Prolog

35 3 0
                                    

Pagi yang cerah dan sejuk di kota Seoul membuat mood Audy semakin membaik. Bahkan dia melangkahkan kaki dengan sedikit senandung di mulutnya.

Kedua kaki Audy tepat berhenti di depan toko buku langganan nya. Dengan segera, ia masuk kedalam toko tersebut.

"Annyeong!" sapa nya pada beberapa pegawai toko buku yang kelihatan nya sudah kenal satu sama lain.

Seperti biasa, ia akan menyusuri semua rak-rak besar yang ada disana. Kepala dan matanya seperti bekerja sama.

Dan seperti biasa, ia akan berhenti di rak novel. Mata dan alisnya yang bertautan cukup jelas menandakan ia sedang serius mencari suatu buku. Setelah mendapat apa yang ingin dia beli, tentu saja dia bergegas ke kasir dan membayar.

Tujuan berikutnya adalah kafe kecil diujung jalan. Tidak terlalu ramai, dan tentu tidak sepi. Suasana nya tenang dan pegawainya pun sangat ramah. Sampai-sampai, daritadi Audy belum selesai mengembangkan senyumnya ke beberapa orang di dalam. Memang ini suasana yang ia suka. Tenang dan damai rasanya.

Ia memesan coklat panas dan beberapa kue kering. Sambil menunggu, ia membuka buku yang tadi ia beli dan mulai membaca.
Tanpa sadar, seseorang sedang memerhatikan dia disana.

Seseorang yang memakai pakaian pegawai kafe dan ada nampan di samping pinggang nya. Tanpa ragu, ia mendekati tempat duduk Audy.

"Audy?" tanya nya hati-hati.

Audy mengangkat kepalanya, "Hoseok?!"

Senyum mengembang di kedua bibir mereka.

"Hoseok, kau disini sedang apa?"

"Ah, aku belum memberitahumu ya? Aku pindah kesini dua hari yang lalu. Dan aku bekerja disini sekarang," jelasnya.

"Oh begitu," Audy membalas dengan anggukan.

"Bagaimana kabarmu? Apa kau masih suka mengemut jempol kaki?" Hoseok menanyakan itu dengan berhati-hati.

"Yak, Hoseok! Kau ini masih sama seperti dulu. Menyebalkan!" Audy memukul pelan tangan hoseok dengan buku tadi.

Sementara hoseok sedang sibuk memerhatikan wajah kesal Audy.

"Kenapa kau melihatku begitu?" tanya Audy.

"Kau.. Semakin cantik saja," kini Hoseok sedikit memiringkan kepalanya dengan senyum yang belum memudar daritadi.

"Berhenti menatapku seperti itu," pipi nya terasa memanas sekarang. Ia yakin pasti pipinya sudah terlihat seperti tomat.

***

Sementara di tempat lain, namja pemalas dan aneh itu masih tergeletak di tempat tidurnya.
Mungkin kali ini, ia berhasil membuat beberapa pulau di bantalnya.

Jam beker yang daritadi berbunyi hanya diacuhkan saja.

"KIM NAMJOOOOON!!!" teriakan beserta suara ketukan pintu yang sangat kencang berhasil membangunkan sang raja.

Dengan malas, ia bangun dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa, sih? Mengganggu saja kau ini," kemudian ia berjalan menuju singgasana nya lagi.

"Hei kau pemalas! Lihat sudah jam berapa ini! Kau bisa lumutan kalau terus-terusan disini." laki-laki yang diketahui bernama Seokjin–sahabat Namjoon itu pun bergegas masuk dan membuka jendela kamar Namjoon.

Hal itu menyebabkan cahaya dari matahari masuk langsung melewati kaca jendela dan tentu saja, raja malas ini merasa terganggu.

"Sialan!" umpat Namjoon.

Seokjin hanya tersenyum miring melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Bangunlah. Mari kita berjalan-jalan sedikit dan sekedar meminum kopi hangat. Itu jauh lebih menyenangkan dibanding bermalas-malasan disini," ucap Seokjin.

Namjoon mengangkat kepalanya, "Biarlah aku tidur dan bermimpi seharian. Asal kau tau, mimpiku jauh lebih indah dibanding kenyataan hidupku."

"Ayolah, Namjoon. Kenapa kau jadi pemalas seperti ini, sih?"

"Kau tau? Semenjak Alice meninggalkanku, aku jadi tidak punya hasrat untuk hidup. Kau tau betul bagaimana aku sangat menyayanginya. Taoi nyatanya dia malah pergi begitu saja. Kau tau dia adalah bagian dari hidupku, dia bagian dari diriku. Aku bukan apa-apa tanpanya," volume suara Namjoon semakin mengecil.

Seokjin menatapnya dengan tatapan kasihan, mendekat kearah Namjoon dan menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. Berharap agar Namjoon segera menerima kenyataan dan melupakan masalalu nya itu.

"Hei Seokjin. Apakah tawaran minum kopi hangat itu masih berlaku?" tanya Namjoon tiba-tiba.

Seokjin menjawab dengan anggukan.

"Baiklah kalau begitu. Tunggu aku akan bersiap 10 menit. Kau bisa ke mobilku duluan. Kuncinya digantung di belakang pintu."

Tanpa basa-basi, Seokjin mengambil kunci mobil Namjoon dan turun ke parkiran apartemen.

----

Keep vomments dan semoga suka sama cerita yg ini:*

Posesif •KNJ•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang