CDD19

939 56 1
                                    

Cinta dalam Diam
***
19
Happy Reading !!!
.
.
...

"Prill?"

Aku mengalihkan pandanganku padanya.

"Jadi, apa lo mau?" tanya Rassya pelan.

"Rassya, gue..."

Aku menoleh ke arah tadi aku melihat Ali dan sepertinya memang tadi aku salah lihat. Kenapa disaat-saat seperti ini aku malah membayangkan Ali berada di sekitar sini, sih?

Aku menghela napas panjang, entah untuk keberapa kalinya.

"Gue... udah nganggep lo kayak kakak gue sendiri."

"Jawaban yang klise, ya?"

Aku tersenyum. "Lo lebih berarti dari seorang pacar buat gue, Rassya. Lo itu baik banget sama gue dan gue seneng bisa kenal sama lo."

"Lo udah kayak kakak gue sendiri, apalagi gue gak punya kakak karna gue anak sulung."

Rassya menghembuskan napas pelan, terlihat raut kekecewaan di wajahnya.

"Sorry." Aku makin merasa bersalah.

"Gak papa kok, Prill. Gue ngerti." Ujar Rassya sambil tersenyum kecil, namun matanya masih terlihat kecewa.

"Gue harap lo gak ngejauhin gue, Rassya."

Rassya menggeleng, "gak akan, gue akan jadi apa yang lo mau, Adek."

Mau tak mau aku tersenyum mendengarnya, Rassya tertawa.

"Boleh gx gue peluk lo?"

Aku terdiam sebentar, Rassya menatapku. "Please, Prill?"

Aku tersenyum tulus dan memeluknya, Rassya balas memelukku dengan erat.

Aku menepuk-nepuk punggung Rassya, "banyak cewek yang lebih pantes buat lo."

"Lo juga, Prill. Semoga lo bener-bener bisa dapetin pangeran lo."

Kami pun melepaskan pelukan itu, lalu saling tersenyum.

Aku lega Rassya bisa menerima penolakanku. Kalau aku menerima Rassya menjadi pacarku, sama saja Rassya menjadi pelarianku dan itu akan menyakiti hatinya.

Hatiku bukan untuk Rassya.

"Yaudah mending kita pergi, yuk!" ajak Rassya sambil menarik tanganku agar mengikutinya.

"Akhirnya ke toko buku beneran." Kataku senang.

"Ke toko buku beneran kok!" Rassya nyengir kuda.

***

"Apa?! Jadi Rassya nembak lo kemaren, Prill?" pekik Mila, aku menutup mulut Mila.

"Berisik lo, Mil! Ini masih pagi tau!" kataku kesal.

Pagi ini aku dan Mila sedang berada di bangku yang berada di bawah tangga, berdekatan dengan kelas Mila.

"Terus? Lo terima?" tanya Mila penasaran.

"Lo beneran mau tau?"

Mila berdecak kesal. "Yaiyalah!"

"Tanya aja sama Rassyanya langsung, kalian 'kan satu kelas." Kataku, sibuk memperhatikan murid-murid yang berlalu-lalang.

"Ih, lo mah gitu ya! Ayolah kasih tau gue, Prill!" desak Mila.

"Gue sama Rassya-"

"Hayo lo pada ngomongin gue, ya?"

Aku dan Mila menoleh melihat Rassya nyengir lebar sambil menaik-naikkan alisnya. Rassya sepertinya baru datang bersama Kevin.

"Eh, Rassya! Lo pacaran sama Prilly?" tanya Mila sambil menatap Rassya penasaran, bahkan Mila tidak sadar kalau ada Kevin di sebelahnya.

"Kamu bilang sama Mila, ya? Wah... kamu gak bisa jaga rahasia, ya?" Rassya menampakkan ekpresi murung membuat aku tertawa.

"KAMU?!" Mila melebarkan matanya, "KALIAN BENERAN PACAR... AWW! Sakit, Prill!"

Aku memelototi Mila dan mencubit pinggangnya, "gak usah teriak gitu juga!"

"Gak usah main cubit juga kali!" Mila menirukan kata-kataku.

Rassya terkekeh lalu duduk di samping kiriku.

"Jadi kalian beneran pacaran? PJ bisa dong?" Kevin menaik-turunkan alisnya, Mila menoleh ke arah Kevin lalu menoyornya.

"Apaan sih, Vin. Jangan gitu!" Mila melirik ke arahku. "Tapi teraktirannya bisa dong?"

Aku memutar mataku. Dan saat itulah aku melihat ada Ali yang sedang memperhatikanku.

Ali datang bersama Rassya dan Kevin, kenapa aku tidak menyadarinya?

"Jawab dong! Masa pada diem aja sih?" Mila mengerutkan keningnya.

"Kita udah pacaran kok!" Rassya tersenyum lebar, aku melotot padanya.

Dan semuanya terdiam, aku tidak tahu apakah Mila-Kevin terlalu syok sampai tidak bisa berkata-kata seperti itu.

"Oh, gue ga-"

"Selamat ya."

Aku berkata berbarengan dengan ucapan selamat dari Ali, aku menatap Rassya kesal.

"Rassya! Elo itu ya!" aku kembali menoleh ke arah Ali dan dia sudah masuk ke kelasnya.

"Tapi pacarannya ditunda, guys!" cengiran Rassya membuat aku mendengus kesal.

"Hah? Maksudnya?" Kevin menatap aku dan Rassya bingung.

"Udah jangan dengerin dia, kayaknya pikiran dia masih ketinggalan di kasurnya!" gerutuku kesal.

"Oh, kalian belum pacaran?" Mila bersuara sama bingungnya.

"Enggak! Gue gak pacaran sama Rassya dan gak ditunda juga."

"Yaelah! Bilang aja lo ditolak, Bro!" Kevin tertawa ngakak membuat Rassya cemberut dan aku tersenyum menang.

"Gue udah anggep Rassya kayak kakak gue sendiri." Ujarku, Kevin-Mila ber'oh' ria.

"Kayaknya tadi ada yang salah paham deh." Mila melirik ke arah kelasnya, aku paham maksudnya.

"Yaudah jelasin aja Prill." Usul Kevin.

"Elo sih!" aku menatap Rassya kesal. Rassya hanya mengangkat bahu acuh.

"Entar lo jelasin aja deh, pas nanti kalian ketemu." Kata Mila, aku hanya mengangguk walau aku tak yakin kalau aku benar-benar harus menjelaskan semuanya pada Ali.

.
.
.
TBC~
.
.
.

Maaf kalo Gaje... Jangan Lupa Vote !!!

Cinta dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang