"Selalu ada suka disamping duka."
•••
Dengan sangat hati-hati gadis berjaket jeans ligh blue itu membuka pintu utama sebuah rumah bertingkat dua. Berhasil masuk, menutup pintu kembali dan menghela napas lega karena ruangan sudah tak secerah biasanya. Lampu yang padam menandakan orang rumah sudah terlelap bukan? Tentu saja itu pikirnya.
Klik.
Ruangan yang tadinya gelap seketika cerah secerah-cerahnya.
"Dari mana saja kamu?" langkah ragunya terhenti kala suara tak bersahabat itu menyambutnya.
"Main." jawabnya singkat.
"Sampai jam satu kamu bilang cuma main?! Pasti kamu diajak sama temen-temen brandalan kamu itu. Mami sudah berapa kali bilang sama kamu, jangan pernah berhubungan lagi sama mereka! Mereka berdampak buruk buat kamu, Beby!" gadis bernama lengkap Beby Naisyila Giordanz itu menyorot dingin ke arah maminya.
"Mereka bukan brandalan! Dan bukan mereka yang ngajak Beby, tapi Beby yang minta ikut."
"Terserah apa kata kamu. Yang jelas mami gak mau gara-gara pergaulan kamu sama mereka, rangking kamu turun. Dan ingat ya Beby, mami mau kamu harus rangking satu semester ini. Kalo bisa juara paralel." Beby berdecak kesal.
"Udah deh, Mi. Beby capek. Mau tidur." pijakannya pada anak tangga kedua terhenti paksa kala mendengar ucapan Ratu--maminya.
"Pokoknya kamu harus turutin apa kata mami. Kalo sampai kamu nggak juara satu tahun ini, kamu tahu kan apa yang akan mami lakuin?" Ratu tersenyum miring melihat putrinya terdiam memunggunginya. Ancaman ini selalu berhasil. Pikirnya.
Tanpa berucap untuk membalas ucapan sang mami, Beby menyambung langkahnya dengan perasaan marah, kesal dan benci.
•••
Waktu yang seharusnya digunakan untuk mengikuti pelajaran di kelas, justru dibuang cuma-cuma oleh lima remaja yang tengah nongkrong ria di kantin sekolah yang sepi itu.
"Lima menit lagi istirahat. Nggak mau masuk?" celetuk Gildan.
"Otak tripleks." Gwen menyahuti datar yang diangguki Glen dan Galuh.
"Lucu lo, Gil!" ucap Beby setelah setengah menit berlalu. Keempat cowok itu menoleh padanya.
"Telat, sayang..." seru mereka serempak gemas. Beby mencebikkan bibir.
"Btw, tumben ikut bolos. Setan dari mana?" tanya Gwen menatap Beby yang duduk di seberangnya.
"Lagi kangen lima jari. Kebetulan juga paketan gue abis. Lumayanlah, bisa dengar nyanyian langka. Gratis pula." jawab Beby santai. Galuh yang duduk di samping kirinya berdengus geli.
"Jangan keseringan." ujar Galuh sembari mengacak rambut Beby.
Beby, Galuh, Glen, Gwen dan Gildan. Kelima siswa Merah Putih yang punya daya tarik dari segi paras yang menawan memikat. Itulah sebabnya banyak mata yang memperhatikan mereka sepanjang perjalanan kelimanya kembali ke kelas.
Namun semua itu tak menjamin kebahagiaan hadir yang semata-mata ada karena wajah. Disenangi belum tentu orang itu senang hidupnya. Dikagumi belum tentu bisa memberi senyum diwajahnya. Sejati faktor utamanya ialah siapa dulu yang memberi afeksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE GIORDANZ [End]
Storie d'amore18+ (Adult Romance) Hidup dalam keluarga yang rumit bukanlah keinginan Beby Naisyila Giordanz. Lahir karena kesalahan, dan berjalan penuh penekanan. Di tambah dengan adanya anak dari bundanya a.k.a istri kedua sang ayah yang mendapat perhatian lebi...