XIAN//01

5 2 0
                                    

Mungkin memang sudah menjadi takdir, ketika hati yang telah hancur di pertemukan dengan hati yang hancur juga. Supaya kedua hati itu saling menyembuhkan luka mereka.

(**)

Xian terdiam kaku ketika ia melihat Kayla—pujaan hatinya, sedang bercumbu mesra dengan seorang lelaki, yang tak lain adalah sahabat dekatnya sendiri, Kasano Damian.

Setelah Xian memperhatikan kedua penghianat itu hampir satu menit, barulah Kayla menyadari bahwa ada seseorang selain mereka berdua. Ano yang pertama kali membalik badannya, membalas tatapan Xian dengan senyum miring khas miliknya. Sementara Kayla menghela napas panjang seolah sudah muak dengan kehadiran Xian.

Xian masih terdiam di tempatnya. Hatinya langsung hancur saat itu juga. Melihat bagaimana reaksi keduanya, hati Xian malah semakin meradang.

"Oh, ada Xian," ujar Kayla sambil merangkul lengan Ano tepat di hadapan Xian.

Ano mengelus tangan Kayla yang merangkul lengannya, sambil menatap Xian dengan tatapan penuh kemenangan.

"Gue udah peringatin Lo berkali-kali, Yan. Dan Lo yang keras kepala, Lo sendiri kan yang akhirnya sakit," katanya.

Xian mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Tanpa aba-aba, Xian langsung melayangkan tinju tepat ke wajah Ano sehingga membuat laki-laki itu terjatuh. Lalu Xian beralih menatap Kayla dengan tatapan datar.

"Dasar cewek murahan." Tanpa panda bulu, Xian menampar pipi Kayla hingga gadis itu kehilangan keseimbangannya. Dan tanpa perduli pada kedua orang itu lagi, Xian pergi dari belakang sekolah.

Xian berjalan cepat ke ujung koridor, dimana terdapat tangga yang akan terhubung dengan atap sekolah. Xian berniat untuk menenangkan diri. Karena saat ini Xia benar-benar murka. Hatinya sakit dan hancur.

Setelah sampai di atas sekolah, Xian memperlambat langkahnya ketika kedua matanya melihat sepasang kekasih sedang bertengkar hebat di tempat biasanya Xian berbaring menatap langit.

"Salah aku apa sampai kamu mau putus dari aku?! Jawab Rangga!"

Xian berhenti melangkah saat jarak antara mereka hanya tinggal beberapa langkah lagi.

"Lo itu terlalu lembut tau gak! Muak gue sama orang yang lambat kayak Lo."

Si gadis pirang itu memegang kedua tangan Rangga dengan erat. Namun, dengan mudahnya Rangga menepis kedua tangan gadis itu hingga ia terjatuh dengan posisi bersimpuh. Xian masih memperhatikan keduanya. Niatnya sih Xian tidak ingin ikut campur dalam masalah orang lain. Karena ia sendiri saja juga baru mendapat masalah yang membuatnya benar-benar hancur.

Sebenarnya ia tidak siap menerima kenyataan bahwa Kayla, gadis yang sangat di sayanginya berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri.

"Rangga aku mohon, aku mohon jangan tinggalin aku kayak gini. Aku janji aku akan berubah, jadi aku mohon Rangga," ujar gadis itu sambil berlutut di hadapan laki-laki bernama Rangga itu.

Namun, lagi-lagi Rangga menepis kedua tangan si gadis pirang hingga gadis itu terjatuh untuk yang kedua kalinya.

Merasa tak tahan lagi dengan apa yang disaksikannya, Xian beranjak maju menarik mundur si gadis pirang itu yang hampir saja terkena tendangan dari laki-laki kurang ajar seperti Rangga.

"Lepasin! Lepasin aku!" Gadis itu memberontak dari rengkuhan Xian. Bukan, bukan Xian ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, hanya saja ia tidak tega dengan si gadis pirang itu.

Rangga memperhatikan keduanya dengan bosan. "Lo Xian Pradana, kan? Urus tuh cewek murahan yang sok lemah lembut itu. Gue muak sama dia," katanya lalu pergi dari sana begitu saja tanpa sempat Xian melayangkan tinju miliknya ke arah wajah laki-laki kurang ajar itu.

Xian melepaskan rengkuhannya pada gadis itu. Gadis pirang yang Xian tidak tahu namanya itu langsung duduk bersimpuh sambil menangis histeris. Xian diam untuk memberi waktu agar gadis itu puas menangisi laki-laki yang sebenarnya tidak pantas untuk di tangisi.

Jika Xian yang menjadi gadis itu, Xian tidak akan menangis. Malah Xian akan menghajar laki-laki itu sampai Xian puas. Sampai rasa sakit di hatinya mereda, walaupun sedikit.

"Sampai kapan kamu mau nangis kayak gitu?"

Gadis itu menoleh dengan kedua mata yang sembab. Wajahnya benar-benar berantakan. Dengan rambut pirangnya yang juga acak-acakan.

Xian sempat terkejut dan refleks mundur dua langkah.

"Kamu siapa? Kenapa kamu nolong aku?" tanya gadis itu dengan sendu.

Xian terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa sementara alasan saja ia tidak tahu.

"Kamu, Xian Pradana yang suka berantem itu, kan?" Gadis itu tersenyum manis. "Makasih udah nolong aku tadi, jangan dipikirin omongan Rangga. Dia emang kayak gitu," katanya masih duduk bersimpuh.

Xian berkedip dua kali. Ia merasa terpana dengan senyum manis milik gadis pirang itu. Namun, dengan cepat Xian menyadarkan dirinya kemudian mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri.

"Ayo, bangun."

Gadis itu berpikir sejenak sebelum menanggapi uluran tangan Xian kemudian beralih membersihkan rok coklatnya yang penuh debu.

"Oh, kamu belum tahu namaku, ya." Gadis itu tersenyum manis lagi. Mengulurkan tangan kepada Xian yang masih membisu. "Namaku Karina Ruri, kelas Bahasa 3."

Xian kembali terpana saat melihat senyum manis itu. Namun, lagi-lagi ia cepat-cepat menyadarkan diri dan menerima uluran tangan gadis pirang bernama Karina itu.

"Salam kenal."

(**)

XianWhere stories live. Discover now