Picture : Medina SurayahEnjoy!
●●●About Medina.
Medina Surayah, itu nama lengkapku. Aku lahir dan besar di Indonesia, tepatnya kota Bogor. Kota yang begitu asri dan juga kota yang membuat berlembar kenangan masa kecil yang begitu menyenangkan.
Walaupun aku lahir dan besar di Indonesia, tapi tidak sepenuhnya darahku ini darah pribumi. Ayahku memiliki darah Arab yang kental, begitupula dengan Ibuku. Sehingga bayak sekali teman sekolah yang bilang kalau aku bukanlah orang Indonesia. Padahal sudah jelas sekali akte kelahiranku itu benar.
Tepat saat aku menyelesaikan SMA, aku melanjutkan kuliah di Jakarta. Dimana ribuan bahkan jutaan manusia dari berbagai daerah menyatu di satu kota ini untuk memikul kelangsungan hidup.
Tidak, aku tidak mendapat beasiswa atau semacamnya. Ayahku benar-benar bekerja keras untuk pendidikanku ini. Aku mengambil jurusan Kedokteran. Iya, sulit sekali. Aku tidak bercanda. Sampai pada saat abangku sakit dan membutuhkan banyak biaya untuk berobat aku terpaksa berhenti kuliah, pada saat itu aku baru saja akan naik semester 3. Jujur, aku bukanlah anak orang kaya. Tapi keluarga kami bisa dibilang mencukupi, tapi dengan melihat abang yang kondisinya semakin memburuk dan ekonomi keluargaku juga ikut menurun, hatiku terketuk.
Aku tidak bisa melihat ayah seorang diri bekerja sampai larut malam di umurnya yang sudah dibilang tidak muda lagi. Walaupun Ibu membantu dengan berjualan kue dan semacamnya, tapi hal itu belum mencukupi biaya dan obat yang memang harus di beli disetiap bulannya.
Aku sudah putuskan. Aku harus bekerja demi keluargaku. Biarlah aku gugurkan dulu cita-cita menjadi Dokter. Yang terpenting adalah, keluargaku sehat dan orangtuaku tidak kewalahan.
Disaat itu juga aku meminta izin pada orangtuaku untuk pergi keluar negri. Karena beberapa minggu sebelumnya aku sempatkan diri mencari pekerjaan yang cocok dan aku minati. Pilihanku jatuh di Huda Beauty. Ia memberi lowongan tata rias. Dan hobiku memang di dunia tata rias. Tapi, aku tetap sempatkan untuk mengikuti les merias dalam 2 hari dengan MUA ternama di Jakarta, karena walau bagaimanapun aku harus memiliki sertifikat merias yang dapat dipercaya perusahaan. Ini semua demi keluargaku.
Dengan izinNya, aku diterima Huda Beauty dengan mengirim CV serta hal lainnya yang diperlukan. Untuk hasil riasan, sebelumnya ia memintaku untuk membuat sebuah vidio aku meriasi model. Agar Huda dapat menilai bagaimana hasil riasanku. Dan Alhamdullilah aku diterima.
Segera aku mengambil semua tabunganku dan aku bawa semua keberanianku ke negeri orang yang tidak pernah aku injak sebelumnya, UAE. Tepatnya Dubai.
Memang sebagai seorang perempuan yang bahkan belum berbekal banyak dengan bahasa asing serta budaya yang ada disini, alhasil aku dengan sabar memperhatikan gaya mereka berbicara dan juga bagaimana gaya hidup mereka.
Di Dubai, aku menyewa apartemen untuk tinggal. Tempat yang aku pilih tidak jauh dari kantor, sehingga aku tidak perlu repot untuk pergi ke kantor lebih awal.
Kerja menjadi perias disana bagaikan berjualan makanan. Dalam kata lain, laris! Dan gaji perias disini pun lumayan. Sekitar 8000 AED atau 30 jutaan perbulannya. Dan gaji itu aku pakai untuk dikirim ke Indonesia dan sisanya untuk keperluanku disini.
Terkadang aku tidak menyangka, kalau disini, di kota orang aku bisa menghasilkan gaji sebesar itu. Dan aku sungguh bersyukur kalau keberanianku ini tidak terbilang sia-sia.
Setahun berlalu, aku sudah bisa membeli apartemen yang tadinya hanya menyewa. Sedangkan gajiku bertambah seiring banyaknya costumer yang memberi tip. Kalau dipikir, bekal dua hari les merias dan segala kemampuan yang aku bisa itu sangatlah tidak mungkin. Tapi niatku begitu besar untuk membantu orangtuaku, sehingga segala cara akan aku lakukan demi mereka.
Dan aku juga mendapatkan teman baru, dia salah satu pegawai baru yang melamar kerja di Huda Beauty. Ameera Latifa, ia berasal dari Mesir dan juga seumuran dengaku. Kami begitu dekat bagaikan saudara.
Aku ingin membawa Ibu ke sini. Setidaknya agar ia tenang kalau anaknya baik-baik saja. Jujur, aku tau sekali kalau Ibu dan ayah sangat menghawatirkanku. Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi tanggung jawabku sebagai anak mereka dan juga sebagai adik.
Akhirnya, aku memberi tau Ibu untuk mempersiapkan keberangkatan dari Indonesia ke Dubai. Ia begitu bahagia, semua terpancar dari matanya saat aku menjemput Ibu di bandara. Memang hanya Ibuku saja yang kesini. Karena ayahku harus tetap di Indonesia untuk menjaga abangku yang masih dalam masa pengobatan.
Di saat Ibuku berada di sini, ia yang membuat apartemenku begitu ramai. Ia memasak berbagai macam makanan khas Indonesia. Sering sekali Ameera menemani Ibu jika ia sedang kosong. Bahkan mereka berdua begitu cocok, sama sama suka jalan. Sehingga aku tidak terlalu bingung untuk mengajak Ibu jalan, karena jadwal yang lumayan padat sehingga Ameeralah yang selalu menemani Ibu di Dubai.
Selama aku bekerja dan hidup di Dubai, aku merasakan betapa beratnya hidup. Pahit manisnya bekerja, serta bertemu banyak orang yang memiliki sifat berbeda-beda. Tapi dengan ini, aku tau kalau disini bukan berarti aku tidak sanggup menjadi seorang dokter, tapi aku sedang membangun cita-cita itu. Aku sedang berusaha dengan segala kemampuanku untuk membiayai abangku, menghidupi keluargaku, dan merangkak untuk cita-citaku. Aku belajar untuk dewasa.
●●●
Thank for read this story :'')
ini emang bukan lanjutan part kemarin, tapi ini latar belakangnya Medina. Awal mula Medina ada di Dubai dll. So i hope you like it guys :*Luv, Sye.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT HEART WANTS | On Going
RomanceHamdan Lovers mendekatlah wkwkkw, enjoy. #3 in Hamdan 29 Desember 2019 #5 in Dubai 29 Desember 2019 #2 in Arab 31 Desember 2019