Hari Senin, dua hari berlalu setelah acara Pra-MPLS kemarin. Sekolah penuh dengan murid di pagi hari, tidak hanya peserta MPLS yang memenuhi sekolah, tetapi juga kakak-kakak kelas yang memulai hari pertamanya sekolah dengan kelas baru yang mereka terima. Pukul 07.00WIB, seluruh peserta MPLS dikumpulkan di aula yang sangat besar.
"Semua peserta harap memasuki aula dan membentuk barisan dengan kelompok yang telah ditentukan di belakang tanda nama kelompok kalian." ujar Pak Yahya, guru BK sekaligus Pembina ekstrakurikuler pramuka disekolah ini.
Hanya dalam kurang lebih 3 menit, seluruh peserta sudah masuk di aula dan membentuk barisan masing-masing. Pukul 07.10, upacara pembukaan MPLS dimulai karena dari tadi masih menunggu Kepala Sekolah.
Upacara berlangsung khidmat dan tertib, upacara berlangsung selama 30 menit saja. Dimulai dari pembacaan urutan kegiatan, pesan yang disampaikan kepala sekolah, pengalungan id card milik 2 orang murid yang terpilih sebagai peresmian pembukaan MPLS hingga kepala sekolah meninggalkan aula. Dan seluruh barisan dibubarkan. Kami diberi waktu istirahat 20 menit untuk membeli makan di koperasi atau yang lainnya.
Disaat yang lain bercakap-cakap dengan kawan barunya atau bahkan berjalan beriringan untuk membeli sesuatu di koperasi, namun berbeda denganku yang terus melamun dan menatap Lin dari kejauhan. Tetapi, lamunan ku pecah seketika, "Lang, makan bekal bareng yuk!" , yah suara itu adalah suara sahabatku, Anton namanya.
Dia adalah anak orang yang cukup kaya, namun dia baik hati dan tidak menyombongkan apa yang dimiliki oleh dia dan keluarganya. Dulu mulai dari SD, dia selalu bersepeda denganku menuju sekolah, dan tidak ingin diantarkan dengan mobil. Katanya sih, bersepeda lebih menyehatkan. Lepas dari semua kekayaannya, aku menganggap Anton sebagai sahabatku yang sangat baik. Aku bersahabat dengannya bukan semata-mata karena ingin kekayaannya, tetapi aku pernah ditolong olehnya ketika sepedaku masuk sawah.
Aku menerima ajakan Anton. Cuma 15 menit, bekalku telah habis. Sebelum kembali ke dalam aula, Anton bertanya kepadaku, "Lang, apa ada atuh, cewek yang kamu sukai disini, teteh disana mungkin?" sambil menunjukkan keberadaan kakak-kakak kelas XI dengan gerakan bola matanya. Aku tahu kebiasaan Anton, meskipun dia baik tapi dia selalu bertanya mengapa aku tak ingin mempunyai pacar. Dan aku bosan topik pembicaraan Anton yang ini, dan aku lebih memilih memukul Anton dengan kotak bekal daripada harus bercerita tentang Lin.
Pukul 08.00, kakak OSIS telah meneriaki kita untuk segera membentuk barisan kembali. "Ayo dek, yang diluar cepat masuk! Sebentar lagi ada materi dari guru-guru, Dek!". Sontak aku berdiri dan memegang tangan kanan Anton yang masih akan menyuap nasi ke dalam mulutnya. Anton tidak mendengarkan jika kakak OSIS telah berteriak, karena dia selalu makan sambal menggunakan earphone di telinganya. Katanya sih makan lebih menyenangkan dengan diiringi musik.
"Kenapa sih gak bilang-bilang kalau udah habis jam istirahatnya." celetuk Anton dengan sebal. "Untung cuma dinasehati agar gak menggunakan earphone." Anton masih dengan wajah yang tetap bersungut-sungut.
"Iya iya maaf, aku tadi juga terkejut kok. Makanya refleks narik tanganmu Ton." aku meminta maaf dengan sedikit cekikikan melihat wajah Anton.
Kami kembali ke kelompok kami masing-masing setelah melihat guru masuk dari pintu samping aula. Kelompokku nomor 4 dan kelompok Anton nomor 6, sedangkan Lin kelihatannya berada di kelompok nomor 12. Aku tadi memperhatikan dirinya masuk kebarisan itu sebelum Anton datang dengan wajah bersungut-sungut. Setelah semua berbaris rapi dan di dalam aula tak bersuara sama sekali, barulah guru itu membuka materi dengan salam, Pak Danang namanya. Beliau mengisi materi tentang akhlak dan aqidah, beliau adalah salah satu guru agama. Setelah 30 menit mengisi materi, Pak Danang mengakhiri materinya dan digantikan oleh guru-guru yang lain.
"Bagaimana dek sudah capek? Pastinya belum ya... Tapi kita akan istirahat dulu ya? Karena waktu telah menunjukkan pukul 12.00 WIB dan saatnya untuk Ishoma." , salah satu kakak OSIS yang menjadi host memperkenankan untuk beristirahat, sholat, dan makan siang. Anton mengajakku sholat lebih dulu, ternyata dia membawakan sandal dua pasang. Satu untuknya dan satu untukku, karena dia tau aku bakal lupa. Setelah sholat, Anton mengajakku ke tepi aula, karena dia ingin melanjutkan makan. Kali ini Anton makan tidak sambil mendengarkan musik dan dia menggerutu.
"Adik-adik minta perhatiannya ya!" suara mikrofon kembali menyala, kukira jam istirahat telah habis.
"Di antara adik-adik ada yang bersedia maju ke depan untuk menyanyikan lagu?" sahut perkataan kakak OSIS yang lain.
Tak ku kira Lin yang maju ke depan, dia memperkenalkan diri dan menyanyikan lagu yang diiringi oleh OSIS Band. Dia membawakan lagu yang amat kusukai, judulnya I was king-One Ok Rock. Suaranya yang indah berhasil membuat seluruh pandangan siswa tertuju padanya.
Jam istirahat telah habis, saatnya kembali ke barisan dan duduk bersila. Jujur aku sangat bosan di hari pertama ini, karena disaat pengisian materi kita tidak boleh ngobrol, bergurau, bahkan bermain handphone. Banyak anak yang menguam karena merasa sangat bosan. Waktu terasa berjalan sangat lambat untuk menunjukkan pukul 14.00. Tersisa waktu satu setengah jam dari waktu istirahat tadi, dan itu tandanya tersisa 3 pemateri lagi begitulah dugaanku saat itu.
Tapi tentu saja, dugaan itu tak selalu benar terkadang juga salah. Tenyata hanya satu pemateri yang mengisi dan satu jam digunakan untuk games oleh kakak OSIS. Hal itu sangat menyenangkan untuk dilakukan, banyak games seru yg dimainkan. Tak terasa 45 menit sudah berlalu, kakak OSIS menghentikan permainan dan menyuruh kita semua untuk saling mengenal satu kelompok.
"Silahkan berkenalan sekarang! Karena besok pagi setelah masuk aula ini, tidak ada yang boleh berbicara satu sama lain. Bagi kelompok yang terdapat anggotanya tidak hafal nama satu regu, maka akan diberi hukuman satu regu itu." ujar Kak Hanfi dengan tegas.
Tepat setelah kak Hanfi memberi salam, bel sekolah berbunyi menandakan kita boleh beristirahat malam ini. Pukul 14.00 WIB, seluruh peserta dipulangkan, dan kali ini aku pulang bersepeda dengan Rusi dan Anton. Mereka bersepeda di depan sejajar, sedangkan aku di belakang mereka. Banyak hal yang saling mereka ceritakan dan aku lebih memilih untuk mendengarkan saja.
"He, Rus. Lu tau gak siapa yang sedang disukai Si Lang sekarang?" tanya Anton mulai beralih topik lain dan kali ini membahas aku.
"Ya mana gua tau atuh, Ton." jawab Rusi dengan berbisik meniru gaya Anton.
"Aku takut kalo Lang itu gak punya pasangan hidup ke depannya."
"Ih ngawur lu, Ton. Masa doain temennya sendiri kayak gitu." Rusi mulai menjawab dengan ketus.
"Woy, Ton. Lu mau pulang ke rumah siapa atuh?" tanyaku sambil tertawa cekikikan, karena Anton tidak sadar melewati persimpangan arah rumah dia.
"Eh... Kumaha atuh. Kok bisa kelewat? Siapa sih yang mindahin ini?" Anton menjawab dengan sedikit malu. "Ya udah deh, Rus Lang gua balik dulu ya... ati-ati di jalan." sambung Anton.
"Ok, sampai besok." jawabku dengan Rusi hampir bersamaan.
Anton berpisah denganku dan Rusi di persimpangan, tempat aku berpisah jalan dengan Lin. Aku tidak melihat Lin bersepada di sepanjang jalan tadi. Sama seperti dua hari yang lalu, aku bersepeda bersama Rusi yang asyik bercerita dari huruf A sampai huruf Z. Sementara itu, aku tetap hanya mendengarkannya saja.
Pukul 08.00, aku sedang belajar untuk menghadapi tes pemilihan penjurusan siswa yang akan dilakukan dua hari mendatang. Aku hanya belajar seadanya saja dengan niat yang bisa dibilang minim. Sesekali aku membuka hp ku dan melihat notifikasi yang bermunculan. Aku mengecek whatsapp-ku dan melihat sebuah pesan dari nomor yang tidak ku ketahui dengan name tag Unknown. Isi pesan itu :
Hay, Lang. Gua tau nama dan nomor lu dari temen lu. Entah ini hanya perasaanku saja, tapi aku merasa kau selalu memperhatikanku. Gua suka aja ada yang memperhatiin gua, dan gua cuma mau bilang terima kasih. See you.
Unknown
Entah siapa pengirim pesan itu, sampai saat ini aku belum mengetahuinya. Dan yang membuat aku bingung saat itu adalah siapa yang ngasih nomorku. Aku memilih untuk berbaring di kasurku sambil memegang hp ku yang sedang memutar lagu. Aku merasa lelah dan memilih untuk tidur, daripada memikirkan sosok misterius itu.
===
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & DISASTER
RomanceNamaku Hilangit Baskoro, sebuah nama yang tak memiliki arti bagiku. Hingga aku menemukan sosok Lin, perempuan yang cantik dan pantang menyerah. Suatu ketika sebuah bencana datang, yang membuat namaku sangat berarti. Kehilangan karena langit, itulah...