Bagian - 6

11.2K 704 33
                                    

"Dunia ini terlalu sempit untuk hal-hal kebetulan yang telah dikehendaki oleh-Nya. Terkadang membahagiakan, tidak jarang pula jadi menyakitkan. Tergantung bagaimana kamu menyikapinya."

◊◊◊


Kata orang, obat untuk patah hati adalah jatuh cinta lagi. Hanna tidak percaya, tapi tidak juga menampik hal tersebut. Yang dilakukannya adalah mencoba untuk membuka hati pada siapa saja yang ingin mencintainya. Walaupun ragu sering mengusik dan berpikir bahwa tidak ada yang bisa mencintainya seperti Malik, tapi dalam satu tahun Hanna mencoba membuka hati pada Aryan. Meskipun tidak ada yang diketahui Hanna lebih lanjut mengenai hal yang lebih privasi, selain pekerjaan dan aktivitas Aryan di dunia hukum. Dalam kurun waktu itu pun, pertemuan mereka dalam hanya tiga kali sejak pertama bertemu.

Sementara dalam rentang waktu itu, Hanna menyibukkan diri dengan rutinitas seperti saat masih bersama Malik. Bebas mengolah hasil otaknya tanpa batasan dan kekangan.

Malam itu di sebuah hotel berbintang, keluarga Wirawan menggelar pesta resepsi pernikahan Haris dan Vania yang telah menikah satu tahun sebelumnya, dan tiga bulan lalu telah dikaruniai seorang anak. Di salah satu suite mewah yang disewa keluarganya, Hanna berdiri menatap pantulan dirinya di cermin.

Sebuah gaun tanpa lengan menjuntai menutupi kaki, warna biru muda sesuai tema pesta malam itu. Rambut cokelat sebahu yang biasa terurai, disanggul rapi memperlihatkan leher jenjang dan bahunya yang mulus. Hanna sengaja tampil maksimal malam itu, karena beberapa hari sebelumnya Aryan telah mengkonfirmasi akan hadir setelah diundang Heru.

Hanna melangkah masuk ballroom hotel sendirian setelah beberapa saat sebelumnya pasangan pengantin lebih dulumengambil tempat di pelaminan. Ia menatap sekeliling yang ramai, tapi tidak ada yang dikenal lebih dekat meskipun banyak keluarga besar orangtuanya yang hadir. Kemudian Hanna duduk di salah satu kursi yang mengeliling sebuah meja tamu undangan yang kosong di sudut ruangan. Ia mencoba menikmati pesta di tengah kesendirian yang justru mengingatkannya pada Malik.

"Hanna?" Suara rendah Aryan menyapa, membuyarkan lamunan Hanna tentang masa lalu.

"Aryan?" Hanna menyambut dengan senyuman. "Hai, duduklah."

Aryan balas tersenyum lalu duduk di hadapan Hanna.

"Apa kabar?"

"Baik. Kamu sendiri?"

"Ya. Seperti yang kamu lihat. Aku sangat baik makanya bisa ada di sini," ucap Hanna antusias.

Selanjutnya, keheningan tiba-tiba menyelimuti kebersamaan mereka di tengah pesta yang ramai. Tidak ada satu pun yang memulai pembicaraan untuk beberapa saat.

Hanna berdeham pelan seraya melirik ke arah pelaminan. Pasangan pengantin tampak masih sibuk menyambut para tamu yang datang dengan senyuman. Lalu ia beralih kembali pada Aryan. "Aryan, kamu ... sudah menemui mereka?"

Aryan mengangguk tanpa melirik ke arah yang dimaksud. "Ya, aku juga sudah menemui Heru serta kakakmu, Haris."

"Oh. Baiklah. Jadi, bagaimana?" Hanna mencoba membuka topik untuk membahas tentang hubungan mereka.

"Bagaimana?"

"Ya, bagaimana ... dengan ... kita? Inikan sudah satu tahun?"

Cinta di Batas Cakrawala [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang