CDD11

928 53 1
                                    

Cinta dalam Diam
***
11
Happy Reading !!!
.
.
...

"Lo bener mau pulang sendiri?" tanya Rassya ragu dan hanya kubalas dengan anggukkan.

"Apa mau gue anterin?" tawar Rassya saat aku hendak berjalan menuju ke pintu rumah Rassya.

"Gak usah, ini masih sore kok." Kataku menolak tawaran Rassya.

"Ayolah Prill, gue gak mau dijalan lo kenapa-kenapa."

aku berpikir sejenak, sebenarnya merasa tidak enak harus diantar oleh Rassya.

Saat aku akan menolaknya lagi, suara dering ponselku membuat perhatianku teralih.

Mamaku menelpon.

"Halo, Ma?

"Prill? Kamu dimana?" suara Mama diseberang sana terdengar khawatir.

"Ng... lagi di rumah temen, kenapa Ma?"

"Kapan pulangnya?"

"Bentar lagi, kok."

"Yaudah tunggu aja disana, Ali mau jemput."

"A-apa? Ali?"

Terdengar suara beberapa orang mengobrol tapi aku tidak terlalu bisa mendengarnya dengan jelas.

"Dia udah tau alamatnya, jadi tinggal tunggu aja ya." Suara Mama terdengar lagi.

"Tapi Ma..."

"Halo?"

Aku melihat layar ponselku dan ternyata Mama sudah memutuskan telepon.

"Gimana sih," gerutuku sambil menghampiri Rassya yang sedang sibuk memainkan ponsel miliknya.

"Kenapa, Prill?" tanya Rassya sambil mengalihkan pandangannya padaku.

Aku menggeleng. "Enggak." Jawabku singkat.

Aku langsung memeriksa ponselku saat ada pesan masuk dari... Ali?

.
Ali: Gue otw kerumah Rassya.
.

Aku yakin Mama menyuruh Ali menjemputku, dasar Mama.

Tapi Ali tahu dari mana aku berada di rumah Rassya?

"Tadi Ali nanyain elo," Rassya bersuara membuat pertanyaan yang ada di otakku terjawab.

"Kapan?"

"Waktu elo lagi sibuk nerangin ke gue."

Mataku melotot mendengar jawaban Rassya, "jadi elo gak merhatiin waktu gue nerangin semuanya ke elo?"

Rassya menggaruk kepalanya dan nyengir. "Gue merhatiin kok, tapi gak semuanya."

Aku menghela napas berat dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Abis otak gue lemot banget tadi kalo soal hitung-hitungan." Jawab Rassya sambil nyengir tak berdosa lagi membuatku sedikit jengkel.

"Kalo gitu kenapa lo repot-repot nyuruh gue buat ajarin elo? Sama aja percuma dong kalo lo gak merhatiin tadi." Omelku kesal membuat Rassya tertawa.

"Gak percuma, kok." Kata Rassya sambil tersenyum kecil.

Aku menghembuskan napas, "terserah deh."

***

Setelah menunggu selama setengah jam, akhirnya aku mendengar suara motor Ali dan melihat Ali turun dari motornya.

Sekarang aku sedang menunggu Ali di teras rumah Rassya dengan Rassya yang juga ikut menemaniku.

"Woy, Li!" seru Rassya saat Ali celingak-celinguk mencari keberadaan aku, Ali langsung menoleh ke arah Rassya dan langsung berjalan ke arah sini.

"Ayo pulang, Prill." Ajak Ali saat kami sudah berhadapan.

"Datar amat sama pacar lo," kata Rassya dengan nada menyindir membuat aku menoleh bingung.

Rassya tahu?

"Diem lo," Ali mengabaikan Rassya yang tertawa lalu menarik tanganku.

"Takut banget sih, pacar bo'ongannya direbut." Kata Rassya lagi membuat Ali menghembuskan napasmya.

"Bisa diem gak?!" balas Ali dengan tatapan tajam ke arah Rassya.

Rassya mengangkat kedua tangannya dengan jari yang membentuk tanda 'V'.

"Oke oke. Bercanda doang. Galak amat, Bang."

Jujur saja, aku ingin tertawa saat melihat Rassya dan Ali yang seperti itu tapi aku tahu ini bukan saat yang tepat.

Ali kembali menarik tanganku dan pamit pada Rassya.

Akupun melambaikan tangan tanda pamit dan dibalas dengan ciuman jauh dari Rassya.

Aku menahan tawaku melihat tingkah konyol Rassya, Rassya meniup ciuman jauh padaku lalu memeletkan lidahnya pada Ali yang terus berjalan ke arah motornya tanpa menoleh ke belakang.

"Nih, pake!" suruh Ali sambil menyerahkan helm yang biasa kupakai padaku, aku menerimanya dengan cepat.

Sambil memakai helm, dari sudut mataku aku melihat Ali terlihat kesal tapi entah karna apa.

Mungkin moodnya sedang buruk? Entahlah.

Di perjalanan pulang pun tidak ada obrolan, aku juga terlalu ragu untuk membuka obrolan karna takut Ali kesal padaku.

Setelah sampai di pekarangan rumahku, aku segera turun dari motor Ali dan menyerahkan helm padanya.

"Makasih ya, dan sorry kalo ngerepotin." Kataku merasa tidak enak karna mungkin saja Ali kesal karna harus menjemput dan mengantarku dari rumah Rassya yang cukup jauh dari rumahku.

Ali menggeleng namun ekspresinya datar.

"Gak masalah," jawabnya pendek.

Tidak mau suasana menjadi canggung, akupun tersenyum dan mengucapkan sampai jumpa.

"Prill,"

Aku menghentikan langkahku yang akan menuju rumah kala Ali memanggilku dengan pelan.

"Ya?" jawabku. Aku langsung merasa Déjà vu karna pernah mengalami hal seperti ini dengan Ali namun disituasi yang berbeda.

"Jangan deket-deket sama Rassya." Kata Ali pelan membuat aku mengerutkan kening.

"Kenapa?" tanyaku cepat.

"Pokoknya jangan. Lo boleh deket sama cowok manapun asal jangan dia, Prill."

Setelah berkata seperti itu, Ali langsung melajukan motornya meninggalkanku dengan pikiran yang bertanya-tanya.

.
.
.
TBC~
.
.
.
Lah itu Ali kenapa yak? :v apakah dia cemburu atau tau ada kebusukan Rassya yang sebenarnya? Hmm...

Seperti biasa, Vote+Coment bawel ._.b

Cinta dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang