CDD21

995 55 1
                                    

Cinta dalam Diam
***
21

.
.
...

"Halo Kak Kaia!" sapa Angel sambil tersenyum manis, Kaia hanya memutar matanya.
.
"Lo ngapain disini? Gue gak ngundang lo sama sekali." Kata Kaia sambil menatap Angel tajam.

Ali yang baru datang memasang wajah kaget saat melihat Angel, Angel langsung tersenyum kala melihat Ali.

"Li, lo ngundang dia ke sini?" tanya Kaia sambil menunjuk Angel dengan dagunya.

Ali terlihat bingung, lalu menggeleng. "Gue gak ngundang dia."

"Ngel, lo ngapain disini?" tanya Ali.

"Ya aku mau dateng ke acaranya kakak kamu lah, udah lama gak ketemu sama Kak Kaia." Jelas Angel dengan suara yang dibuat-buat, Kaia menirukan suara orang muntah.

"Mending lo pulang deh," kata Ali sambil menarik tangan Angel, namun Angel menepisnya.

"Aku belum ucapin selamat ulang tahun sama Kak Kaia!" protes Angel namun Ali tetap menarik paksa Angel.

Sesaat Ali berhenti, dia menatapku dan tangannya yang tidak memegang Angel menyerahkan sebungkus kado yang seharusnya ku bawa untuk Kaia. "Nih, kayaknya lo lupa bawa. Ketinggalan di mobil."

Aku mengambilnya sambil tersenyum, bisa-bisanya aku melupakan ini.

"Kalo kado begituan mah gue juga bisa kali!" celetuk Angel yang sekarang merogoh tasnya dan mengutak-atik ponselnya.

Aku menyerahkan kado itu pada Kaia dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya, Kaia tersenyum tulus dan menerima kado itu.

"Bentar lagi kadonya dateng." Kata Angel. Ali menghembuskan napas perlahan, mungkin kesal dengan sikap Angel yang tak mau di ajak pulang?

"Yaudah Prill, mending gue kenalin sama temen-temen gue." Ajak Kaia berjalan tanpa memperdulikan Angel, aku mengikuti Kaia dari belakang.

"Wih! Siapa nih, Kai? Cantik bener." Sambut seorang cowok yang bertubuh besar saat aku dan Kaia berada di depan beberapa orang yang sepertinya teman-teman Kaia.

"Jangan macem-macem lo! Dia hak paten adek gue!" balas Kaia yang langsung menuai tawa dari semua orang kecuali cowok itu.

"Oh ya guys, kenalin nih, namanya Prilly." Kaia memperkenalkanku pada teman-temannya, kami berkenalan satu-satu tapi aku langsung melupakan nama mereka karna mereka terlalu banyak.

"Jadi lo beneran ceweknya Ali?" tanya cowok tadi yang kalo tidak salah namanya Ricu, Ricu memasang wajah harap-harap membuatku menahan tawa.

"Enggak kok, Kak." Jawabku yang langsung membuat Ricu bersorak senang, beberapa dari kami hanya memutar mata malas.

"Koq elo malah bilang jujur sih, ntar dia malah ngelunjak loh." Bisik Kaia dengan suara keras yang bisa didengar Ricu, aku hanya mengangkat bahuku sambil tertawa kecil.

"Eh tapi Alinya kemana nih? Koq gak nongol-nongol?" tanya cewek salah satu dari teman Kaia yang aku lupa namanya, Kaia menggeleng tak tahu.

Tiba-tiba aku merasakan ingin ke toilet, aku bertanya pada Kaia dimana letak kamar mandi dan langsung pamit pada Kaia dan teman-temannya.

Akhirnya aku menemukan sebuah kamar mandi yang berada di dekat lorong yang dimaksud Kaia, aku langsung masuk ke dalam tanpa memperdulikan sekitar.

Kamar mandi ini sempit dan gelap, hanya cahaya dari jendela kecil di dekat ventilasi yang terlihat. Aku segera mencuci tangan di keran setelah urusanku dengan toilet selesai.

Aku jadi penasaran di mana Ali sekarang, apakah dia mengantar Angel pulang dan menghabiskan waktu dengannya?

Aku menggelengkan kepalaku pelan, tidak usah berpikir yang tidak penting.

Sambil merapikan rambutku yang berantakan, aku melangkah ke arah pintu kamar mandi yang cukup dekat dan tanganku sudah memegang kenop pintu.

Tapi,...
kenapa pintunya tidak bisa dibuka?
Apakah pintunya macet?

Mencoba untuk tidak panik, akupun menggedor pintu itu pelan, sambil mencoba menarik kenop pintu supaya terbuka.

Oh tidak... Jantungku langsung berpacu dengan cepat, aku menderita Claustrophobia.

Aku takut akan ruangan yang sempit dan gelap seperti ini, aku tidak bisa tinggal lama-lama di ruangan seperti ini.

Tarik napas, buang. Tarik napas, buang. Tarik napas... buang. Jangan panik, Prilly!

Tapi jujur saja, aku seperti tidak bisa menghirup oksigen, seolah oksigen di ruangan sempit ini sudah habis.

"Tolong... buka!" akhirnya aku bisa bersuara walau itu terdengar seperti bisikan, tubuhku yang bersandar di pintu terasa lemas.

Apakah tidak ada yang menyadari kalau aku terlalu lama di kamar mandi? Apakah tidak ada yang mencariku?

Tubuhku yang lemas langsung ambruk, aku bersandar di dinding di samping pintu dengan napas terengah-engah.

Tiba-tiba terdengar suara-suara yang terasa sangat jauh, aku merasakan pintu di buka dengan paksa dan seseorang masuk ke toilet ini.

Akhirnya ada yang menyelamatkanku juga. Tapi apa mungkin itu hanya khayalanku saja? Suara-suara itu terdengar sangat jauh.

.
.
.
TBC~
.
.
.
Woaw, part ini absurd bgt Gx sih?
Ah jadi merasa aneh sama part ini sumpah._.
Tapi gapapalah, yg penting udh diketik dan bentar lagi end! Yeay!

Itu beneran ada yg dateng atau...???

Cinta dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang