Bab 6: Masalah Baru

86 6 3
                                    

Mungkin orang-orang udah muak liat yang part 1 karena fokusnya ke Anjali bukan Kenath, makanya pada kabur pas di part 1 (padahal belum baca yang part 2). So, gue mau ubah jalan ceritanya. Dari yang awalnya fokus ke Anjali, sekarang fokus ke Kenath. Karena karakter Anjali udah lumayan kuat dan diketahui identitasnya. 

Sekarang gantian Kenath yang diperkuat karakternya dan identitasnya.

Wasalam.

-pacar Shawn Mendes

Tetep Vote dan komen yorobun!!

---------------------

Sesampainya di rumah, Anjali di sapa oleh lima anak lelaki. Siapa lagi kalau bukan teman-temannya Roberth. Bahkan disana ada Putra juga. Tanpa menghiraukan mereka, Anjali berjalan di depan mereka seolah tak ada manusia. Bahkan kakaknya aja gak disapa. Bahkan Putra juga ga disapa.

"Tumbel lo ga disapa Put." Kata Roberth.

"Ga tau tu bang. Padahal tadi ketemu di mall dia baik-baik aja." Jawab Putra.

"Kalian ada masalah? Biasanya kalian main bareng kalo kesini." Lanjut Roberth.

Putra terlihat berpikir sejenak. Dia jadi ingat kalau Anjali ada masalah sama Kenath dan Putra ingat kalau Anjali sangat benci muser dan mungkin Anjali udah tau kalau Putra itu muser.

Putra menghentikan aktivitas makan cemilannya, dan beranjak pergi untuk menemui Anjali. "Anjali." Panggil Putra saat dia sudah berada di depan pintu kamarnya.

Anjali tak berkutik dari jendela kamarnya yang menuju balkon. Anjali masih senantiasa melihat anak kucing yang sibuk memanjat pohon di pohon depan balkonnya.

"Anjali!" teriak Putra lagi. Anjali makin sibuk memandangi kucing itu.

Karna Anjali makin pusing denger Putra yang teriak-teriak. Anjali terpaksa bukain pintu buat Putra.

"Apa?" tanya Anjali dengan wajah kesal. Dengan seenaknya, Putra mengguncang-guncangkan tubuh Anjali.

"Lo ga kenapa-napa kan? Lo ga mau bunuh diri kan?!" tanya Putra.

"Ya. Ngapain gue bunuh diri. Lebih baik gua jalan-jalan ke Australi daripada bunuh diri." Jawab Anjali ketus.

"Bagus." Putra masuk ke kamar Anjali kemudian dia duduk di balkon –memandangi kucing yang masih sibuk memanjat pohon.

"Put. Udah deh. Ga usah peduli sama gue. Ntar gue kalo ketemu sama lo malah dibilang pelakor lagi. Hahaha. Lo kan udah punya si Naya." Kata Anjali sambil menutup pintunya.

Anjali duduk di kasur kemudian berkata, "Aneh tau ga. Disaat lo ga kenal siapa Salma, siapa Kenath, siapa Putra, tapi lo di sangkut pautin sama semuanya. Di bilang pelakor lah, apa lah. Aneh tau."

"Lo ga kenal sama gue?" tanya Putra.

"Bahkan gue baru tau lo itu muser tadi siang. Setelah sebulan lo main kesini terus, gue masih ga kenal lo siapa. Bahkan gue selama ini ngejelek-jelekin muser di hadapan si 'muser' itu sendiri. Aneh kan?" tanya Anjali pada dirinya sendiri.

Putra membalikkan kursinya kemudian dia menatap Anjali yang tengah melihat ke tv yang semutan dengan tatapan kosong dan cengiran seramnya yang khas. "Selama ini gue emang nutupin identitas gue. Lagian gue muser atau enggak ga penting kan? Toh kenyataannya emang kayak gitu. Gue alay, sok ganteng, dan sok ngartis" jawab Putra.

"Lo tau, itu semua jadi penting ketika lo udah punya banyak fans. Banyak yang dukung lo. Tapi lucunya, ketika lo punya fans, walaupun lo salah, lo bakal tetep di dukung. Seakan otak mereka udah di cuci. Siapa yang terkuat, maka dia yang menang. Hukum alam." Jawab Anjali.

Putra yang otaknya sebelas dua belas sama Kenath pun ga ngerti sama apa yang di omongin Anjali. Emang Anjali terlalu pinter, jadi omongannya ga jelas.

Anjali bangkit dari kasurnya lalu berjalan ke luar, "Put. Gue mau jalan-jalan. Habis lo pulang dari sini, gue mohon lo jangan pernah kesini lagi. Lebih baik lo buat MnG lo yang seharga album Shawn Mendes daripada lo ngabisin waktu di rumah gue."













Hari ini Putra, Kenath, Salma, dan Naya lagi jalan-jalan di mall. Mumpung liburan, mereka mau jalan-jalan dulu sebelum sibuk menjadi artis sosial media kembali.

"Kalian mau makan apa?" Tanya Kenath pada teman-temannya.

"Apa? Lo mau nraktir kita?" Tanya Putra balik.

"Ya enggak lah! Lo bayar sendiri-sendiri. Gue cukup bayarin Salma. Ya gak yang?" sahut Kenath lalu dia merangkul Salma. Sebagai pacar yang baik, Salma cuma senyum-senyum.

Pada akhirnya, mereka makan di Sushi Tei dengan percakapan yang ngalur kidul.

"O iya. Kita mau MnG lagi kan?" Tanya Salma. Kenath yang lagi khusuk makan sushi jadi keselek. "Hati-hati." Kata Salma lagi lalu dia memberikan air pada Kenath.

"So," Kenath meminum air yang di berikan Salma. "Kita mau ikut MnG berbayar yang mahal itu?" Tanya Kenath.

"Ya, seperti biasa kan." Jawab Naya. "Lo ada masalah?"

"Enggak lo Nay. Cuma kalo fans kita disuruh bayar segitu kan mampus mereka."

Putra yang dari tadi sibuk memainkan sumpit pun menyahut, "Tumben lo komentar. Biasanya iya-iya aja."

"Gini lo Put. Mereka mau liat kita aja bayar. Sedangkan orang-orang disini sama di sekolah liat kita gratis. Mereka juga rata-rata anak SMP sama anak SD yang masih bocah, boleh lah lo bilang 'terserah kita dong. Kalo mau beli tiketnya beli, kalo enggak ya enggak usah' tapi rata-rata pemikiran mereka itu masih ga nyampe. Mereka akan maksa orang tua mereka untuk bayarin MnG kita. Mungkin aja orang tua mereka kurang mampu kan?" jawab Kenath lalu dia memakan sushi-nya lagi.

"Sejak kapan otak lo se pinter ini? Lo udah berubah Nath." Kata Putra.

Kenath menelan sushi yang ada di mulutnya lalu menjawab, "Ya, orang juga boleh berubah. Tergantung elo maunya berubah ke yang buruk apa yang baik. Kalo gue sih ga mau membebani fans gue untuk bayar MnG."

"Lo udah dipengaruhi Anjali ya." Kata Putra lalu dia tersenyum sinis pada Kenath.

"Tunggu.Anjali yang mana nih? Anjali yang waktu itu kena skandal sama dia?" Tanya Salma sambil menunjuk pacarnya yang ada di sebelahnya.

"Yap. Benar sekali Salma. Anjali yang banyak omong, sok pinter, dan suka jelek-jelekin muser." Jawab Putra dengan santai sambil meminum cola-nya.

Naya mengkerutkan alisnya sambil menatap Putra penuh selidik. "Kok lo kenal sama Anjali?"

"Anjali itu adik temen kakak gue. Gue sering kerumah kakaknya. Ya sekaligus gue ketemu Anjali dong."

"Hey! Anjali itu gak seburuk apa yang lo kira!" pekik Kenath.

"Kok lo malah belain Anjali?" Tanya Salma.

"Lihat Salma!!" kata Putra sambil menepuk tangannya. Putra berdiri lalu menunjuk Kenath. "Dia udah belain Anjali! Tapi terserah lo sih ya, lo mau ikut kita, atau ikut Anjali yang udah ga jelas dia di mana sekarang?"

"Gue mau ikut kebenaran. Gue ga peduli lo siapa. Kalo lo salah ya salah." Jawab Kenath dengan tatapan datarnya pada Putra.

"Liat kan Salma? Pacar lo udah ga peduli lagi sama kita." Kata Putra mem-provokasi.

"Tapi kan itu urusan management kita." Sahut Naya.

"Ya, itu emang urusan management kita. Oleh sebab itu, gue mau keluar." Jawab Kenath lalu dia menggendong tasnya dan pergi meninggalkan semuanya.

-----------

Ga ada note lagi guys. Karena udah di depan.


Gue tunggu sampe 10 orang yang baca baru gue lanjutin. Ok? Ok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We Can't_KenathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang