Seminggu itu adalah hari yang paling sibuk untuk kami. Tidak terasa sudah hampir dua bulan kami magang di sekolah ini, semua suka duka sudah kami lewati bersama.. berat rasanya untuk meninggalkan semuanya.
Besok hari penentu bagiku dimana akan ada ujian magang. Perasaanku saat itu sangat gugup, berusaha ingin membuat semua nya terasa sempurna.
Sesampai di perpustakaan ku lihat anak geografi yang jadwal ujiannya bersamaan denganku sedang diskusi dengan teman satu jurusan dengannya. Anak matematika juga melakukan hal yang sama. Sedangkan aku, berusaha sendiri karena memang aku tak ada teman satu jurusan saat magang.
'Pamongku mau format F4 seperti tahun kemarin, katanya lebih simpel,, sudah gue jelasin kalau format setiap tahun beda tapi masih aja mau yang format lama.' Kata Andre, yang terlihat bingung sambil sesekali memegang keningnya.
'Langsung aja ke kampus bang, tanyain ke pihak micro' sahut Nuri dari tempat duduknya.
'Iya rencananya sih pulang ini langsung mau kekampus' kata Andre lalu melihat arloji
'Ruang micro buka jam 2 siang kan?' Lanjutnya'Iya bang' jawab Nuri
'Bang, nanti gue ikut kekampus ya' kataku sambil menyiapkan power point untuk presentasi besok. Andre mengiyakan lalu keluar perpus.
Hening sesaat setelah ku sadari kalau basecamp sudah sepi, hanya ada kami bertiga di perpus. Aku menghindari kejadian sebelumnya, lalu ku putuskan untuk keluar dari sana.
Saat keluar perpus terlihat setiap teras kelas sangat sepi mengingat jam pelajaran masih berlangsung tidak heran jika yang terlihat hanya beberapa siswa sedang olahraga dilapangan dengan temanku sebagai gurunya.
Aku tersenyum melihat semuanya perlahan melangkahkan kaki menuju meja piket.
'Bu Tri, tolong jagain meja piket sebentar ya. Aku mau kekantor dipanggil pamongku.' Kata Momo lalu meninggalkanku tanpa jawaban iya dariku.
Aku duduk sendirian di meja piket. Sesekali melihat situasi di sekolah yang ku pikir aman dan tak akan ada hal merepotkan terjadi.
Aku sedikit kesal karena bukan itu tujuanku ke sana. Biasanya yang jagain meja piket bukan hanya satu orang. Ku ingat-ingat orang lain yang seharusnya ada disana, ku lihat jadwal di meja piket dan kutemukan satu nama
'Oh iya, pak Andre yang piket hari ini. Tadi ni orang ada diperpus..'
Ku ambil handphone ku di saku almamater berniat mengirim pesan untuknya. Tidak lama kemudian
'Bu Tri, bu,, bu,, tolong,, bu' suara keras dari depan kelas sembilan dua. Kulihat temanku sedang memeluk seorang siswi, yang terduduk lemas.
Segera aku berlari menuju ke arah suara,, ku rangkul siswi itu berusaha memastikan kesadarannya. Terlihat juga wajah panik teman-temannya. lalu aku bertanya tak kalah cemas
'Ini kenapa?'
'Lidia tadi mau pingsan bu, dia tadi belum sarapan jadi lemas' jelas temannya.
'Iya bu, Aku tadi lagi ngajarin siswa olahraga bu, ketemu ibu tadi kan. Aku ngeliat teman-temannya memanggilku berusaha mau minta tolong. Jadi aku kesini dan manggil ibu. Tolong bu, bawa aja ke perpus. Aku nggak bisa bantu soalnya mau ngawasi siswa yang masih olahraga' kata temanku
Lalu aku kembali berdiri sambil merangkul siswi yang masih terlihat lemas. Ku tanyakan apakah dia masih bisa berjalan sampai perpus, kemudian dia mengangguk.
'Tadi kenapa tidak sarapan' tanyaku sambil merangkul siswi tersebut dengan erat.
'Tadi cuma makan dua gigitan roti bu' Lidia menjawab pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Itu Kamu
Teen Fiction"karena tidak mungkin dalam satu hati ada dua tahta yang berkuasa, ku simpan rasa ini dalam diam hingga suatu hari nanti Allah mengizinkanmu untuk mengetahuinya" Namanya Andre, mahasiswa geografi yang ku temui saat magang di sekolah. badannya Tinggi...