•BG - Peduli

24.9K 1.3K 21
                                    

"Sebesar apapun egomu, tindakanmu mencerminkan sebagian hatimu."

.....

Keadaan Beby sangat-sangat buruk sekarang. Rambut yang acak-acakan, wajah memerah, pun pakaian yang kusut di keluarkan. Bukan hanya penampilannya, perasaanya pun tak kalah berantakan di rundung kekesalan.

Dugh

Beby menubruk seorang gadis pembawa botol kecil berisikan tinta hitam. Dan naasnya, semua cairan hitam pekat itu berpindah ke tubuhnya. Amarahnya yang seharusnya berangsur hilang, sekarang justru berkobar bahkan lebih besar. Dan demi apapun, celakalah bagi sang pembangkit singa murka.

Tanpa babibu Beby mencengkeram rambut gadis itu. Serangan Beby seperti hewan liar yang sedang mengamuk. Tanpa ampun. Gadis dalam cengkeramannya berteriak histeris menunjukan ringisan kesakitan.

"Lepasin Kak. Sakit."

Tiba-tiba Beby merasakan tubuhnya melayang dengan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Beby meronta meminta diturunkan. Tapi orang itu terus berjalan membawa Beby dalam diam.

Orang itu menurunkan Beby di sebuah brankar. Mereka di uks. Betapa terkejutnya Beby, ternyata orang yang membawanya itu adalah Vino Adrian Giordanz. Saudara tirinya.

Beby yang hendak melayangkan protes terurung merasakan sesuatu yang dingin menyentuh kulit wajahnya. Vino membersihkan cipratan hitam di wajah Beby yang lumayan banyak. Jarak keduanya hanya satu jengkal. Dan iris cokelat gelap milik Beby tanpa disadari memperhatikan sosok di hadapannya. Wajahnya terlihat jelas blasteran. Hidungnya mancung. Netra hazelnya tajam namun teduh, dan alis tebal bersiku miringnya itu sangat kontras dengan kulit putihnya. Dan ketika bibir ranum itu berucap, Beby mengerjap kaget.

"Tutup mata." suara bass nya menginterupsi.

"Lo jang--" belum sempat melanjutkan, Beby spontan menutup mata kala Vino mengusap kelopak matanya dengan facial lotion.

"Udah." mendengar itu Beby perlahan membuka mata. Beby terus memperhatikan gerak-gerik cowok di sampingnya yang sedang membenahi kapas dan botol facial lotion yang digunakan untuk membersihkan wajahnya tadi. Hingga sebuah suara mengalihkannya.

"Beb?" Beby menoleh ke ambang pintu. Ternyata itu suara Galuh. Galuh mendekat ke arahnya. "Lo nggak papa kan? Kenapa bisa masuk uks? Apa gara-gara berantem sama Rere tadi? Mana yang sakit?" cecarnya panik.

"Enak aja. Lo pikir gue selemah itu. Gue nggak papa. Cuma ya ini, gara-gara cewek lo, dua kali baju gue basah. Emang resek banget tuh cewek."

"Gue beliin lagi yang baru. Lo tunggu sini." Beby menahan lengan Galuh yang hendak pergi.

"Udah nggak usah. Masuk ini Seni sama Ketrampilan kan?" Galuh mengangguk. "Bagus deh. Gue juga lagi nggak mood belajar."

"Terus lo mau kemana?"

"Pura-pura sakit." Beby tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya.

"Gue temenin."

"Bilang aja lo juga males." keduanya tersenyum. Beby sempat mengedarkan pandangan mencari keberadaan Vino. Tapi sepertinya cowok itu sudah pergi.

Keduanya menghabiskan waktu sembari menunggu bel pulang dengan mengobrol tentang banyak hal. Sesekali mereka bermain game online dengan hukuman benturkan jidat untuk yang kalah. Padahal jika dipikir, siapa yang menangpun akan mendapat sakit yang serupa bukan?

"Ih, curang ah!" rungut Beby. Galuh tertawa gemas mengacak rambut Beby.

"Udah. Kalah ya, kalah aja. Jadi, sini jenongnya."

BE GIORDANZ [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang