Bagian - 5

12.6K 885 29
                                    

Makan siang berlangsung hening, tidak ada seorang pun yang bersuara di antara tiga manusia dewasa yang duduk di sana. Hanya denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring, menandakan mereka begitu fokus menyelesaikan aktivitas tersebut.

Selesai makan, Hanna menuruti permintaan papinya untuk bicara di belakang rumah. Terdapat sebuah kolam renang yang di sisi utara ada beberapa kursi. Tempat yang tampak tenang, favorit orangtuanya bersantai menghabiskan waktu.

“Duduklah di sini.” Heru duduk di salah satu kursi.

Hanna pun menurut. Dengan malas ia duduk di kursi samping papinya yang terpisahkan sebuah meja kecil.

“Apa yang membuatmu memutuskan untuk pulang?” Heru memulai pembicaraan dengan tenang.
Hanna mengembuskan napas kasar, kemudian matanya memicing sinis. “Papi tidak suka aku pulang, ya? Lalu apa maksudnya, berkali-kali meneleponku. Memintaku pulang?”

“Papi hanya tanya, bulan lalu kamu bilang tidak ingin pulang.”

“Intinya saja, Pi. Jangan basa-basi, aku sangat lelah karena perjalanan. Jadi, bicaralah yang jelas!” sela Hanna malas.

“Baiklah. Tahun depan usiamu sudah tiga puluh tahun. Papi memintamu kembali untuk ....”

“Menjodohkanku?” Hanna kembali menyela.

“Hanna ....”

“Iya, ‘kan?” cecar Hanna tegas. Ia tersenyum sinis melihat papinya mengangguk. “Sudah kuduga.”

“Papi sudah punya calon untukmu. Papi yakin, kamu pasti menyukainya.”

Senyuman sinis Hanna semakin tajam. “Mungkin, aku bisa menyukainya, tapi apakah dia bisa menyukaiku? Sedangkan orangtuaku saja tidak pernah menyukaiku.”

“Hanna ....”

“Ya, baiklah. Aku turuti kemauan Papi. Tapi dengan syarat, aku dan dia saling suka. Kalau salah satu di antara kami ada yang tidak suka, berarti batal!” tegas Hanna tanpa kompromi.
Heru menggembuskan napas, kemudian mengangguk. “Baiklah.”

“Dan satu hal lagi ....”

“Apa itu?”

“Jika batal, biarkan aku cari calon suami sendiri. Aku tidak ingin terlibat perjodohan konyol bertahun-tahun, seperti anak kesayangan itu.” Hanna langsung berdiri dan masuk rumah tanpa peduli respon papinya. Lalu melewati maminya yang baru saja akan menghampiri keluar.

“Hanna?”

Langkah kaki Hanna terhenti sebelum berpijak di tangga. Ia menoleh ke asal suara dan mendapati kakak laki-lakinya bersama seorang wanita berkerudung. Menyadari siapa yang jadi iparnya, Hanna langsung melengos dan melanjutkan langkahnya ke kamar.

Wanita itu Vania, teman kecilnya yang kini menjadi istri kakaknya. Kakak yang sejak kecil tidak pernah akur dengannya, terlebih karena perbedaan kasih sayang orangtua mereka. Dan entah, ia tak tahu akankah bisa kembali dengan Vania atau tidak.

◊◊◊

Hanna mengurung diri seharian di kamar sembari menulis beberapa artikel yang akan dikirim ke sebuah media online ternama. Selama beberapa tahun tinggal di luar negeri, ia bekerja sebagai freelance jurnalis bersama kekasihnya, Malik.

Cinta di Batas Cakrawala [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang