Eps. 10 : Shining // Gold

9 3 0
                                    

Hari Minggu pagi Zane, Ersa, Reon, Awan, Dino, Axcel, dan Oxcel berada di ARUM corps, . mereka berkumpul di suatu ruangan. Ruangan itu berdiding kaca sehingga aktivitas dari luar kelihatan.
“Hari ini orang-orang sangat sibuk ya ?,” ucap Awan. Para pegawai memang terlihat sedang sibuk.
Oxcel melihat arlojinya. Waktu menunjukkan pukul 06.45 . “Apa rapatnya masih belum dimulai ?,” tanya Oxcel.
“Ini masih terlalu pagi untuk itu. Menurut jadwal, pihak Kepolisian Exorta mungkin akan tiba pukul setengah 8 nanti,” jawab Zane.
“Hah ? Jam segitu ? Masih lama dong,” balas Oxcel.
“Selain itu, para petinggi OOO corps, yang bukan anggota TIVES juga akan mengikuti rapat,” ucap Zane.
“Ngomong-ngomong soal itu, Zane, Ersa, dan Reon, kalian tahu tentang ini sejak awal. Kenapa tidak memberitahu kami ?,” tanya Dino.
“Tak perlu. Nanti kalian juga tahu sendiri,” jawab Reon. Mereka saling terdiam sejenak.
“Kurasa, rapatnya mungkin akan berjala selam 2 jam,”ucap Axcel.
“Hah ? selama itu ?,” Oxcel tak percaya.
“Bisa jadi lebih lama. Akan ada banyak hal yang dibahas,” jelas Reon.
“Kita tak bisa menunggu selama itu,” ucap Dino. “Saat ini magic gun berada di tangan yang salah. Entah apa yang akan terjadi nanti. Kita tak boleh membiarkannya terlalu lama,” ucap Dino.
“Memangnya kita bisa lakukan apa ?,” ucap Awan.
“Ada yang bisa kita lakukan,” jawab Dino. Semuanya terdiam.
“Aku tahu maksudmu. Tapi itu bukan ide baik,” ucap Awan.
“Kita bahkan belum mencobanya,” balas Dino. “Kita mampu melakukannya. Kita bahkan lebih mahir menggunakan senjata ini. Kenapa tidak kita lakukan ?,” lanjutnya.
Semua orang diam sesaat. “Jadi, kita tidak akan beritahu orangtua kita ?,” tanya Axcel.
“Mereka akan melarang kita,” ucap Zane.
“Kita tak perlu beritahu mereka,” jelas Dino.
“Mereka akan memarahi kita,” ucap Awan.
“Tidak. Mereka akan bangga,” balas Dino. Semua terdiam.
Reon lalu beranjak. “Kalau begitu, aku akan menelepon seseorang untuk membantu,” ucapnya. Ia lalu keluar ruangan.
“Aku juga akan menelepon seseorang,” ucap Zane lalu ikut keluar.
Setelah selesai, mereka bertujuh pergi dari ARUM corps, . mereka menuju tempat latihan. Mereka lalu masuk ke ruang perlengkapan.
Di dalam ruang perlengkapan, nampak ada banyak bolpoin, pensil mekanik, penghapus, dan lain-lain.
“Jadi, kita akan melawan sekmpulan penjahat menggunakan pensil dan penghapus ?,” ucap Oxcel.
“Kau tahu kan ini senjata ?,” balas Axcel.
“Oh, aku hanya ingin mencairkan suasana,” balas Oxcel.
Alat tulis itu sebenarnya adalah senjata ciptaan ARUM corps, yang disamarkan. Contohnya tongkat menjadi bolpoin, pedang menjadi pensil, perisai menjadi penghapus, dan masih banyak lagi.
“Kuharap semua senjata ini menggunakan sistem baru,” ucap Zane.
“Sistem baru ?,” Awan tidak mengerti.
“Itu adalah sistem baterai. Itu membuat senjata sihir bisa digunakan diluar area magic energy,” jelas Ersa.
“Maksudmu diluar Kota Raja ?,” tanya Dino.
“Iya,”
“Jadi, senjata apa saj yang menggunakan sistem itu ?,” tanya Reon.
“Magic gun, power staff, energy shield,” jawab Ersa.
“Bagaimana dengan power vest ? Itu yang paling penting,” tany Dino.
“Iya, itu juga sudah,”
“Magic sword ?,” tanya Zane.
“Masih dalam pengembangan,”
Mereka segera mempersiapkan perlengkapan mereka sendiri-sendiri. Setelah itu, mereka pergi ke rumah Reon. Disana sudah ada Ira dan Ray.
“Hey, apa kalian barusan dari toko alat tulis ?,” tanya Ray.
“Ya, kita membeli alat tulis yang mematikan,” jawab Zane.
“Kenapa tidak bilang kalau Ira dan Ray ikut ? Kita tak membawakan power vest untuk mereka,” tanya Dino.
“Oh, kami tak perlu itu,” balas Ira.
“Jadi, pertama kita bahas rencana dulu ?,” tanya Awan.
“Iya,” jawab Reon. “Tujuan utama kita adalah mengambil magic gun dari mereka. Kemudian kita menyamarkan wujudnya untuk bisa disimpan dalam 2 koper ini,” jelas Reon.
“Oh iya, aku memiliki denah OOO corps,” ucap Ersa. Ersa lalu menampilak hologram dari arlojinya sihingga semuanya bisa melihat.
“Jida ruang direkturnya disini,” ucap Reon sambil menunjuk. “Pasti orang bernama Seno Atmaja itu ada disini,”
“Kau pikir ini game ?,” ucap Ray.
“Menurutku mungkin orang itu bisa ada dimana saja. Tidak harus di ruang direktu,” ucap Zane.
“Jadi, apa kita akan berpencar ?,” tanya Axcel.
“Berpencar ? Kurasa tidak. Kita harus tetap bersatu,” ucap Awan.
“Kalau menurutku kita memang harus berpencar,” ucap Dino.
Reon merasa bingung. Ia lalu melirik Ira. Zane juga melirik Ira. Yang lain juga ikut melirik.
Ira menghela nafas. Ia lalu mendekat. “Berpencar atau tidak, yang penting adalah koordinasi dan solidaritas,” ucap Ira. “Tapi dalam kasus ini, kita memang harus berpencar,” lanjutnya.
“Tapi bagaimana kalau ada yang terluka ?,” tanya Awan.
“Karena itu disini ada Ersa.. dan juga.. Ray,” jawab Ira.
Ekspresi Ray seketika berubah. “Kenapa harus aku ?,”
“Baru saja kukatakan, kan ? Yang terpenting adalah solidaritas. Kita harus bisa kerjasama,” jelas Ira. Ray hanya menghela nafas.
“Jadi, bagaimana pembagian timnya ?,” tanya Reon.
Ira memperhatikan teman-temannya. “Zane, Ersa, Dino, Axcel, dan Ray dalam tim 1. Reon, Awan, Oxcel, dan aku dalam tim 2. Untuk pemimpin tim.. dino dan Reon,” jelas Ira.
“Baiklah,” ucap Zane.
“Sekarang apa ?,” tanya Oxcel.
“Kita akan pergi ke dimensi penglihatan. Kita akan mencari tempat yang aman di OOO corps, untuk membuka portal,” jawab Ira. Ira laluberkonsentrasi dan membuka portal.
Mereka semua memasuki portal. Ira lalu menampilkan tempat-tempat di OOO corps,. Mereka mencari tempat yang aman.
“Tempat ini,” tunjuk Reon.
“Apa kalian sudah siap ?,” tanya Ira.
“Iya, kami siap,” ucap Zane. Yang lainnya mengangguk.
Ira membuka portal menuju tempat yang ditunjuk Reon. Mereka lalu tiba di dalam OOO corps, . “Ingat yang kubilang ! Koordinasi dan Solidaritas,” ucap Ira.
“Baiklah, kita berpencar disini,” ucap Reon. Dino mengangguk. Reon memimpin timnya ke arah kiri. Sedangkan Dino dan timnya ke kanan.
Dino dan timnya berjalan mengendap-endap menyusuri tempat itu. Mereka was-was.
“Hei ! Apa yang kalian lakukan disini ?,” 3 orang TIVES menghadang mereka.
Dino menghela nafas. “Huh ! Baiklah, ini dia,” Dino mengambil Bolpoinyang lalu berubah jadi power staff. Ia lalu maju menyerang.
Orang-orang TIVES itu menembaki tubuh Dino dengan magic gun. Tapi tubuh Dino terlindungi power vest. Serangan yang seolah tak berarti bagi Dino. Axcel juga ikut membantu Dino.
. . . . .
Tim Reon dihadang oleh lebih banyak orang. Ada 8 orang TIVES mengepung mereka.
“Ayo segera kita lakukan !,” ucap Reon. Reon langsung menggunakan sihirnya untuk menyerang.
Awan dan Oxcel juga menyerang dengan senjata mereka masing-masing. Ira membuka portal. Ira mengambil senjata tongkat dari portal itu. Senjata itu sangat berbeda dari yang lainnya.
“Sangat terhormat bisa melihat senjata itu, Ratu,” ucap Reon.
“Aku sudah lama sekali ta menggunakan Queenstaff,” bals Ira. Ia menyerang menggunakan tongkat itu. Ternyata Ira sangat mahir beladiri. Ira mengalahkan 6 orang sendirian. 2 orang lainnya dikalahkan Reon. Awan dan Oxcel mengumpulkan magic gun, lalu disamarkan dan disimpan dalam koper.
. . . . .
Tim Dino mengumpulkan # magic gun yang mereka dapat. Tak lama kemudian, datang 8 orang TIVES.
“Zane, saatnya unjuk gigi,” ucap Ray.
Zane mengeluarkan aura birunya. Aura itu membentuk baju zirah dii tubuh Zane. Aura biru itu juga membentuk senjata tongkat. Zane mulai menyerang.
Bekum selesai dengan 8 orang itu, muncul 5 orang lagi.
“Astaga-astaga, mau keroyokan ya ?,” Ray bersikap siaga. “SWUSH!,” Ray mulai menyerang.
Ersa juga menyerang menggunakan tembakan energinya. Axcel dan Dino juga membantu. Tak lama, muncul 2 orang TIVES lagi.
. . . . .
Tim Reon dihadang 12 orang. Belum cukup, 6 orang lagi muncul dari sisi yang lain.
“Astaga ...,” ucap Oxcel. Mereka mulai menyerang.
Reon menggunakan energinya untuk membentuk baju zirah. Ia menjadi lebih kuat dengan itu. Pertarungan disitu sangat ramai. Ira cukup kewalahan dengan banyaknya ornag yang menyerang.
Oxcel terkena tembakan beruntun hingga power vstnya hancur. “Cass !,” Oxcel tertembak.
“Oxcel !,” teriak Reon. Reon langsung menghadang serangan yang diarahkan ke Oxcel. Baju zirah Reon jadi perisai.
. . . . .
“Power vest milik Oxcel rusak. Dia saat ini terluka,” ucap Dino.
“Oh, tidak,” ucap Axcel. Tim Dino masih bertarung saat itu.
“Aku harus pergi menolongnya,” ucap Ersa.
“Ray !,” panggil Zane.
Ray berhanti. “Tidak bisakah dia terbang kesana sendiri ?,” ucap Ray.
“Aku bisa pergi sendiri,” ucap Ersa cemberut. Ersa pergi dan menggunakan seyapnya untuk berlindung.
“Ayolah Ray ! Itu terlalu berbahaya bagi Ersa untuk pergi sendiri,” ucap Zane. Ray hanya memalingkan wajahnya.
Axcel menghampiri Ray. “Ray, kumohon,” ucap Axcel.
Ray menatap Axcel. “Merepotkan saja,” Ray menghela nafas. “SWUSH!,” Ray menyusul Ersa.
. . . . .
Ray menggendong Ersa dan langsung tiba di tempat Oxcel. Ersa langsung mengobati Oxcel.
“Sepertinya disini ramai sekali,” ucap Ray.
“Bantulah kami,” ucap Reon.
. . . . .
Dino kewalahan menghadapi musuh. Zane memperbesar auranya untuk bertarung. Tiba-tiba muncul jaring yang memerangkap Dino. Axcel juga terperangkap oleh jaring lain.
“Eh ?,” Zane terkejut.
“Zass !,” tiba-tiba pancaran energi menghantam tubuh Zane. Pancaran itu sangat kuat hingga tubuh Zane terlempar. Baju zirah auranya menghilang. Zane tak sadarkan diri.
“Apa ? Siapa itu ?,” Dino tercengang melihat sosok yang menyerang Zane.
. . . . .
Tim Reon masih melawan 18 orang tadi. Dari sisi lain muncul 6 orang lagi.
“Ray, urus 6 orang itu,” ucap Reon.
Ray hendak menuju 6 orang itu. “Zap!,” tiba-tiba subah jaring memerangkapnya. Jaring itu menyengat, Ray pingsan. Ersa, Oxcel, dan Awan juga terperangkap jaring dan pingsan. Ira berhasil menghindari jaring yang hendak memerangkapnya.
24 orang TIVES berhenti menyerang. Mereka mundur perlahan.
“Ada apa ini ?,” Reon heran.
Nampak sosok bayangan berjalan menuju Reon dan Ira.
“Hah !,” Reon dan Ira tercengang melihat sosok itu. Sosok itu adalah monster bertubuh hitam dan besar. Di tubuh monster itu terdapat aliran energi warna oranye.
“Itu adalah kekuatan Mysteect,” ucap Ira.
“Jadi.. ternyata dia.. yang mencuri serum x-mage,” ucap Reon.
Monster itu menembakkan pancarn energi. Reon menahannya dengan perisai energinya. Ira mencoba menyerang dari dekat. Monster itu dengan mudah mengatasi serangan Ira.
Monster itu lalu ganti menembakkan energi ke Ira. Ira menggunakan kekuatan Queenstaff untuk menjadi perisai. Queenstaff rupanya tak cukup kuat untuk menahan pancaran energi itu. Reon segera menghadang serangan yang hampir mengenai Ira.
Reon mencoba menyerang dari dekat. Ira juga ikut membantu. Serangan mereka tak berarti. Reon lalu menyerang dengan pancaran energi. Tapi energinya tak cukup menandingi pancaran energi monster itu. Monster itu lalu melempar Reon dan Ira. Baju zirah Reon menghilang.
Sekali lagi monster itu menembakkan energi. Reon menahannya dengan perisai energi.
“Ira, pergilah dengan portalmu ! Carilah bantuan !,” ucap Reon.
“Tapi kau ...,”
“Cepat pergilah !,” Reon merasa tak mampu menahan serangan lagi. Ira lalu membuka portal dan pergi. Perisai Reon hancur.
. . . . .
Zane terbangun dari pingsannya. Ia lalu melihat arlojinya, pukul 09.15, . Ia tersadar dirinya berada dalam jaring perangkap. Ia segera mengeluarkan kekuatan auranya. Ia berhasil terbebas dari jaring.
“Jadi kau sudah bangun ya,” ucap seseorang yang tak jauh di depan Zane.
Zane memperhatikan orang itu. “Seno Atmaja ...,” ucap Zane. Zane memperhatikan sekitarnya. Ada banyak anggota TIVES. Mereka semua membawa magic gun. Selain itu, semua teman-teman Zane masih pingsan di dalam jaring.
Zane mencoba membebaskan teman-temannya. Tapi ia malah tersengat jaring.
“Kau mungkin bisa membebaskan dirimu sendiri, tapi tidak dengan teman-temanmu,” ucap orang bernama Seno itu. “Aku sangat mengapresiasi usahamu. Tapi lihat ! Kau tak mungkin mampu mengalahkan kami, kau hanya anak kecil,” lanjutnya. “Dan aku sangat berterima kasih kedatanganmu kemari menambah pasokan senjata kami,”
Zane tersadar tubuhnya tak lagi mengenakan power vest. Semua senjata yang dibawanya juga tidak ada. Zane menatap orang itu. “Aku tidak butuh senjata itu untuk melawanmu,”
Warna mata Zane menjadi biru. Kobaran aura menyelimuti tubuhnya. Ia membentuk baju zirah dan juga pedang. Aura itu juga membentuk sayap. Zane terlihat seperti seorang ksatria berzirah biru.
“Pikirmu kau siapa ?,” ucap Seno. Sebuah corak muncul di seluruh tubuhnya. Warna tubhnya berubah. Bentuk tubuhnya juga berubah. Ia menjadi Monster! Ternyata Seno adalah monster yang menyerang Reon tadi. “Aku adalah Energreat!,” Seno menamai dirinya sendiri.
Zane tercengang. “Jadi kau adalah orang yang telah mencuri serum xmage. Dan kau melakukan eksperimen pada dirimu sendiri,” ucap Zane.
Energreat tertawa. “Aku memperoleh kekuatan terkuat dari level mage, kekuatan mysteect. Kau seorang colour mage berada satu tingkat dibawahku. Kau tidak bisa menglahkanku,” ucap Energreat.
“Aku tak peduli,” balas Zane.
“Bodoh!,” ucap Energreat. Ia lalu maju menyerang.
Zane juga maju menyerang. Mereka beradu ketangkasan. “Aku menginginkan pertarungan yang adil,” ucap Zane.
“Tenang saja. Pasukanku tidak akan ikut campur,” balas Energreat.
Zane hendak memukul Energrat. Energreat menangkap pukulan Zane lalu mebanting Zane ke tanah. Zane bangkit, Energreat menendangnya hingga terjatuh lagi. Belum sempat berdiri, Energreat menembakkan energi ke arah Zane. Zane terdorong dan terlempar. Baju zirahnya menabrak dinding hingga dinding itu retak.
Teman-teman Zane terbangun karena pertarungan itu. Ersa ingin membantu Zane, tapi ia tak bisa keluar.
Zane terbang rendah dengan sayapnya. Ia mencoba menyerang dengan pedangnya. Energreat mampu menghindari semua serangan Zane. Energreat menembakkan energi. Zane mengubah pedangnya jadi perisai. Perisai itu tak cukup kuat. Zane terdorong ke belakang.
Tiba-tiba muncul sebuah portal. Dari portal itu muncul Ira, Rianda, David, dan Fiyan. Mereka datang membantu. Pasukan TIVES dengan sigap menyerbu mereka.
Ira, David, dan Fiyan menggunakan kekuatan mereka untuk menghadapi pasukan TIVES. Rianda mencoba untuk membebaskan teman-teman dari jaring perangkap, namun tidak bisa. Rianda tiba-tiba dikepung pasukan TIVES.
Rianda mngaktifkan telepatinya. Ia melawan pasukan TIVES melalui pikiran. Ia membuat gelombang serangan melalui telepatinya. Pasukan TIVES dibuat tak berdaya oleh itu.
Sementara itu Zane terus melawan Energreat, tapi ia tak mampu mengimbanginya. Ia terus dihajar oleh Energreat. Rasanya, baju zirahnya semakin melemah.
Energreat melancarkan pukulan terakhir. Zane menangkap pukulan itu, ia menahannya. Energreat memukul menggunakan tangn yang satunya. Zane terlempar, baju zirahnya menghilang.
“Zane!,” teriak Rianda. Rianda lalu menghampiri Zane yang tergeletak lemas. Rianda menelentangkan Zane.
“Rianda.. aku.. sungguh tidak berharap itu kau ...,” ucap Zane.
Rianda hanya menundukkan kepalanya. Ia melihat tubuh Zane yang penuh luka. Zane ingin segera bangkit, namun ia tak kuasa. Zane mengerang kesakitan. “Jangan memaksakan dirimu.. Zane,” ucap Rianda.
“Kenapa.. kenapa kau peduli ?,” tanya Zane lirih. Zane masih terus berusaha berdiri. Energreat menembakkan sedikit energi. Zane kembali tersungkur.
Rianda rasanya ingin menangis menyaksikan Zane.
“Jangan kau menangis dihadapanku,” ucap Zane.
Rianda mulai menitikkan airmata. Zane menggerakkan tangnnya mengusap airmata Rianda. “Aku tidak ingin mengingat ini.. Rianda,” ucap Zane. Rianda memegang tangan Zane yang tadi mengusap airmatanya. Kedua tangan mereka bersinar.
Sekarang seluruh tubuh mereka bersinar, warna emas! Semua orang tercengan melihatnya. Zane merasatubhnya sudah cukup kuat untuk berdiri. Ia lalu bangkit. Tangannya masih berpegangan pada Rianda.
Aura biru menyelimuti tubuh mereka berdua. Aura biru itu bercampur dengan aura emas. Zane melepaskan pegangan Rianda. Ia melangkah maju. Ia membentuk sebuah zirah. Zirah milik Zane kini berwarna biru-emas. Dengan sepasang sayap dan pedang besar berwarna biru-emas juga.
Energreat tak percaya apa yang dilihatnya. Ia maju menyerang. Zane mengarahkan tangannya ke Energreat, langkah Energreat terhenti. Ia merasa kesakitan. Rupanya, Zane menyerang dengan telepati. Zane lalu maju menyerang. Rasanya kini Energreat yang terus dihajar.
Rianda tetap berdiri disana. Auranya membentuk sepasang sayap. Aura itu juga membentuk ekor yang panjang dan lebar. Aura Rianda berbentuk burung, Burung Cendrawasih!
Melalui satu pukulan kuat, Zane membuat Energreat terlempar hingga tak sadarkan diri.
“Rianda, kita harus memurnikan elemen mysteect-nya,” teriak Ira. Ira lalu berlari menuju Energreat. Rianda ikut kesana.
Ira memegang tangan kiri Energreat, sedangkan Rianda tangan kanan. Mereka lalu berkonsentrasi. Tubuh Energreat perlahan kembali ke wujud manusia. Setelah itu, corak di tubuhnya juga menghilang. Rianda dan Ira menggunakan cara khusus untuk menghilangkan kekuatan mysteect dari tubuh Seno selamanya.
Sementara itu setelah bertarung, Zane merasa pusing. Ia lalu jatuh pingsan.
. . . . .
Zane tersadar. Ia mendapati dirinya terbarin di atas sebuah ranjang kecil di dalam sebuah ruangan mirip rumah sakit.
“Syukurlah kau sudah bangun,” ucap Ersa yang ternyata duduk di samping kanan Zane.
“Dimana ini ?,” tanya Zane.
“Di ruang medis OOO corps,” jawab Ersa.
Zane melihat ke samping kirinya. Nampak Rianda terbaring di ranjang sebelahnya. Sedangkan di sebelahnya lagi, ada Reon. “Apa yang terjadi ?,” tanya Zane.
“Pasukan ARUM corps, datang tak lama setelah kau pingsan. Mereka menangkap seluruh TIVES. Direktur Seno sudah mereka urus,” cerita Ersa.
“Dia bukan direktur,” ucap Zane. Ia lalu menghela nafas.
“Kau tidak apa-apa, kan ?,” tanya Ersa.
“Aku tidak apa-apa,” jawab Zane. “Tapi ...,” Zane menoleh ke Rianda. Ia menatap wajah Rianda. “Kekuatan apa itu?,”
. . . . .
Zane, David, dan semuanya berkumpul di depan OOO corps, Zane menjabat tangan David.
“Terima kasih atas semuanya. Kami tak akan bisa tanpa bantuan kalian,” ucap Zane.
“Ah, tidak juga. Kau sangat kuat. Aku yang harus berterima kasih padamu.. yang kemarin itu ...,” jawab David.
“Yang kulakukan itu hanya hal kecil,” balas Zane. “Ya.. anggap saja impas,”
David mengangguk dan tersenyum.
“Kalau begitu kami pamit dulu. Sampai jumpa,” ucap Zane. Ia dan teman-temannya lalu pergi.
“Tunggu!,” ucap David. Zane menoleh. “Apa kita bisa bertemu lagi ?,” tanya David.
“Kau bisa mengunjungiku kapan saja,” jawab Zane. Zane lalu melihat Rianda. Rianda tersenyum manis. Zane juga tersenyum. Zane lalu berbalik dan lanjut melangkah pergi.

~END

Couple PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang