Eps. 6 : Happiness // Feels

7 4 0
                                    

SWITCH!
Pukul 05.35, Rianda sudah hampir siap berangkat sekolah. Hanya tinggal sarapan saja.
“David, aku sudah mandi dari pagi sekali loh,” ucap Rianda tersenyum. “Maaf ya, kemarin aku membaca pikiranmu,” lanjut Rianda. “Tapi.. apa kau.. sungguhan dengan perasaan itu ?,”

SWITCH!
Zane sudah tiba di sekolah. Ia berjalan menuju kelasnya. Ia nampak tenang sekali hari ini. Ia terlihat sedang bahagia. Seolah tak ada beban dan kesedihan.
“Wah-wah ! Lihatlah ! Berjalan dengan senyum-senyum sendiri,” Dino tiba-tiba datang. “Jangan lupa untuk latihan nanti ! Dan juga bersiaplah untuk kukalahkan lagi,” ucap Dino.
Zane menanggapinya dengan tersenyum. “Baiklah. Sampai jumpa nanti !,” ucap Zane sambil menepuk pundak Dino. Ia lalu pergi.
Dino merasa heran dengan sikap Zane.

SWITCH!
Rianda memasuki kelasnya. “Assalamualaikum,”
“Wa’alaikusalam,” jawab Fiyan.
“Hai Fiyan,” sapa Rianda lirih.
“Hai ...,” jawab Fiyan.
Rianda langsung duduk di bangkunya dan terdiam. Fiyan merasa heran Rianda seperti sedang melamun.
. . . . .
Sementara itu, David juga sudah tiba. Ia berjalan menuju kelasnya. Ia juga tampak sedang melamun. David menghela nafas. “Huh, apa yang harus kulakukan ?,” ucapnya dalam hati.
. . . . .
Senin itu seperti senin biasanya. Upacara dilaksanakan mulai pukul 7 tepat. Seluruh murid mengikutinya dengan khidmat.
. . . . .
Saat jam istirahat pertama, Rianda tetap berada di kelas. Ia melamun. Ia mengingat saat-saat bersama David kemarin. Ia juga mengingat tatapan mata David. Ia merasakan sesuatu yang berbeda.
“Tapi.. Fiona ..,” ucap Rianda dalam hati.

##FLASHBACK##
“Jangan-jangan kamu ...,” Rianda mencoba menebak.
“Emm.. enggak kok,” jawab Fiona.
“Beneran nih ? Ekspresi kamu itu sudah bisa dibaca tau,” ucap Rianda lagi.
“Emm.. iya sih. Rasanya.. aku suka sama David,” jawab Fiona lirih.
“Tuh kan,” ucap Rianda sambil tertawa.
“Ssst ...!,” Fiona menyuruh Rianda untuk diam. “David itu anaknya tinggi, baik, ganteng juga,” ucap Fiona.
“Hmm.. kamu kayaknya melebih-lebihkan dia deh,” komentar Rianda.
“Eh, enggak kok. Kamu aja yang tidak menyadarinya,” balas Fiona.
Rianda tertawa kecil. “Iya-iya. Aku dukung kamu kok,” ucapnya.
##BACK TO PRESENT##
“Kuakui aku merasa nyaman saat bersama dia. Tapi aku tidak mungkin menyakiti perasaan temanku sendiri,” ucap Rianda dalam hati. Rianda menundukkan kepalanya.
“Astaga perasaan macam apa ini ?,” keluh Rianda dalam hati. “Aku tidak bisa mengkhianati persahabatanku. Setelah semua yang terjadi.. kenapa aku harus memiliki perasaan ini ? Entah apa yang akan terjadi jika Fiona mengetahuinya,”
. . . . .
Sementara itu David duduk di depan kelas. Ia juga nampaknya sedang melamun. Ia mengingat-ingat sesuatu.
##FLASHBACK##
“Jadi, apa kau sudah yakin dengan perasaanmu pada Rianda ?,” tanya David.
Fiyan menghela nafas. “Entahlah, Dave,” jawabnya.
“Tapi kau menyukainya, kan ?,” tanya David lagi.
Fiyan tersenyum lalu menundukkan kepalanya.
“Biarkan aku membantumu,” ucap David.
“Eh ?,” Fiyan terkejut.
“Aku akan membantumu mendekati Rianda,” ucap David lagi.
“Eits.. tak perlu-tak perlu,” balas Fiyan.
“Kenapa ?,” David heran.
“Sudahlah, tak perlu. Untuk saat ini, aku ingin tetap diam saja,” jawab Fiyan.
##BACK TO PRESENT##
“Bagaimana kalau Fey masih menyukai Rianda ? Apa aku ...,” David bertanya dalam hatinya. Tanpa ia sadari, seseorang mendekatinya.
“Hai Dave !,” Fiyan tiba-tiba mengagetkan David.
“Eh Fey,” David sangat terkejut.
“Sedang melamun ya ?,”
“Emm.. aku hanya ...,”
“Terlihat jelas kau melamun,” ucap Fiyan. “Memangnya ada masalah apa ?,” tanya Fiyan.
“Eh, enggak kok,” jawab David.
“Hmm.. oh iya, bagaimana dengan drone-nya ? Apa kau sudah berusaha memperbaikinya ?,” tanya Fiyan lagi.
“Emm.. belum,” jawab David.
“Astaga kau ini.. hmmh,” Fiyan menghela nafas.
“Apa kau punya ide ? Apa kau punya usulan ?,” tanya David.
Fiyan kelihatan berfikir. “Mungkin.. Beni bisa membantu,” ucapnya.
“Benarkah ?,” tanya David.
“Ya.. mungkin. Kenapa kau tidak tanya kepada Beni langsung ?,”ucap Fiyan.

SWITCH!
Zane pergi ke kantin bersama Carla. Mereka juga memesan makanan bersama.
Sementara itu Ersa, Axcel, dan Reon berada di dalam !bangku yang sama di kantin.
“Hari ini Zane kelihatan sangat ceria sekali ya,” ucap Axcel.
“Menurutku sama saja seperti biasanya,” komentar Reon.
“Dia itu memang sedang merasa bahagia. Ayahnya pulang setelah sekian lama. Ia bisa meluapkan perasaannya. Ia bisa menceritakan segalanya pada ayahnya. Itulah yang paling membuatnya bahagia,” ucap Ersa.

SWITCH!
Pada jam istiraha ke-2, David dan Fiyan menemui teman mereka yang bernama Beni.
“Hai Beni ! Eh, kebetulan ada Bram dan Rocky juga disini,” sapa David.
“Ada apa David ?,” tanya Beni.
“Begini, aku ada sebuah drone di rumah. Itu sudah rusak. Apa kau mampu memperbaikinya ?,” tanya David.
“Hmm.. aku harus melihat drone-nya terlebih dahulu,” jawab Beni.
“Ya.. nanti sepulang sekolah, aku dan Fey  akan membawanya ke rumahmu, bagai mana ?,” tawar David.
“Ya, baiklah,” jawab Beni.
“Aku boleh ikut, kan ?,” tanya Bram.
“Boleh kok,” jawab David.
“Kalau begitu aku juga ikut nanti,” ucap Rocky.
. . . . .
Sudah waktunya jam pulang. Rianda dan Fiona pulang bersama. Rianda kelihatan masih melamun.
“Rianda, kamu dari tadi melamu saja,” ucap Fiona.
“Eh iya, maaf,” ucap Rianda.
“Kamu kayaknya.. lagi jatuh cinta ya ?,” tanya Fiona.
“Eh, enggak kok,” jawab Rianda.
“Beneran ?,” Fiona tak percaya.
“Iya, beneran,”
“Cerita aja lah,
“Beneran kok. Aku sedang memikirkan tentang TIVES,” ucap Rianda.
“Ya udah deh, aku percaya,” balas Fiona.
. . . . .
Setelah ganti baju, David dan Fiyan pergi ke rumah Beni. Bram dan Rocky sudah ada disana. David membawa drone itu.
“Beni, ini drone yang kuceritakan,” ucap David.
Beni melihatnya. “Wah, ini kelihatan sangat canggih,” ucap Beni.
“Sebenarnya ini.. pemberian Randy,” ucap David.
“Randy ?,”
“Iya. Aku merasa bersalah karena ini rusak,” jelas David.
“Ya sudah. Ayo kita bawa ke dalam !,” ajak Beni. Mereka berlima kemudian masuk.

Couple PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang