Hakoru berjalan-jalan di tengah keramaian pasar. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, kemarin ia sudah berencana ingin menengok para tawanan perang.
Ia pun berlari ke tempat dimana para tawanan perang ditahan. Tatapannya bertemu dengan tatapan seorang wanita.
"Kau!!!" Seru mereka bersamaan.
"Wah, wah, wah, aku tak menyangka seorang pangeran terhormat sepertimu mau berjalan-jalan ke tempat kumuh seperti ini," ejek Shira
"Oho, tentu saja," jawab Hakoru sembari menyibak poni rambutnya tak merasa diejek sama sekali.
"Idih, seharusnya aku tak bilang dia terhormat!" Gumam Shira menyesali perkataannya.
"Hahaha, bagaimana jika kau kubeli? Lalu kau jadi selirku," tawar Hakoru sembari tertawa licik.
Shira berpikir sejenak, 'jika aku menerimanya, aku bakal bisa makan enak dan berpakaian mahal, tentunya aku juga akan dihormati. Yang lebih penting lagi, aku bisa menghancurkan Xmae dari dalam'
"Bagaimana?" Tanya Hakoru
"Baik, aku setuju," jawab Shira.
※※※
Hakoru menuntun Shira menuju kamarnya.
"Kenapa kita malah ke kamarmu?" Tanya Shira.
"Apa kau lupa? Kau adalah selirku," jawab Hakoru.
"Lalu?"
"Tentu saja kau harus tidur denganku."
"HA??!!!"
Beberapa pelayan datang menghampiri mereka.
"Jadikan dia menjadi wanita yang cantik ya!" Perintah Hakoru licik.
"Hei!!!" Bentak Shira, namun ia keburu ditarik oleh para pelayan.
※※※
Hakoru menepuk-nepuk kasurnya, menyuruh Shira untuk menempatinya.
"Awas kalau kau mendekat lebih dari setengah meter!" Ancam Shira melotot.
"Emm, Shira, maukah kau menceritakan tentang kehidupanmu di Furikasa?" Tanya Hakoru, ia mengetahui nama Shira dari Ara.
"Aku? Hmm... aku dari kecil tak punya orang tua, lalu aku diangkat anak oleh penasihat kerajaan yang tak memiliki anak. Namun, sebenarnya mereka menginginkan anak laki-laki. Aku mendengarnya saat menguping pembicaraan mereka. Jadi aku berdandan dan berperilaku seperti lelaki. Tak pernah memakai Kimono, rambut tak disanggul, dan, yah begitulah. Sama sekali tak mencerminkan anak seorang penasihat kerajaan. Walau begitu, orang tuaku angkatku tak pernah memasalahkan hal itu. Akan tetapi, saat aku berumur 8 tahun, ibu angkatku mengandung, dan melahirkan seorang bayi laki-laki, setelah itu, aku mengira mereka akan membuangku. Namun mereka berkata padaku bahwa mereka itu hanya menginginkan anak lelaki, bukan berarti mereka membenciku. Setelah itu aku mulai menganggap diriku lelaki. Akan tetapi, kebahagiaan kami tak berlangsung lama, orang tuaku dibantai oleh pasukan Xmae. Lalu aku diasuh oleh perdana menteri, Juan. Aku pun tumbuh dalam kebencian dan dendam, apalagi ketika Juan-san dibunuh oleh Ara-san. Aku merasa itu salahku, aku benar-benar menyedihkan." Cerita Shira.
"Tunggu, bila orang tuamu meninggal, dan kamu dirawat menteri Juan, lalu kemana perginya adikmu?" Tanya Hakoru.
"Maafkan aku, aku tak bisa mengatakannya," balas Shira
Drap Drap Drap
Suara derap langkah kaki mendekati kamar Hakoru.
"Sembunyilah!" Perintah Hakoru pada Shira.
BRAK
Pintu pun terbuka.
"Ada apa? Kenapa tak sopan sekali?" Tanya Hakoru.
"Maafkan hamba Yang Mulia, hamba diperintah baginda untuk memanggil Yang Mulia." Tunduk pengawal.
※※※
BRUAK
Raja Osroes III memukul meja.
"Hakoru! Apa benar kau membawa gadis untuk tidur bersamamu?!" Tanya Raja.
"Benar ayahanda," jawab Hakoru menunduk.
PLAK
Raja menampar wajah Hakoru. Hakoru hanya menunduk.
"Kau tahu!? Gadis itu seorang pendekar Furikasa! Ia bisa menghancurkan kita dari dalam! Dan ingatlah! Kau hanya boleh menikahi Chia dari Dinasti Huan! Camkan itu!" Tunjuk Raja pada wajah Hakoru.
"Baik, ayahanda," tunduk Hakoru.
※※※
"Ada apa, Yang Mulia?" Tanya Shira saat Hakoru tiba dikamarnya. Tanpa bicara sepatah kata pun Hakoru menjatuhkan kepalanya ke dada Shira. Shira tersentak kaget, namun perlahan tapi pasti ia memeluk kepala Hakoru. Sesekali juga ia mengusap rambut Hakoru.
"Tak apa, aku ada disisimu," ucap Shira.
Beberapa saat kemudian Shira pun terlelap. Hakoru menyingkirkan rambut Shira yang menutupi wajahnya. Shira pun terbangun, ia membuka matanya perlahan.
"Oh, maafkan aku Shira. Kau jadi terbangun!" Ucap Hakoru.
"Tak apa, tapi sepertinya aku butuh udara segar," balas Shira.
"Udara segar? Aku tahu tempat yang bagus!" Seru Hakoru lalu menarik Shira menuju suatu tempat.
Setelah mereka sampai, salju pun turun. Hakoru yang berjalan di depan Shira pun membuat tapak langkah yang jaraknya cukup lebar. Shira yang melihatnya pun mencoba mengikuti langkah Hakoru. Karena langkah kakinya yang pendek, membuat Shira hampir terjatuh. Namun Hakoru berhasil menangkapnya. Pandangan mereka bertemu cukup lama. Hingga suatu benda putih jatuh diatas rambut mereka. Salju telah turun
"Lihatlah keatas!" Seru Hakoru sembari mengalihkan pandangannya dari mata Shira. Shira pun melihat keatas dan matanya berkilauan diterpa sinar keputih-putihan. Disana terdapat banyak pohon cemara yang berwarna putih dihiasi salju dengan gunung Fuji sebagai backgroundnya.
"Bagaimana? Kau suka?" Tanya Hakoru.
"Ini luar biasa!" Seru Shira, matanya berbinar. Hakoru memandangi Shira dari samping. Matanya yang merah berkilau serta wajahnya yang manis dengan bibir merah darah, begitu kontras dengan salju yang menghiasi nya. Ia seperti bidadari yang mampir dalam kehidupan Hakoru.
"Emm, Yang Mulia, mengenai adikku, sebenarnya dia diadopsi keluarga kerajaan karena raja ingin menikahiku. Namun aku tak mau, sehingga raja berusaha melakukan apapun untuk menikahiku. Hingga ia menuruti semua permintaanku. Namun sepertinya permintaan ku untuk ikut perang membuatnya khawatir, sehingga beberapa hari yang lalu baginda tak mau berbicara sepatah katapun padaku." Tunduk Shira.
Tiba-tiba Hakoru menggenggam tangan Shira dan berkata, "Shira, maukah kau menjadi istriku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress Queen
AcciónShira adalah pendekar kerajaan Furikasa. Setelah kalah berperang, ia menjadi tawanan perang kerajaan Xmae. Namun apa daya bila pada akhirnya ia jatuh hati pada sang pangeran Xmae?