Dimulai

74 6 2
                                    

Pagi itu cuaca mendung, masih terasa dingin walau aku sudah mengenakan jaket. Ku lihat lapangan sekolah  tertutup kabut yang cukup tebal membuat perpustakaan tak terlihat dari meja piket yang saat itu bersebrangan.

Aku duduk di dekat kantor, ku lihat arlojiku menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Rasanya tak heran jika hanya ada beberapa siswa yang baru datang. Aku mengambil handphone dan melihat beberapa pesan masuk

'Kunci perpus disiapa?' Dari Andre lima belas menit yang lalu

'Di gue bang, ambil aja dikosan.' Dari Nuri

'Bang, lo sudah disekolah ya?' Balasku

'Iya, diperpus'

Aku memutuskan untuk maletakkan tasku di perpustakaan.
'Berat banget tas ini' batinku

Aku melewati setiap teras kelas. Kulewati kelasku yg dulu, berdiam diri sebentar memandangi kelas yang saat itu masih kosong, melihat kursi plastik dibarisan ujung nomer empat dari depan. Sekilas bayangan anak SMP berkacamata, berambut pendek mengenakan baju yang selalu  terlihat rapi tersenyum padaku. Aku melihat bayanganku dimasa lalu, selalu bahagia. Senyum palsu tak pernah tampak di bibirku.

Aku melanjutkan langkah kakiku. Berselang satu kelas, aku berdiri di samping pintu, diam sejenak. Mengenang tempat yang selalu aku datangi sewaktu jam istirahat hanya untuk melihat dia tertawa bersama teman-temannya. Dia yaitu cinta pertamaku.  Tak kuasa aku menahan air mata ini, hingga ku sadari pipiku mulai basah, sejenak aku  berteriak dalam hati

'Aku tak ingin menjadi dewasa, aku rindu masa kecilku ku, aku rindu tertawa bahagia tanpa pernah tau rasa sakit ini'

Kulangkahkan lagi kakiku lemas, tertunduk dan memikirkan kejadian semalam. Ketika aku melihat foto seorang gadis di  profil pacarku.

Hampir sebulan kami menjalani hubungan jarak jauh. Kesibukan saat magang membuatku kehilangan banyak waktu bersamanya, hingga semalam seolah dia ingin menegaskan kelanjutan hubungan kami.

Air mataku semakin menjadi- jadi, tak kuasa aku menahannya. Kulangkahkan kakiku pelan  hingga ku sadari kalau aku sudah di depan ruang perpustakaan. Saat itu ruangan sangat gelap, terlihat satu lampu menyala di ujung perpus, yang menandakan ada orang didalam.

'Pagi pak Andre' sapaku setelah melihat seorang lelaki yang sedang asik bermain game sambil sesekali menghirup kopinya.

Sekilas dia melihatku, mengisyaratkan membalas sapa,  Dia terlihat lebih tenang dari dua hari sebelumnya. Dia tak pernah lagi membahas teori bentuk bumi setelah dia mencari sendiri beberapa fakta di google dan ditambah bukti-bukti dariku.

Hening diantara kami, aku melihat foto-fotoku dan pacar saat itu. Mencoba mengenang masa-masa indah saat bersama, merasa tak percaya kalau hubungan ini telah  berakhir. Terdengar suara tangisan dari ruang depan perpus. Aku dan Andre saling melirik. Seolah mengirim pesan 'siapakah itu?'

Mengingat hari masih pagi dan di perpustakaan hanya ada kami berdua, situasi mulai terasa aneh

Andre menghentikan permainannya, menyimpan HP lalu bertanya 'barusan ibu nangis ya?'

 'Nggak' aku menggelengkan kepala

'Jadi tadi siapa yang nangis?' Tanya Andre lalu berdiri

Aku menaikan kedua bahuku menjawab pertanyaannya lalu  memasukan HP ke dalam saku almamater, berdiri bersiap keluar.

'Gue mau keluar dulu, lupa kalau hari ini piket' kata Andre berjalan pura-pura tenang.

'Bukannya lo piketnya besok?' Tanyaku yang sama pura-puranya dengan Andre.

Jika Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang