Pengarang : Desi Wulandari
Akun Wattpad : Dhee_shy
Judul : Please, Don't Leave Me
Gadis itu terus menundukkan kepalanya dan berulang kali meremas tangannya yang ia tautkan. Gadis itu menghembuskan nafas beratnya lalu mendongakkan kepalanya dan memandang pria yang kini sedang asyik memotret dengan camera DSLR miliknya di taman kampus mereka itu.
Gadis itu, Naila merasakan dadanya teramat sesak dan merasakan tenggorokannya tersendat karena kata-kata yang sejak semalam sudah ia rangkai kini sangat sulit untuk ia ungkapkan. Naila merasakan matanya memanas saat melihat pria yang sudah satu tahun terakhir ini menyandang status sebagai kekasihnya itu tersenyum, melihat hasil fotonya dengan puas.
Mata Naila mulai berembun, mengingat setelah ini ia tidak akan lagi melihat senyum itu. Senyum yang selama satu tahun terakhir ini menjadi favoritnya dan senyum yang menjadi penyemangat hidupnya.
Naila mengalihkan pandangannya. Dengan cepat ia menghapus airmata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya. Naila memejamkan matanya sejenak berusaha untuk menguatkan dan meyakinkan hatinya kalau ia benar-benar harus mengungkapkan kata-kata yang sudah ia susun sebelumnya pria yang hari ini terlihat tampan di hadapannya itu.
"Galam --- "
"Nai, coba lihat deh ... yang ini bagus ya?" ucap Galam yang membuat Naila terdiam.
Naila menatap intens Galam selama beberapa detik sebelum mengalihkan pandangannya ke kamera yang dipegang oleh Galam.
"Bagus," ucap Naila lirih setelah melihat hasil jepretan Galam.
Galam tersenyum lalu kembali mengarahkan kameranya ke objek lain yang menjadi target foto berikutnya.
Naila kembali terdiam. Dia harus mengungkapkan semuanya pada Galam hari ini. Tapi bagaimana caranya?
"Galam ..., " Naila kembali memanggil Galam yang masih saja fokus dengan objek jepretannya.
"Hmm."
"Galam, aku ingin bicara ... sebentar," ucap Naila lirih.
Mengingat suasana taman kampus yang semakin sore semakin sepi, Naila yakin Galam dapat mendengar ucapannya.
"Tentang?" sahut Galam tanpa melepaskan diri dari target jepretannya, "bicara saja Nai ... aku akan mendengarkan."
"Galam, bisakah kamu menatapku sebentar saja," ucap Naila mulai kesal dengan sikap Galam.
Naila lelah. Lelah dengan sikap Galam yang selalu menerbelakangkan dirinya. Lelah dengan sikap Galam yang selalu mengabaikan dirinya jika sudah bersama dengan teman-teman dan kamera kesayangannya.
"Galam," ucap Naila lirih karena Galam belum juga menjauhkan wajahnya dari kamera ditangannya.
"Sebentar lagi, Nai ... oke?"
Tangan kiri Naila mengepalkan dengan kuat. 'Harus sekarang,' pikirnya.
Naila menatap nanar Galam. Pandangannya mulai kabur karena matanya perlahan kembali mengembun.
"Aku mau kita putus," ucap Naila lirih yang masih dapat didengar oleh Galam.
Mendengar ucapan Naila, Galam langsung menghentikan aktivitasnya. Galam terdiam. Wajahnya yang semula enggan menjauh dari kamera perlahan menjauh.
"A ... apa maksud kamu, Nai?" Galam memandang Naila yang sejak tadi berdiri di sampingnya dengan kepala yang tertunduk.
"Kita putus," ucap Naila yang kini sudah membalas tatapan Galam. Naila berusaha keras untuk menahan air matanya agar tidak keluar di hadapan Galam.