Altha dengan sangat pelan mengendap melalui gerbang sekolah belakang. Tentunya, si tampan yang kelakuannya selalu menguji kesabaran, mengikuti Altha dari belakang.
Altha menempelkan wajahnya pada kaca jendela kelas. Ia meremas dadanya yang terasa sesak ketika melihat pemandangan guru dan murid yang sedang beradu argumen di kelas itu. Dulu Altha pernah berada disana. Pernah merasakan indahnya masa sekolah dan bersenda gurau bersama temen-teman walau hanya sebentar.
Saking sebentarnya, Altha bahkan sampai ingin duduk kembali di bangku kesayangannya. Senyum tipis terukir di bibir Altha ketika ukiran huruf 'A' masih ada di meja kayu tempatnya duduk dulu. Yaa dulu Altha yang mengukir bangku itu menggunakan penggaris besi milik temannya.
"Untuk apa kita kesini....??"
"Ssttt diam saja. Aku mau belajar." Altha mulai mengeluarkan buku dan pulpennya dari dalam kantong kresek yang ia bawa.
"Apa kau akan menulis disini..?? Mengapa tidak di dalam seperti teman-teman mu."
Altha mendelikkan matanya ketika lagi dan lagi Angelo bertanya. Semakin lama Altha menjawab Angelo, maka akan sedikit pula waktunya untuk belajar. Altha memperhatikan guru yang sedang mengajarkan matematika itu. Ia dengan cekatan menghitung setiap soal yang di berikan oleh guru tersebut.
Sementara ketika Altha mengerjakan soalnya. Pikiran Angelo menerobos waktu ke ratusan tahun lalu.
***
"Bagaiamana bisa kayu bakar yang ku kumpulkan tadi bisa menghilang begitu saja." Pangeran Andzilo menggerutu ketika kayu bakar yang di kumpulkannya susah payah malah hilang entah kemana.
Ia berjalan menuju sebuah pohon yang menjulang tinggi. Ia sandarkan punggung nya pada pohon itu. Suasana sore hari di hutan memang sangat menyenangkan menurut Pangeran Andzilo. Ia dapat merasakan ketenangan dalam dirinya yang selama ini jarang sekali ia dapatkan.
"Nah, pada akhirnya angsa putih itu pun dapat menemukan keindahannya sendiri. "
Samar-Samar, Pangeran mendengar suara lembut seorang wanita yang membuat hatinya berdesir. "Ahh siapa itu..?? Indah sekali suaranya."
Pangeran Andzilo mengikuti asal suara yang sepertinya masih memberikan dongeng pada seseorang. Dan di sanalah, di sana seorang pria yang mempunyai wajah serupa dengannya tengah tidur di paha seorang wanita yang menurut Pangeran Andzilo adalah rakyat miskin di negerinya.
"Bagaimana mungkin telur angsa dan itik bisa tertukar..??" Yang bertanya itu adalah Pangeran Andzila. Adik kembar dari Pangeran bengis yang selama ini kita kenal. Keduanya sama-sama tampan dan berkharisma. Tetapi jika di antara kalian ada yang bertanya apa perbedaan dari Andzilo dan Andzila. Maka jawabannya hanya akan ada dua. Yaitu kepribadian mereka dan tahi lalat yang ada di atas bibir Andzila.
"Menurut ku mungkin saja bisa terjadi. Harusnya kau harus dapat belajar banyak dari kisah anak angsa yang sudah ku ceritakan pada mu tadi." sang Wanita mengelus pelan rambut Pangeran Andzila dengan jemari tangannya.
"Belajar, belajar, belajar. Ayah ku di istana juga terus menyuruhku untuk belajar. Dan sekarang kau pun menyuruh ku belajar. Cih, ternyata kau sangat menyebalkan Altharize."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angelo
FantasyBersyukur mungkin satu satunya cara bagi gadis itu untuk bahagia. Tak ada yang lebih berarti baginya selain seorang kakek yang senantiasa membesarkannya hingga kini. Hidup dalam roda kemiskinan tentu bukan pilihan yang ia inginkan. Hingga hidupnya s...