SEPULUH - Kekhawatiran Azka

69 8 1
                                    

Untuk kesekian kalinya, Alleya melihat keramaian di lapangan basket. Alleya juga heran apa yang terjadi sebenarnya. Alleya setengah berlari untuk mendekat ke keramaian tersebut. Ia memaksakan dirinya supaya bisa masuk ke keramaian itu. Sekarang ia bisa masuk dan ia melihat penyebab keramaian itu. Ternyata Kefan dan Azka saling pukul-memukul, lagi.

"STOP! STOP!" Teriak Alleya namun masih tak dihiraukan oleh Kefan maupun Azka.

Alleya pun semakin mendekatkan dirinya pada Kefan dan Azka. Ia menarik lengan Azka supaya menjauh dari Kefan. Namun saat itu juga sebuah pukulan mendarat di pipi Alleya. Alleya tersungkur sambil memegangi pipinya. Ia merasa pipinya perih dan kepalanya pening. Bahkan tenaganya seperti terkuras habis, untuk berdiri saja sepertinya ia tak mampu.

Kefan dan Azka terkejut melihat Alleya tersungkur. Azka segera berjongkok untuk melihat keadaan Alleya. Alleya masih menutup matanya untuk menahan sakit yang ia rasa. Sedangkan tangan kanannya masih memegang pipinya yang terasa perih.

"Al, lo gapapa?"

Alleya yang diajak berbicara hanya diam saja. Sedangkan Kefan yang merasa melakukan kesalahan pun bingung harus bagaimana. Azka kembali berdiri lalu mencengkram kerah seragam Kefan.

"Lo ga puas nyakitin adik gue sampe lo nyakitin Alleya juga?" Ucap Azka dengan suara meninggi.

Azka melepas cengkramannya kasar lalu kembali berjongkok. Tanpa mengucap apapun, Azka menggendong Alleya dan membawanya ke UKS.

Alleya merasa kepalanya berat sekali dan ia memutuskan untuk menutup matanya saja. Ia mendengar semuanya. Mendengar suara Azka yang memaki Kefan. Mendengar suara Azka yang menanyakan keadaannya. Hingga saat ini ia merasa ada seseorang menggendongnya.

Alleya masih tersadar sampai akhirnya kepalanya semakin pening dan sekarang ia tak sadarkan diri.

🌚🌚🌚

Alleya mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Sampai akhirnya ia tersadar, pandangannya tertuju pada seseorang di sampingnya. Ia adalah Azka. Azka menggenggam tangan Alleya cukup erat dan Alleya bisa merasakan hal itu.

Azka yang melihat Alleya tersadar pun segera berdiri dari duduknya lalu semakin mendekat pada Alleya.

"Lo gapapa? Masih pusing? Lo mau gue beliin apa? Gue..."

"Ka."

"Kenapa?" Tanya Azka khawatir.

"Pipi gue perih banget." Tangan Alleya menyentuh pipi kirinya. Namun sebelumnya, tangan Azka mencekal tangannya.

"Jangan diapa-apain, gue obatin dulu."

Azka beranjak berdiri meninggalkan Alleya. Tak butuh waktu lama, Azka datang lagi sambil membawa baskom berisi air dan handuk kecil.

Alleya hendak duduk, namun sesegera mungkin Azka memeganginya, membantunya untuk duduk. Setelah Alleya dalam keadaan duduk, Azka mendekatkan dirinya pada Alleya. Dengan berhati-hati, Azka mengelapkan handuk tersebut ke pipi Alleya. Sesekali Alleya merintih sakit.

"Kenapa lo bisa di sana?"

"Waktu pertama kali lo berantem juga gue di sana kan?" Alleya menjawab.

"Ga seharusnya lo di sana."

"Ga mungkin, gue bertanggung jawab atas ini. Gue ga mungkin biarin lo sama Kefan berantem."

AlleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang