Hai,guys,jadi ini bukan update-an cerita. Ini hanya sebuah curahan hati seorang Rian yang terdalam. Jangan lupa Vote sebelum membaca,guys!!!!^-^.
Sore itu,saat Rindu melanda. Aku melarikan diri ke pantai untuk melihat senja tanpa dia. Tapi rasanya tetap saja ada bayangannya di dekatku.
Sejak hari itu,dia tak pernah lagi datang mengetuk pintu kamarku dari balkon. Dia tak pernah lagi menemaniku melihat senja di pantai tempat biasa kami menghabiskan hari. Setiap senja datang,aku selalu membawanya ke sana,dan Mas-mas yang berjualan es kelapa muda itu juga sudah hafal dengan wajah dan sikap kami. Katanya kami serasi,ahh,serasi dengan sahabat sendiri itu rasanya aneh.
Dulu,saat kami kecil,Ica pernah bilang sesuatu yang sampai sekarang dan selanjutnya tak akan pernah aku lupakan. Katanya dengan cadel,"Lian,kita kan lahilnya baleng,sekolahnya juga baleng,main mainnya juga baleng,kita kecilnya baleng-baleng,deh,pokoknya.
Tlus,Ica maunya kita besalnya juga baleng. Lian,mau janji,kan?" Aku yang mendengarnya saat itu tersenyum dan mengangguk kuat-kuat.Mengingat kejadian itu,aku suka tersenyum geli dengan kepolosan seorang Ica pada masa itu. Ah,andai waktu bisa di putar,aku tak akan membiarkannya tak sadarkan diri selama ini.
"Rian,lo gak kesepian apa nggak punya pacar?" Tanya Ica suatu sore saat kami berada di pantai untuk menyaksikan senja yang indah kali itu.
"Kayak lo punya aja" Jawabku malas.
"Yaahh.. Setidaknya gue pernah beberapa kali pacaran,daripada lo nggak pernah" Sahutnya santai.
"Buat apa,sih pacaran itu? Akhir-akhirnya juga putus"sahutku tak kalah santainya.
"Eh, yan,lo.. Nggak homo,kan,ya?" Tanyanya yang membuatku keki setengah mati.
Dengan cepat aku menjitak kepalanya kuat. Sehingga terdengar desiran dari mulutnya. "Lo tuh,ya,kalo bicara nggak sayang mulut."
"Yee.. Lo sih,kayak gak pernah dekat sama cewek-cewek"
"Jadi lo bukan cewek?"
"Bukanlah,nyokap bokap gue tuh salah produksi"
Mengingat itu aku tertawa sekaligus sebal,bisa-bisanya dia mengira bahwa aku ini adalah seorang homo??.
"Kalo gue nanti mati gimana,yan?"
"Ya dikuburin,lah.."
"Lo ihh... Serius tauuu"
"Kalo lo mati ya gue sedih dong"
"Kenapa? Karena gak bisa liat muka cantik gue lagi,ya? "
"Ih,jijay alay jablay.."kataku menyaci.
"Ya,karena lo sahabat cewek gue satu-satunya lahh.. Bete tau sahabatan sama cowok terus""Mangkanya cari sahabat cewek yang banyak lahh.. Biar kalo gue mati masih ada yang lain" Sahutnya ngawur.
"Memang masih ada yang lain,sih,tapi kan gak ada yang persis kayak elo!"
Setelah itu hening.
Dari percakapan itu,aku mulai memikirkan bagaimana rasanya saat aku dan Ica sudah dewasa nanti dan sudah memiliki hidup masing-masing. Mungkin Ica juga tak akan sebebas sekarang ini untuk bertemu aku di hari yang akan datang nanti.
Dia juga tak akan sebrutal sekarang ini di hari kemudian. Dia tak akan sesukanya lagi seperti sekarang. Dia juga akan menjadi wanita dewasa yang feminin kelak.
Setelah ku fikir-fikir lagi,aku sangat takut perubahan datang pada kami di hari dewasa kamu nanti. Jadi.. Bagaimana kalau kami menghabiskan masa-masa itu bersama-sama? Maksudku,bagaimana kalau aku saja yang menjadi teman sekamarnya kelak?
Apakah menyenangkan melihat dia tidur dan terbangun di sampingku? Apakah menyenangkan melihat dia memasakkan sesuatu untukku sambil menceritakan dunia yang sedang ia jalani?
Apakah menyenangkan melihat dia hanya memakai handuknya tanpa malu-malu di depanku? Apakah menyenangkan melihat dia bergantian menyisiri rambut lebat ku?
Apakah menyenangkan melihat dia dan aku menggunakan kamar mandi yang sama? Seseorang,tolong katakan padaku seberapa menyenangkannya itu?
Kurasa,aku benar-benar akan menghabiskan sisa umurku bersamanya nanti.
Hufft.. Cukup untuk hari ini,aku harus kembali ke rumah sebelum Bunda menelponku. Tapi satu hal yang benar-benar ingin aku katakan pada Ica,"Ica,aku benar-benar ingin menjadi lelakimu kelak."
Hehe.
#######
Sekali lagi Author ingatkan,untuk menekan simbol bintang di bawah ini ↙. Satu buah vote mu sangat berarti buatku,teman. ^-^
Apakah aku harus melanjutkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight and stories about us.
Teen FictionSenja selalu menceritakan cerita lucu tentang kita padaku. Dan tentu saja, aku tak pernah bosan mendengarnya.