7. DUNIA BARU

647 93 26
                                    

Banyak sekali bentuk keajaiban di dalam dunia ini. Salah satunya adalah hati yang ikhlas. Sering kali banyak orang memaki hidup yang ia jalani lalu berhenti mensyukuri apa yang telah ia dapati. Bahkan banyak manusia yang semula berhati selembut kapas tiba-tiba berubah sekeras batu. Semua menyalahkan kehidupan.

Banyak yang terlupa bahwasanya kebaikan hati ialah hal yang penting untuk memiliki banyak keajaiban di dalam semesta ini. Untuk orang yang terjahat sekalipun pasti mempunyai secuil kebaikan hati di dalam darahnya. Sebab, semua di ciptakan oleh Tuhan dengan nurani yang suci di dalam tubuhnya.

Dewa tak pernah percaya bahwa kehidupan nyaris sempurnanya dahulu seketika di rundung hujan berbatu setelah kepergian orang yang sangat ia sayangi dalam hidupnya. Ia bahkan menghabiskan banyak waktu untuk terus membenci segala yang terpaut dalam hari terenggutnya kebahagiaan yang ia genggam utuh dalam tangannya dulu.

Namun, Tuhan tidak pernah tidur dan berhenti merenda untaian takdir atas namanya. Meski kebencian itu bulat dan tak tertandingi di dalam hati Dewa, walaupun amarah dan dendam itu menggunung semakin tinggi menempa emosinya. Dewa tetap luruh dan akhirnya patuh.

Bahwa benar-jika kita ingin bahagia lagi maka ikhlaskan lah bagian tersedih yang kita pernah alami. Dengan begitu, hati kita akan punya satu alasan lagi untuk mempercayai hidup yang tengah kita jalani ini.

"Ayah, aku berangkat!!". Teriak Dewa di ambang pintu rumah. Tangan kanannya memutar-mutar kunci mobil dengan lihai sambil bermain-main.

"Mana sih tuh orang?". Gerutu Dewa yang melihat-lihat tak ada tanda-tanda ayahnya akan turun dari lantai dua.

"Waaaa". Teriak Satria yang berlari menuruni tangga secepat yang ia bisa.

Dasi di lehernya pun melingkar tanpa aturan, di pasang dengan benar saja tidak. Jas nya saja masih ia tenteng berikut tas kerjanya.

"Kesiangan lagi?". Sindir Dewa sambil menggelengkan kepalanya. Satria hanya menggeleng kuat lalu segera menyambar kunci mobil yang sudah di sodorkan Mbok Minah kepadanya. "Ayo berangkat!". Ucapnya terburu-buru menuju mobil.

"Mbok, besok-besok Mbok Minah bom aja pintu kamarnya ayah-biar dia bangun pagi". Ucap Dewa yang membuat Mbok Minah tertawa terbahak-bahak.

Dewa pun segera berjalan menuju mobil ayahnya sambil menyampirkan tas sekolah di bahu lebarnya.

Sekarang Dewa sudah duduk di bangku SMA kelas 11. Waktu berjalan begitu cepat mengubah semuanya seperti sekejap mata.
Begitu pun keluarga Dewa-mereka kini hidup rukun seperti keluarga normal lainnya. Bahkan Sayla juga masih tinggal bersama Dewa dan ayahnya.

Sayla juga sekarang sudah duduk di bangku SMP kelas 8. Ia benar-benar periang seperti dirinya waktu kecil. Saking riangnya terkadang Dewa sampai sakit kepala mendengar ocehan gadis itu yang menceritakan tentang teman-temannya di sekolah. Anehnya, kini Dewa tak memiliki lagi rasa benci yang menggunung di hatinya itu.

Sejak ia mengetahui semuanya. Ia memilih untuk memaafkan ayahnya-dan berdamai dengan hidupnya sendiri.

Alhasil, ternyata Dewa malah mendapatkan kebahagiaan yang jauh lebih indah daripada yang pernah ia bayangkan. Ayahnya yang sekarang sangat memperhatikan dirinya, dan juga ada Sayla yang membuat riuh suasana rumah dengan cara khas perempuan. Kini, rumahnya tak lagi sesuram beberapa tahun yang lalu. Dewa amat bersyukur akan hal itu.

"Ayah, perlu nggak Lala beliin jam yang bisa bunyi kring-kring itu?". Seru Sayla yang sudah setengah jam bertengger manis duduk di kursi belakang.

Satria yang baru ngeh dengan sindiran anak perempuannya itu langsung tertawa cukup kencang hingga membuat Dewa sedikit menjauhkan tubuhnya dari sisi ayahnya tersebut.

TEARS  [kaistal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang