Alicia Cahya Rinjani

57 4 0
                                    

Hanya butuh 10 menit aku telah tiba di taman kota, tak ada seorang pun di sana. Aku memarkirkan sepeda dekat sebuah pohon, dan memilih untuk duduk di ayunan. Aku duduk sembari merasakan kenangan yang telah lama hilang, kenangan dimana aku dan Rusi sering bermain disini. Rusi sering terjatuh dari ayunan ini, tapi tak pernah sekalipun aku melihat Rusi menangis. Rusi selalu membeli es di seberang taman kota ini, dimana sekarang telah berubah menjadi warnet.

Aku mengeluarkan handphone-ku dan hendak menelepon Alicia. Namun, sebuah mobil telah terparkir rapi di halaman taman kota, mobil yang tak asing bagiku. Mobil yang dikendarai oleh Alicia sendiri dan hadiah dari orang tuanya saat ulang tahun Alicia yang ke 15 tahun lalu. Orang tuanya seakan tak pernah jera apabila Alicia terkena tilang, mereka akan mengurus secepatnya dan Alicia bebas mengendarai lagi.

Seorang perempuan yang mengenakan seragam sekolah dan membawa tas kecil di punggungnya. Perempuan itu bernama Alicia Cahya Rinjani atau sering dipanggil Alicia. Seorang anak pengusaha kapal kontainer, ia hidup bersama kakaknya yang baru saja akan kuliah. Sifat dan sikap Alicia berbanding balik dengan kakaknya, Alivia Cahya Penanggungan. Jika kakaknya yang memiliki sifat hemat dan hati-hati, berbeda dengan Alicia yang memiliki sifat boros dan ceroboh.

Dirinya pernah ditipu oleh temannya sendiri dan dia tidak merasa cemas sekalipun. Alicia lebih suka memamerkan harta benda yang keluarganya miliki, berbeda dengan kakaknya yang bersikap sederhana. Kak Alivia dulu selalu berangkat sekolah dengan bersepeda mulai kelas 2 SD hingga lulus SMA ini, berbeda dengan Alicia yang mulai SD hingga lulus SMP diantar oleh sopir pribadi dan saat ini dia mengendarai mobil sendiri untuk berangkat ke SMA-nya.

Terlepas dari semua kebiasaan buruknya, sebenarnya Alicia adalah anak yang baik, suka menolong, dan selalu disiplin di sekolah. Hampir seluruh anak laki di SMP ku tak ada yang tak mengenalnya, atau bisa dibilang famous diantara anak perempuan yang lain. Banyak cowok yang menyukainya, namun selalu ditolak olehnya. Dan udah hampir berjuta kali dia menjatuhkan semangat cowok-cowok itu.

**

Alicia berlari kecil menghampiriku dan aku beranjak dari dudukku untuk menyambut dirinya. Alicia langsung memeluk tubuhku, tanpa peduli sekitarnya. Inilah kebiasaan buruk dari Alicia yang tak ku sukai, seenaknya sendiri melakukan hal yang dia mau kepadaku tanpa pernah melihat kondisi sekitar. Dulu pernah, ketika kami satu SMP study tour ke Borobudur, mulai turun hingga kembali ke bus Alicia menggandeng tanganku bak orang yang lagi pacaran. Lantas seluruh temanku menyorakinya dan Alicia tak mempedulikan diriku yang telah malu setengah mati.

"Lang... aku kangen banget selama liburan kemarin." ujar Alicia sembari memelukku. "Ingin liburan kemarin ke rumahmu, tapi aku ke rumah nenek." sambungnya.

"I...ya, gak usah pake rangkul gini bisa nggak?" ujarku dengan ketus.

Perlahan Alicia melepaskan pelukannya seraya berkata, "abisnya aku kangen." Alicia menarik lenganku dan mengajak duduk di sebuah kursi taman. "Kamu sekolah dimana, Lang? Rusi gimana? Anton juga? Kalian satu sekolahkan?" beberapa pertanyaan langsung disodorkan kepadaku dalam waktu yang amat singkat.

"Ya kita satu sekolah, dan semua dalam kondisi baik. Kamu gimana dan sekolah dimana?" jawabku. "Ada perlu apa sampai aja aku ketemuan?"

"Aku sekolah di kota sebelah, emang jauh sih. Tapi, orang tuaku nyuruh disana ya gimana lagi. Udah makan belum? makan yuk! Sepedamu taruh di belakang bagasi aja." ajak Alicia dan menghiraukan pertanyaanku yang satunya.

Aku hanya mengangguk dan menaruh sepedaku di belakang bagasi, karena mobilnya dilengkapi alat untuk menaruh sepeda gunung. Setelah ku taruh sepedaku, aku masuk ke dalam mobil dan aku yang menyetir. Seperti biasa tiap kali kita bertemu, selalu aku yang menyetir. Aku memang bisa, tapi aku tidak mau naik kendaraan bermotor ke sekolah sebelum memiliki SIM.

LOVE & DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang