"Bonjour, Mademoiselle!"

Tatjana menjauhkan ponselnya dari telinga. Suara pria? Pikirnya. Wanita itu masih mengingat kalau Nathaniel adalah satu-satunya pria selain keluarga yang memiliki nomor ponsel pribadinya.

Tatjana menyibak selimutnya kemudian berkata, "Dengan siapa saya berbicara?"

"Mademoiselle! Apa Anda tidak mengingat suara saya?"

Terdengar hembusan angin ketika laki-laki asing yang menelfonnya itu berhenti bicara.

"Dengan siapa saya berbicara?" Tatjana mengulang pertanyaan yang sama.

Laki-laki asing tersebut sempat tertawa kemudian menghela napas. "Ibu Tatjana bisakah Anda keluar sebentar dan membukakan pintu untuk saya?"

Tatjana dengan kesal menjawab, "Anda salah sambung!" Kemudian wanita itu melempar asal ponselnya ke atas ranjang.

Siapa pula laki-laki asing yang tiba-tiba menelfonnya dan berbicara bahasa Perancis? Lagi, satu-satunya pria yang suka memanggil Tatjana dengan sapaan Mademoiselle hanyalah Nathaniel Bertrand.

Tanpa banyak membuang waktu, Tatjana memilih untuk mandi dan bersiap-siap berkerja. Hari ini ia berharap Nathan akan datang ke Blanc and Black lalu memohon kepadanya. Tapi sepertinya tidak mungkin, pikir Tatjana sembari menyisir rambutnya.

Wanita itu lalu turun ke bawah dan menyiapkan satu tumpuk roti coklat nutella untuk dirinya sendiri. Dua tahun lalu, ia harus menyiapkan tiga tumpuk roti. Satu untuknya dan dua lainnya untuk Nathan.

"Berhentilah memikirkan pria rakus itu Jia!" Kata Tatjana kepada dirinya sendiri.

Begitu Tatjana membuka pintu, ia begitu terkejut melihat sosok lelaki yang tidak jauh lebih tinggi darinya sedang tersenyum sangat lebar. Refleks Tatjana melempar roti yang nyaris masuk kedalam mulutnya.

"Bonjour Mademoiselle, terimakasih rotinya." Laki-laki tersebut menampakan senyum masam di hadapan Tatjana yang masih terkejut.

"Bapak Louis Bertrand! Apa yang Anda lakukan di depan pintu rumah saya?" Tatjana bertanya dengan kesal.

Louis membersihkan remah-remah roti yang sedikit menempel pada hidungnya. "Saya akan mengantar Anda ke kantor, Ibu Tatjana."

"Jangan coba-coba merayu saya Bapak Louis. Karena saya tidak akan memberikan Blanc and Black kepada Bertrand Inc!"

"Saya tidak bermaksud merayu Anda, Bu Tatjana. Saya hanya menawarkan sedikit—..."

Tatjana tidak menunggu Louis untuk menyelesaikan kalimatnya. Wanita itu pergi begitu saja bersama mobil mewahnya dan meninggalkan Louis bersama tampang bodohnya.

L'ÉTIQUETTE ROSE (THE PINK LABEL SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang