CDD16

965 56 1
                                    

Cinta dalam Diam
***
16
Happy Reading !!!
.
.
...

Motor itu semakin mendekat dan langsung menabrak tubuhku sampai aku jatuh tersungkur.

Dan sang pengendara dengan menyebalkannya malah berlalu tanpa meminta maaf atau sekedar membantuku.

Sambil meringis menahan sakit, aku berusaha menahan kesalku karna tidak baik misuh-misuh di jalan. Kulihat lututku terluka karna tergores oleh kasarnya aspal jalanan dan itu lumayan perih.

Kepalaku celingak-celinguk dan sadar jalanan ini terlihat sepi, hanya beberapa kendaraan yang lewat dan aku yang terduduk di tanah seperti ini.

Sampai aku mendengar deru suara motor, sontak aku menoleh dan mengenali motor yang berhenti tepat berada di samping dari posisiku yang tersungkur.

Dengan pelan aku bangkit dan membersihkan debu jalanan di badanku lalu mulai berjalan.

"Prill!" si pengendara motor yang aku kenal memanggilku, namun aku tidak menyahut dan terus berjalan.

Dia malah mengikuti langkah kakiku yang lambat dengan menyeret motornya juga dan berusaha menarik perhatianku.

Karna kesal, aku menghentikan langkahku dan menatapnya datar.

"Lo gapapa 'kan, Prill?" orang itu membuka kaca helmnya dan tampak lah wajah khawatir Ali.

"Iya gapapa." Jawabku singkat.

"Kurang ajar banget tuh yang nabrak. Udah kabur, malah gak bertanggung jawab lagi." Kata Ali geram, lalu menepuk-nepuk jok di belakangnya memberiku kode untuk naik ke motornya.

"Ayo pulang, Prill." Ajak Ali namun aku malah melengos berjalan lagi.

Biarkanlah saja dia! Aku menggerutu dalam hati. Mood ku sangat buruk sekarang dan Ali adalah orang terakhir yang ingin ku temui saat ini.

Ali menyamakan langkahku dengan motornya yang melaju sangat pelan. Aku semakin mempercepat langkahku dan Ali juga mempercepat sedikit kecepatan motornya.

"Prill-"

"Apa?!" oke, aku tidak bermaksud membalasnya dengan jutek seperti itu.

Ali memandangku lekat seakan membaca ekspresi wajahku.

Aku menghembuskan napas, aku mulai membayangkan tempat tidur dan bantal doraemonku yang nyaman.

"Lo kenapa sih?" Ali bertanya pelan, seolah berhati-hati takut menyinggungku.

"Ayo cepet pulang, Prill, udah maghrib ini loh. Lo abis dari mana sih?" Ali memegang tanganku dengan tangan kirinya, menahanku untuk tidak berjalan lagi.

"Lagian kaki lo luka tuh, harus cepet diobatin." Tambahnya.

Aku melepaskan tanganku dari genggaman Ali. "Gue bisa pulang sendiri."

"Ini udah hampir malem, Prill. Ntar lo kenapa-napa gimana?" kata Ali dengan nada khawatir.

"Kenapa lo harus khawatir?"

"Ya jelaslah, gue kan pacar lo."

"Cuma pacar bo'ongan 'kan? Lagian percuma deh, Li, kita pacaran bo'ongan gini, orang Kaia udah tau kalo kita cuma pacar bo'ongan."

Ali menatapku kaget, "Kaia? Kapan kalian ketemu?"

"Tadi." Aku mengangkat bahuku, "daripada gak jelas kayak gini 'kan?"

"Gak jelas apanya? Pokoknya kita harus tetep jadi pacaran bo'ong-"

Aku memotong ucapan Ali. "Dan elo juga balikan sama mantan lo? Sorry gue gak bisa."

Aku melangkah meninggalkan Ali dan tidak menoleh ke belakang, Ali memanggil namaku dan aku dengan terpaksa menghentikan langkahku dan menoleh sedikit ke belakang.

Ali terlihat membuka mulutnya seakan ingin berbicara sesuatu, tapi Ali mengatupkannya lagi.

Aku melihat mulut Ali bergumam pelan, aku tak mendengarnya karna jarak Ali sudah cukup jauh denganku.

Dengan perasaan kecewa aku melangkah pergi, setiap langkahku rasanya berat karna kakiku yang terluka terasa pedih, juga karna Ali sekarang sudah kembali jauh, tak bisa ku jangkau lagi.

Hari yang cukup melelahkan tapi untungnya aku sampai ke rumah dengan selamat karna aku ingin segera tidur dan melupakan hari ini.

***

Esoknya kebetulan hari minggu jadi aku tidak perlu ke sekolah apalagi bertemu dengan Ali, aku hanya bersantai-santai saja di rumahku.

Tapi kemudian ada pesan masuk dari Lia, dia mengajakku untuk jalan-jalan siang nanti dengan Mila juga Dinda.

Dengan malas aku mengetikkan balasanku.

.
To: Lia: Ogah ah, gue lagi mau tiduran dirumah.
.

Lia: Gakk! Pokoknya gue maksa ye Prill, lo harus ikut ama kita! Kagak bosen dirumah mulu?
.

.
To: Lia: Rumah gue itu surga.
.

Lia: Halahh cepet lu siap²! Kita lagi dijalan deket rumah lu buk!
.

Dan akhirnya dengan amat terpaksa aku mengikuti keinginan mereka.

"Kita kemana ya?" tanya Mila setelah aku, Mila, Lia juga Dinda sudah berada di dalam mobil Mila.

"Ke mall aja yuk!" usul Dinda dengan semangat.

Lia berdecak tidak setuju. "Bosen ke mall mulu ah."

"Yaudah mau kemana dong?"

"Gak tau." Jawaban Lia langsung mendapat jitakan juga tepokan jidat dari kami semua.

"Jalan aja dulu deh, Mil." Usulku, Mila mengangguk setuju.

.
.
.
TBC~
.
.
.
Makin kesini makin apaan banget yaa ni cerbung :3

Maap kalo dipart ini kurang greget, setidaknya rasa penasaran kalian sdikit berkurang kan? Mungkin sih.

Tinggalkan jejak yaa...Vote+Coment !!!
Jgn langsung kabur gitu aja dan gak bertanggung jawab (mengutip sedikit kata-kata Ali tadi.) okee ;)

Cinta dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang