2 || Dukungan

13K 1.6K 68
                                    

Jangan mengabaikan sebuah dukungan. Entah itu dukungan moril atau pun materil. Karena percaya atau tidak percaya, dukungan adalah sebuah penguat.

|||

"Kaaaa, bangun!"

Raka mengerutkan keningnya kala mendengar teriakan nyaring dari sang mami. Perlahan cowok berperawakan tinggi itu melirik jam yang ada di ponselnya. Masih pukul enam lebih tiga menit.

"Bentar ya, Mi. Sepuluh menit lagi."

Raka kembali menempelkan pipinya di atas bantal. Namun suara menggelegar mami yang mengalahkan bunyi petir itu kembali masuk ke gendang telinga Raka.

Dengan malas Raka pun akhirnya bangkit dan berjalan dengan lesu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah melakukan ritual paginya, Raka dengan tampang lesu karena memang masih punya keinginan untuk kembali ke tempat tidurnya itu pun akhirnya menggabungkan diri bersama keluarga besarnya di ruang makan untuk sarapan pagi.

"Ka, kamu udah hubungi teman-teman kamu kan?" tanya mami dengan nada antusias.

Raka mengangguk pelan seraya bergumam kecil. Mami memang senang mengadakan acara kecil-kecilan di rumah. Katanya, hitung-hitung membuat acara untuk silaturahim baik dengan keluarga besan, tetangga atau dengan teman dari anak-anaknya. Makanya mami tidak segan-segan mengundang semua teman Bagas, Radit, Vano, Ganesa dan Raka.

Mami mengangguk mantap. "Ya udah. Kamu makan dulu, terus temenin Mbak Je-mu ke pasar."

"Lah? Kok harus Raka sih, Mi?"

"Iya, kan cuma kamu yang free. Kalo Mas-mu yang lain itu lagi sibuk ngurus anak-anaknya, kamu kan belom punya anak, Ka. Sedangkan Mbak-mu yang lain sibuk bantuin Mami masak. Kamu mau bantuin Mami masak?"

"Kan ada Mas Gaga, Mi."

"Mas-mu itu mau ke kantor. Ada urusan bentar. Udahlah, Ka. Susah banget sih ya nganterin Mbak-mu."

Raka mendelik sebal dan mau tak mau ia akhirnya mengangguk patuh.

"Good boy!" puji mami. "Cepetan makannya, Ka."

"Ya Allah, Mi. Ini Raka juga baru mau minum udah disuruh cepet-cepet."

Jean, Hana, Yana dan Nina menahan senyumnya melihat interaksi ibu dan anak itu.

"Udah, udah, Mi, Ka. Masih pagi udah pada berantem," ujar Ganesa menengahi.

"Mami tuh, Mas."

Raka menikmati roti bakar selai cokelatnya dengan khidmat. Setelah menghabiskan empat lembar roti panggang, barulah ia meneguk habis susu rasa vanilla kesukaannya.

"Mbak Je, mau berangkat sekarang?" tanya Raka seraya mengelap sisa-sisa makanan yang kemungkinan menempel di sekitar bibirnya dengan tisu.

Jean meminum air putihnya hingga menyisakan setengah gelas. "Sekarang juga nggak masalah, Ka."

Raka mengangguk pelan. "Ya udah. Aku ambil dompet dulu ya, Mbak."

Jean mengangguk mengiyakan.

Raka segera mengambil dompet dan tak lupa hoodie kesayangannya. "Yuk, Mbak," ajak Raka setelah melihat Jean yang menunggunya di teras rumah.

"Yuk."

"Mi. Raka sama Mbak Je pergi dulu ya. Assalamualaikum," teriak Raka dari luar rumah.

Saat akan berangkat, tiba-tiba Ganesa keluar rumah dan menghentikan keduanya.

Hey! Kau! (Calon Pendampingku) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang