Aku berjalan melewati toko kue milik ibuku. Disampingnya nampak sebuah mobil telkom yang terparkir. Awalnya aku sempat bingung.untuk apa mereka datang kerumahku. Toh, toko kue milik ibuku tutup. Namun kebingunganku sempat sirna,karena mengira mereka sedang memesan kue untuk acara di kantor mereka atau untuk apapun itu.
"maaa..aku pulangg"
Tak kudapati jawaban dari ibuku yang biasanya menyambutku saat pulang sekolah. karena tak mendapati jawaban dari ibuku yang membuatku khawatir .aku bergegas berjalan masuk menuju ruang tamu tanpa melepaskan sepatu. Dan disana kudapati dua orang petugas telkom yang sedang memasang jaringan internet. Kebingunganku secara tiba-tiba muncul kembali. Bagaimana tidak, pasalnya ibuku adalah orang yang paling kekeh untuk tidak memasang jaringan internet dirumahku. Walau sudah dipaksa oleh keempat kakakku. Ngomong-ngomong tentang kempat kakakku, mereka semua tinggal di luar kota bersama keluarganya masing-masing. sedangkan aku tinggal bersama ibuku dengan seorang pembantu.
"ehh kamu udah pulang" suara wanita berumur 40 tahun mulai menggema ditelingaku. Wanita itu tidak lain adalah ibuku . Ia berjalan menuju ruang tamu sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat tiga cangkir teh panas dan setoples kue kering kesukaanku yang tampak begitu menggoda.
"iya maa" aku menghampiri ibuku yang sedang menaruh nampan tadi di atas meja. Lalu menyaliminya.
"Silahkan pak di makan kuenya dulu" ucap ibuku
"Makasih ya bu,jadi ngerepotin" jawab salah satu petugas itu. Dalam hatiku ingin sekali mengatakan kepada kedua petugas itu pak jangan abisin kuenya yah nanti kusumpahin bisul .
"ma,kuenya awas aja sampai abis" kataku berbisik . "Kalau kuenya sampai abis gegara kedua petugas itu,mama tau kan aku bakal ngapain" aku berani berkata seperti itu karena itu adalah stok terakhir kue kering kesukaanku.
"iya ngak bakal abis"
"ya udah sana, naik ke atas ganti baju terus turun kita makan siang. Mama udah nyiapin sayur capcay kesukaan mu."Padahal baru saja aku ingin bertanya tentang kedua petugas telkom tersebut. Sayangnya, ibuku terlebih dahulu menyuruhku untuk mengganti bajuku. Sebenarnya, bisa saja aku menanyakan terlebih dahulu tentang petugas itu. Tapi,karena mendengar kata capcay diriku seolah-olah terbuai untuk buru-buru mengganti baju dan bergegas makan.
"Okee ma""Laa,sepatunyaa dilepas dulu dong,terus taruh di rak sepatu"
Aku berhenti sejenak "yah maa udah tanggung.Aku lepas diatas aja yah" teriakku
"lantainya ngak bakal kotor. Kalau kotor kan ada Bi Sari.."lanjut ku sambil tertawa
"Emang dasar,kamu kerjanya cuman nyusahin orang"
"Kalau ngak nyusahin nanti ngak ada kerja"
, , ,Aku berlari keluar kamar menuju lantai bawah .Perutku sudah terasa lapar dan otakku sudah tak sabar mendapat jawaban.
Saking semangatnya karena dua hal tersebut aku tak menyadari bahwa aku belum mengenakan celana. Maksudku celana pendek.Aku mengenakan baju daster. Biasanya, kalau aku memakai baju daster aku selalu mengenakan lagi celana pendek sebagai dalaman. Ya,semua itu agar aku bisa bebas bergerak. Mau jungkir balik kek,mau loncat sana loncat sini kek,jadinya tetap aman terkendali.wkwkwk
Awalnya aku berpikir untuk kembali keatas,untuk memakai celana pendek. Tapi rasa lapar mengalahkan itu semua.
Aku berlari pelan sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang senang karena mendapatkan setangkai gulali atau lolipop
"Cap cay! Cap cay!" kataku saat melewati anak tanga. Aromanya begitu tajam, hingga merasuki hidungku.
"Ilaa, makan siangnya udah siap" panggil Bi Sari. Ila adalah nama panggilanku di rumah. Kalau di sekolah, hanya teman-teman kelas dan beberapa guru saja yang memanggilku Ila.
"Iya bi,sante aja" jawabku sambil berlari ke arah meja makan.
Di atas meja sudah tersedia sepiring sayur capcay,ikan goreng,perkedel jagung dan pastinya sambek terasi. Membayangkannya saja sudah membuatku menjadi kelaparan.
"Oh ya bi mama kemana?kok ngak ada?"
"Tadi pas non Ila ganti baju,nyonya pamitan keluar. Katanya ada urusan bisnis. Pulangnya malam"
" Hari libur masih aja urusan bisnis?cape deh" kataku sambil menarik kursi. "Terus, petugas telkom tadi udah pada pulang ya bi? kok bisa ya mama berubah pikiran.Bibi kan tau, kalau mama orang yang paling kekeh buat ngak masang wi fi."
" Iya,udah pada pulang tadi. Ngak tau deh non. Tapi denger-denger bukan nyonya yang masang. Katanya ada orang yang nyuruh mereka. Biaya nya juga udah di bayar selama setahun"
"Gila tu orang kaya bener. Tapi syukurlah. Jadinya ngak usah nyisipin uang jajan buat beli kuota" jawabku sambil tertawa kecil.
"Bentar yah non"
"Mau kemana bi?temenin Ila di sini dong. Kita makan bareng"
"Iya,bentar aja mau ngambil sesuatu. Tadi nyonya nitipin surat"
"Surat? Mama kayak ngak punya handpone aja. Sampe nitip pesan harus pakai surat" Kataku "yaudah deh bi ambilin dulu suratnya"
Mungkin hampir sekitar lima menit bi Sari ngambil surat. Dan karena terasa lama aku memutuskan untuk makan duluan. Maklumlah cacing-cacing di perutku sangat sensitif dengan kata lapar.
"Ini non" ucap bibi sambil menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat.
"Makasih ya bi" jawabku sambil menerima amplop tersebut dan memasukkan ke dalam saku daster yang ku kenakan "ayok duduk bi,kita makan bareng"
Walaupun hari ini dirumahku telah terpasang wi fi. Tapi aku tak dapat menyambungkan jaringannya ke handphone ku. Ya,karena aku tidak mengetahui paswordnya. Sebenarnya aku ingin menelpon ibuku lalu menanyakan paswordnya,tapi aku takut mengganggu. Toh,ibuku sedang bekerja. Aku tipe anak yang mengerti dengan kesibukkan orang tua. Mereka sibuk karena mereka sedang mencari uang. Uang yang kita gunakan sekarang. Kalau tidak ada uang bagaimana aku akan sekolah? Dan bagaimana kami bisa makan? Ya kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Ceritaku (Coming Soon)
RomansaJATUH CINTA PADA PANDANG PERTAMA MEMANG MENYENANGKAN. TAPI KALAU JATUH DI AWAL PERKENALAN ITU SAKIT Ceritanya akan di perbarui setiap minggu!