5

764 45 4
                                    

Setibanya di warteg, mereka langsung mencari tempat duduk yang kosong.

"Kau mau pesan apa?" tanya Sakura pada Hinata setibanya mereka duduk.

"Hm...," Hinata masih sibuk mencari-cari makanan yang enak pada menu tersebut.

Terdengar dengan jelas suara amukan dari perut Hinata yang tak dapat menahan laparnya lagi. Dan itu, membuat Sakura malu karena para pembeli yang ada diwarteg itu sedang menatap ke arah mereka berdua.

"Hinata, jangan buat malu ah," bisik Sakura sambil menutup mulutnya menggunakan menu diwarteg itu.

"Sudahlah, bodo amat ngurusin yang begituan," ucap Hinata yang masih fokus dalam memilih makanan yang ada dimenu.

"Hm, yaudah cepatlah. Kau mau pesan apaan?"

"Oke, aku mau pesan ayam penyet, pecel lele, nasi goreng. Dan untuk minumannya... Air putih hangat saja deh."

"Ya ampun, banyak sekali. Apa kau sanggup menghabisinya?"

"Ya habislah, jangan kau ragukan kemampuan lambungku ini wahai Sakura Haruno."

"Ah, terserahmu sajalah Hinata."

"Aku yang mesan, apa kau yang memesankan ini semua?" tanya Hinata pada Sakura.

"Kau sajalah. Soalnya aku sedang panas dalam, sariawan dan bibir pecah-pecah nih," keluh Sakura.

"Ye, lebay kali kau."

"Aku serius, lihat ni," Sakura menunjukkan salah satu sariawan yang ada dibibirnya.

"Yaudah deh ah. Bang?!" panggil Hinata pada seorang karyawan di warteg tersebut, dan segera menyebutkan makanan dan minuman yang hendak mereka pesan.

"Oke mbak, jadi hanya ini saja kan yang mbak-mbak pesan?" tanya karyawan itu.

"Iya bang, iya," jawab Hinata tak sabar.

"Baiklah, secepat mungkin pesanan mbak akan selesai," kata karyawan itu.

"Iya, abang ganteng," sahut Hinata, lagi.

Dan karyawan itu pun pergi menuju meja dapur untuk memberi pesanan yg mereka pesan.

"Sensi bener hari ini. Kenapa?" tanya Sakura agak heran dengan sikap Hinata.

"Aku sedang lapar, makanya sensi."

"Yaudah iya, aku ngerti. Oh iya, tadi udah bahas apa aja sama Naruto?" tanya Sakura penasaran.

"Hm, tak ada," jawab Hinata singkat.

"Serius?"

"Iya, Sakura Haruno. Kami hanya sekedar menanyakan nama dan bertukar kontak saja."

"Wah, hebat juga kamu ya. Bisa cepat beradaptasi sama pria sepertinya," Sakura bertepuk tangan merasa kagum atas perilaku Hinata kepada Naruto.

"Jelas, siapa dulu dong," bangga Hinata pada dirinya sendiri.
"Eh, tapi kalau aku jatuh hati sama Naruto, apakah tak masalah bagimu?" tanya Hinata dengan santai kepada Sakura.

"Mau kamu jatuh hati, jatuh cinta, jatuh bangun pun mengejarnya juga tak masalah bagi ku wahai Hinata."

"Serius?" tanya Hinata semangat.

"Iya, serius. Soalnya pria itu kan Naruto, bukan Sasuke. Kalau kamu jatuh hati sama Sasuke, baru aku tak merestui perilakumu terhadapku," jelas Sakura dengan rinci.

"Oh gitu ya, syukurlah," Hinata menghembuskan nafas panjang pertanda merasa lega setelah mendengar nya.

"Kenapa? Kau suka ya sama Naruto? Iya kan?" goda Sakura.

Without You, My HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang