3. SELAMAT DATANG

868 106 9
                                    

Suara penggorengan yang cukup berisik milik Mbok Minah sepertinya berhasil menarik perhatian anak muda dengan wajah yang sudah dua hari ini tampak kuyu. Dewa sama sekali tidak menyentuh makanannya sejak jum'at sore ia bertengkar dengan ayahnya, Dewa hanya minum air putih lalu kembali meringkuk di atas tempat tidurnya, kemudian tertidur begitu saja. Ia juga memilih tidak datang ke sekolah selama hari sabtu kemarin. Untuk pertama kalinya, ia mengabaikan pelajaran dan nilainya.

Tidak banyak yang bisa di lakukan Mbok Minah maupun Bayu di rumah ini untuk Dewa. Pasalnya, anak itu selalu menolak di ajak bicara dan mengurung dirinya di dalam kamar. Kalau sudah marah, memang begini lah kondisi Dewa. Ia cenderung menyiksa diri dan menghindari semua orang di sekelilingnya.

Sejak hari itu, Satria-ayah Dewa langsung pergi dari rumah dan sampai sekarang belum kembali. Tidak ada yang tahu Satria pergi kemana dan tidak ada pula yang berani menanyakannya. Suasana rumah semakin terasa suram sejak kedua orang tersebut bertengkar hebat.

Dan yang lebih mengejutkannya lagi, Mbok Minah sejujurnya telah mendapat telepon dari Satria semalam. Ia diminta untuk menyiapkan sekaligus membersihkan sebuah kamar kosong di samping kamar Dewa untuk seorang anak perempuan. Satria mengatakan bahwa istrinya-yang bernama Dewi akan segera tinggal di rumah tersebut bersama anak perempuannya.

Layaknya seorang ibu yang takut menyakiti perasaan anaknya, terlebih Dewa sendiri sudah ia anggap seperti anaknya juga. Mbok Minah memutuskan untuk menyimpan sendiri kabar tersebut dan merahasiakannya dari Bayu-anaknya sendiri, terutama juga dari Dewa. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana hancur dan marahnya Dewa jika ia sampai tahu perempuan yang menyakiti hati ibunya kini akan tinggal serumah dengan dirinya.

"Mbok, itu nasi gorengnya hangus". Tegur Dewa saat ia melihat Mbok Minah melamun sambil menatap wajahnya. Ia sampai-sampai terlupa dengan nasi goreng yang sedang ia masak.

"Astaghfirullah, Mbok sampai lupa lagi masak nasi goreng". Wanita paruh baya itu terkesiap dan langsung mematikan kompor. "Nak Dewa mau sarapan? Bentar ya Mbok bikinin yang baru lagi deh". Dengan cepat Dewa menolak.

"Nggak usah Mbok, Dewa cuma mau ambil minum". Sahut Dewa yang segera menutup kulkas setelah ia mengambil sebotol air mineral dari dalam sana.

"Nanti Nak Dewa sakit loh kalau nggak makan terus". Tegur Mbok Minah berusaha membujuk. Dewa mendengus lalu berbalik, "Mau Dewa sakit atau sehat juga, ayah kan tetap kaya gitu Mbok. Percuma, nggak ada untungnya Dewa ini sehat dan hidup". Seru Dewa dengan dada naik turun menahan sesak setiap kali teringat masalahnya dengan Satria tempo hari.

Dewa langsung melengos dan menaiki tangga menuju kamarnya. Ia kembali mengurung dirinya untuk sehari penuh ini. Tidak lama Bayu yang sepertinya baru bangun tidur tiba di dapur dengan wajah yang masih belekan.

"Bu, Dewa belum turun ya?". Tanyanya sambil menguap. Mbok minah hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah puteranya yang satu ini. "Barusan masuk lagi ke kamarnya". Jawab Mbok Minah sambil menyodorkan sepiring nasi goreng hangus pada Bayu.

"Loh kok gosong sih Bu?". Tanya Bayu heran. "Makan aja, nggak usah pilih-pilih". Sahut Mbok Minah. "Ini kalau Dewa yang makan pasti deh di buatin lagi yang baru, kenapa kalau Bayu nggak sih?!". Omel Bayu, anehnya meski ia tahu itu nasi goreng hangus, ia tetap dengan senang hati memakannya. Hal yang sukses membuat ibunya sendiri tertawa.

"Bu, hari ini Bayu mau pergi ke pameran fotografi teman Bayu. Boleh kan kalau Bayu ajak Dewa?". Ucap Bayu dengan mulut masih penuh dengan nasi goreng.

"Memangnya kamu yakin Dewa mau ikut?". Tanya Mbok Minah balik. "Nggak tahu sih, tapi tempo hari dia sebenarnya sudah janji mau ikut Bayu". Mbok Minah pun menarik kursi di depan Bayu dan memutuskan memberitahu anaknya tersebut.

TEARS  [kaistal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang