Esok hari saat istirahat, Zane sedang duduk di depan kelas X MIA 1. Ia tampaknya menunggu seseorang.
“Brakk !,” Dino menggebrak meja di depan Zane. “Bagaimana yang kemarin itu ?,” tanya Dino. Zane hanya diam.
“Tidak bisakah sehari saja kau tidak mengacaukan hidupnya ?,” ucap Ray yang tiba-tiba di dekat mereka.
“Bukan urusanmu. Pergilah anak kampung !,” ucap Dino.
“Anak kampung ? Kau pikir kau siapa ?,” balas Ray.
“Bukan anak kampung. Aku terlahir di kota ini,” jawab Dino.
“Kota ? Daun Sejajar ? Ini hanyalah sebuah desa seperti desa yang lain,” ucap Ray.
“Kami tidak primitif seperti kalian,” ejek Dino. Ray menatap tajam mata Dino. “Aku tidak takut padamu, penyihir !,” ucap Dino.
“SWUSH!” Ray dengan cepat mengambil sesuatu. Dino merasa kehilang sesuatu. Ternyata itu bolpoin di sakunya. Bolpoin itu kini dipegang Ray.
Ray masih menatap mata Dino. Ia melempar bolpoin itu ke atas. “SWUSH!,” Ray menghilang. “Takk !,” bolpoin itu mendarat di atas meja. Seketika, Ray langsung ada disan dan sebuah pisau menancap di meja membelah bolpoin itu. Dino menatap mata Ray.
“Kalau ingin ribut, bukan disini tempatnya,” ucap seorang cewek.
Ray terkejut. “Huh.. Sang Ratu,” ucapnya.
“Panggil aku dengan namaku,” ucap cewek itu.
“Baik, baik,” jawab Ray.
“Sekarang sebaiknya kalian pergi. Aku ada perlu dengan Zane,” ucap cewek itu. Ray kemudian pergi. Dino juga pergi. “Ray, kau lupa pisaunya,” cewek itu mengingatkan.”SWUSH!” Ray mengambilnya dengan cepat.
“Ada apa kau ingin bicara denganku ?,” tanya cewek itu pada Zane.
“Aku hanya.. ingin bertanya,” jawab Zane. “Bagaimana.. apa ada cara agar aku bisa berkembang lebih cepat ?,” tanya Zane. “Maksudku.. aku lelah terus bergantung pada gelang itu. Tentu saja aku ingin seperti Reon, seperti Ray, seperti kau juga,” lanjutnya.
“Hmm.. sebuah cara ? Tidak ada Zane. Kami mengalami banyak hal sebelum sampai ke tahap ini,”
“Ira, aku sungguh bertanya. Kau ratunya. Tentu kau tahu jawabannya,” balas Zane.
“Kau baru menemukan sihirmu 2 tahun yang lalu. Kau tidak bisa memaksakan secepat itu,” jawab Ira.
“Tapi Reon bisa,” ucap Zane.
Ira menghela nafas. “Aku sebenarnya juga terkejut mengetahui perkembangan Reon. Satu hal yang pasti, sihir warna-warni memiliki keterkaitan dengan emosi. Pengndalian emosi yng tepat bisa memicu kekuatan sihirmu,” jelas Ira.
“Emosi ?,” Zane bingung.
“Tapi sepertinya itu mustahil untuk anak labil sepertimu,” ucap Ira bangkit dari kursinya. “Terus berjuang, semoga berhasil !,” ucap Ira sambil menepuk pundak Zane. Kemudian ia pergi.
. . . . .
Sementara itu, Ersa menemui Reon. “Reon, aku ingin memberitahumu sesuatu,” ucap Ersa.
“Memeberitahu apa ?,” tanya Reon.
“Emm ..,” Ersa sedikit ragu. “Aku dapat info kalau terdapat magic gun di area Kota Exorta,” jelas Ersa.
“Apa ?,” Reon tak percaya.
“Aku tahu ini sulit dipercaya,”
“Kau percaya ? Siapa yang memberitahumu ?,” tanya Reon
“Emm ...,” Ersa mengambil handphonenya lalu menunjukkannya pada Reon.
“Anak ini ...,”
“Kita bisa mempercayainya, kan ?,” tanya Ersa.
“Kau sudah beritahu ayahmu ?,” Reon balik bertanya.
“Belum,” jawab Ersa.
“Berarti kau juga belum percaya sepenuhnya, kan ?,”
Ersa menghela nafas. “Sebaiknya kita selidiki terlebih dahulu,” ajak Ersa.
Reon agak ragu. “Baiklah, sepulang sekolah nanti,” balas Reon.
“Baik, aku mengerti,” jawab Ersa.
. . . . .
Jam istirahat ke -2, Zane pergi ke kantin bersama Carla.
“Aku beli minum dulu ya ,” ucap carla.
“Ya, silahkan,” jawab Zane. Zane tetap duduk di sana, di salah satu bangku kantin. Reon datang dan duduk di bangku di belakang Zane.
“Hai Zane,” sapa Reon. Zane hanya menoleh, tidak menjawab. “Apa menurutmu magic gun bisa digunakan di area tanpa Magic Energy ?,” tanya Reon.
“Zane menatap Reon dengan heran. “Magic gun itu sumber energinya dari Magic energy. Magi Energy hanya terdapat di Kecamatan Kota Raja ini. Tentu kau tahu itu kan ?,”jawab Zane.
“Ya, kalau begitu tidak akan jadi masalah jika benda itu berada di luar area Kota Raja,” ucap Reon.
Zane tidak menjawab. Ia juga bingung.
“Baikla , itu saja “ ucap Reon. “Oh iya, aku mengirim sesuatu ke ponselmu. Jangan lupa untuk melihatnya. Sampai jumpa,” Reon kemudian pergi. Zane masih merasa heran dan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Puzzle
FantasyZane dan Rianda adalah kunci kisah ini. Zane adalah anak SMAN 8 Kota, sedangkan Rianda adalah anak SMAN 2 Kota. Mereka memiliki kehidupan yang berbeda. Kisah dan nasib mereka berbeda. Namun karena satu masalah ini, mereka harus menyatukan tangan mer...