Haiiii Readers, thank you so much buat yang sudah mensupportku buat update cerita ini, kayaknya udah lama banget ya ga update :") inshaAllah aku bakal update rutin, minimal seminggu 1-2 part kali ya. Anyway, hope you like it 🌼✨
•••Hamdan baru saja sampai di kediaman orangtuanya. Tadi sore, ayahnya memberi pesan agar ia makan malam bersama di sana. Dan disinilah ia sekarang. Hamdan merasa ada yang aneh dengan panggilan makan malam ini. Tidak biasanya orangtua Hamdan memanggilnya makan malam jika bukan ada suatu hal penting yang akan dibicarakan. Dan biasanya itu terkait pekerjaan. Tapi, semua tugas telah usai ia kerjakan. Lalu apa lagi ? Kerutan semakin memenuhi kening Hamdan seketika melihat semua saudara dan saudari Hamdan serta anak-anak mereka yang sudah berkumpul di karpet yang lebar dan berbulu halus itu.
Apa ada yang ulangtahun atau sejenisnya? Ia pikir tidak ada.
"Hey Hamdan! Cepatlah kemari, bukankah kau rindu denganku," Sahut saudaranya, Saeed dengan senyum lebar untuk menyambut Hamdan.
Seketika senyum Hamdan juga ikut tercipta dan menghampiri Saeed yang sudah berdiri merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Hamdan. Kedua pria itu saling berpelukan dan menempelkan hidung masing-masing.
"Apa kabar? Kudengar usahamu sangat maju di Inggris." Tanya Hamdan.
"Yah, lumayan. Tapi tentu saja belum bisa mengalahi resto Marwan. Ia sungguh pembisnis handal. Sedangkan aku hanya mencoba dan beruntung." Katanya dengan pandangan yang sedikit mengejek.
"Jangan sok merendah Saeed, aku tau kau sudah membuat banyak cabang!"
"Hahaha, kau benar-benar saudaraku yang tau segalanya!" Saeed memeluk Hamdan sekali lagi.
Tidak lama, Hessa meneriaki mereka berdua. " DUDUKLAH! AKU SUDAH LAPAR!"
"Hessa, aku baru saja sampai. Tidakkah kau sabar sebentar!? Perutmu itu belum saja menjadi tak berbentuk," Ejek Hamdan.
"Oh lihat saja kau Hamdan! Aku akan membalasmu!"
"Ayolah kakak-kakak, bisakah kita melewati malam ini tanpa adanya masalah?" sahut Salamah dengan malas.
Mereka semua pun duduk melingkari karpet yang ditengah-tengahnya tersaji makanan serta minuman khas Arab. Hamdan duduk disebalah ayahnya dan meminum segelas kopi adn (kopi susu dengan rempah-rempah).
"Bagaimana kabarmu nak?" Tanya Muhammad (ayah Hamdan).
"Alhamdulillah aku baik, apa baba (panggilan ayah dalam bahasa Arab) sudah check up kemarin?" Jawabnya.
"Ya, baba kemarin sudah check up dan hasilnya baik-baik saja Alhamduliah." Jawabnya.
Hamdan mengangguk mengerti dan ikut mengambil makanan yang tersaji. Acara makan malam itu berjalan dengan baik juga penuh candaan dari mulai adik kaka yang saling bertukar cerita, sampai para keponakan serta cucu yang berlarian kesana kemari.
Hamdan melepas igal yang terpasang rapi di kepalanya dan meletakkannya di meja sebelah pintu keluar menuju balkon mansion megah ini. Ia berjalan seorang diri menikmati angin malam di balon seraya bertumpu pada batu kokoh yang terpajang disana. Tanpa ia sadari Muhammad alias ayah Hamdan datang menghampirinya.
"Sedang apa kau Hamdan?"
"Baba, aku hanya menikmati pemandangan Dubai di malam hari yang luar biasa ini.." jawabnya dengan sedikit senyum terukir.
Muhammad ikut tersenyum dan meletakan lengannya merangkul anaknya itu yang sudah tidak remaja lagi, "kau tumbuh sangat cepat, bahkan tanganku saja sudah tidak sampai merangkulmu sepenuhnya.." kekeh Muhammad.
Hamdanlah yang akhirnya merangkul ayahnya tersebut, "Baba...aku akan selalu ada untukmu, bukankah itu yang baba maksud?" Hamdan mencium puncak kepala ayahnya berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT HEART WANTS | On Going
RomanceHamdan Lovers mendekatlah wkwkkw, enjoy. #3 in Hamdan 29 Desember 2019 #5 in Dubai 29 Desember 2019 #2 in Arab 31 Desember 2019