Merpati Itu (Ma:2)

12 3 0
                                    

"AHHHHH KAMU SIAPA...??" Altha berjengit kaget ketika seseorang tampan muncul di depannya. Apa ia bermimpi atau bagaimana, entahlah, baik Altha maupun Author tidak tahu. Yang ia yakini saat ini ialah kepalanya sedang mengalami sedikit masalah.

Mendengar lengkingan Altha yang nyaris membuat telinganya mengeluarkan semua kotoran, Pangeran Andzilo membekap seluruh wajah Altha dengan tangan lebarnya. "Kau ini kenapa..??"

Meski agak kesusahan, Altha terus berusaha melepaskan tangan Pangeran dari wajahnya. "Harusnya aku yang bertanya, Kamu ini siapa..??"

"Aku..?? Kau menanyakan siapa aku..?? Aku adalah merpati yang kau cium tadi."

"Cihh, Kamu pikir perampok kayak kamu bisa membodohi aku..?? Pokok nya aku akan berteriak."

Altha berdiri, ia mengambil nafas dalam lalu berteriak kencang. "PENJAHATTT, TOLONG, ADA PENJAHAT DISINI. PENJA----hmppp"

Pangeran membekap wajah Altha kembali. Mengurung tubuh kecil Altha diantara dua lengannya. Secara tidak terniatkan, Pangeran sedang memeluk Altha sekarang. "Jangan berisik. Aku bukan penjahat." bisiknya terdengar seksi di telinga Altha.

Altha menatap dalam mata kehijauan lelaki yang kini mendekap tubuhnya. Tampan. Yaaa hanya itu yang terbesit di pikiran Altha ketika melihat sosok ini.

Braakkkk

"Aaawww" Altha beberapa kali meringis sambil memegang bokongnya yang terasa ngilu karna telah di jatuhkan begitu saja oleh Pangeran.

"Kamu ini nyebelin banget yaa. Pantat ku sakit. Duhhh kakek."

Pangeran Andzilo mengangkat satu sudut bibirnya. "Baru begitu saja kau sudah kesakitan. Waktu di istana dulu, aku bahkan membunuh lebih dari sepuluh biksu."

Mata Kecoklatan Altha membulat. "Mem--bunuh..??? Apa aku tidak salah dengar..??"

"Yahh seperti itulah. Rasanya tangan ku gatal ingin menancabkan pedang pada tubuh seseorang." Smirk Andzilo muncul. Ia melangkah mendekati Altha yang langsung menyilangkan tangan di depan dadanya, membuat Pangeran tak kuasa menahan senyum terhadap gadis menggemaskan di depannya ini.

"Uhh Ayolah, Nona. Tak usah takut begitu. Aku takkan membunuh mu asal kau menuruti permintaan ku."

"Menuruti permintaan mu..?? Apa aku harus menurut pada seekor siluman burung..?? "

Plakkk

"Awww. Kamuuuuu." Altha kembali menggeram ketika Pangeran Andzilo menyentil dahinya.

Jauh dari ekspersi wajah membunuhnya sekarang, Pangeran Andzilo menahan tawa akan perilaku gadis ini. Ternyata menganggu gadis ini sangat menyenangkan. Begitu pikir Andzilo.

Pangeran Andzilo yang tadinya berjongkok di hadapan Altha, kini duduk di samping gadis itu. Ia menghirup nafas dalam. Hal yang sudah di rindukannya selama beberapa waktu ini. "Aku seorang Pangeran. Aku pergi ke dimensi lain karna di hukum oleh penyihir sialan itu."

Altha yang mendengarnya lantas tertawa kencang. Sangat kencang hingga kebiasaannya memukul pundak orang ketika tertawa kembali muncul. Dengan polos ia memukul pundak Andzilo sekeras mungkin.

Sementara Pangeran mengerutkan dahinya heran. "Apa yang kau tertawakan..??"

"Pangeran..?? Apa tadi aku mendengar Pangeran..?? Hahahaha. I wanna build a snowman." kata Altha sembari menyanyi di kalimat terakhirnya.

"Memangnya kenapa kalau aku seorang Pangeran. Akan ku buktikan padamu." Pangeran mengambil seperangkat alat memanah yang masih setia melekat di bajunya. Ahh, Pangeran jadi ingat kalau dia sempat berburu rusa sebelum ia di kutuk oleh penyihir itu.

My AngeloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang