Rasa yang Terpendam

9 0 0
                                    

Ini hari ke-2 mereka kabur.
Jangan tanya semalem mereka tidur dimana, jangan berfikir aneh aneh dulu pokoknya.

"Sea, lo gak ngantuk apa? Dari semalem lo melek mulu," tanya Oliver.

"Ver, gue mau pindah ke Asgardaria," Sea mengusap wajahnya kasar. Lalu menyandarkan punggung kakunya itu di kursi fast train.

Iya, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Solo. Karena Sea rindu kampung halamannya itu.

"Bagus dong, lo bisa terhindar dari Dermon dan pasukan gilanya itu, Haha," tawanya. Sea bisa mendengar dalam tawa itu ada kesedihan.

Sea dan Oliver berbeda jauh sekali. Jauh, Sea anak orang terpandang yang tinggal di gedung A dengan keamanan tingkat dewa. Fasilitas yang beragam, dan kamar apartemen yang luas.

Sedangkan Oliver?
Dia hanya seorang anak tentara perbatasan, yang tinggal di gedung D. Gedung yang berisi prajurit tentara.

"Yaudah sih Sea, lo tinggal pindah aja kok repot," ucap Oliver enteng.

"Gue gak mau ninggalin lo," jawab Sea.

"Alah, paling cuma gak rela sehari dua haru doang. Di Asgardaria kan lo juga bisa punya temen banyak. Temen lo kan banyak di gedung A. Mereka pindah juga kan? Jadi lo gak bakal kesepian," Oliver menjawab begitu sembari memakan roti sandwichnya.

"Gue gak mau lo jadi Dermon. Liat noh tembok Tanker udah dikikis ama Dermon sableng itu, gak habis pikir gue. Dermon cem gitu masih aja bisa idup," jawab Sea.

Setelah itu hening.

Mereka sama sama menatap keluar jendela kereta. Melihat tembok Tanker yang mulai terkikis. Terkikis? Oh no!

Makin lama tembok itu makin tipis ada dah. Kayak udah mau roboh.

Akhir akhir ini juga banyak penjaga menjaga di daerah itu.

Drrtt, drrrtt, drrrtt. Ponsel Sea bergetar. Terpampang jelas nama Kak Sivia disana.
"Halo, ada apa kak?"

"..."

"Gue gak mau pindah titik,"

"..."

"Ha? Besok? Katanya 10 hari,"

"..."

"Lusa aja deh kak, janji gue pulang,"

"..."

"Iye iye gue pulang lusa. He'eh janji dah,"

"..."

"Yaudah iye, bye," Sea menutup telfon itu dengan kasar lalu mendengus sebal

"Perasaan,lo dari tadi cemberut mulu deh. Sensi. Lo PMS yak?" goda Oliver.

"Gue pindah ke Asgardaria 3 hari lagi," ucap Sea dengan nada lesu.

Lagi lagi hening.

Oliver memikirkan perasaannya terhadap Sea. Haruskah dia mengungkapkan perasaan bodohnya ini. Dia takut perasaan yang ia pendam ini akan merusak persahabatan mereka. Oliver juga tidak mau berpacaran, ia ingin mereka tetap bersahabat.

Ia hanya ingin mengungkapkan saja. Biar gak ada yang ganjel gitu.

Dibalik perasaan Oliver itu, Sea sebenarnya juga memiliki rasa yang sama. Benar ya kata orang. Jika laki-laki dan perempuan bersahabat, akan mustahil jika salah satunya tak memiliki rasa.

"Sea"
"Ver"
Ucap mereka berbarengan.

"Lo dulu aja deh, ladies first," kata Oliver.
"Nggak cuma manggil aja, hehee," kata Sea.

Lalu hening lagi.
Ada apasih kok hening mulu, biasanya juga gak bisa diem kalo ketemu.

"Ver, kalo gue pindah jangan kangen yak," ucap Sea.
"Kangen lah Sea. Sebagai sahabat yang baik nih ye, bakal kangen lah gak ada yabg gangguin plus gak ada yang dibully, HAHAHAHAAA," tawa lelaki itu meledak.

Diam diam Sea merasa tenang, dan mantap untuk pindah.
Dia pastikan ia juga akan membawa serta sahabatnya itu. Entah bagaimana caranya.

Perjalanan mereka sebentar lagi sampai. Rencananya Sea hanya mau muter muter Solo sebentar, makan serabi lalu pulang.

Dih, pengen serabi aja ke Solo.






















Hullo!
Maafkan cerita ini melenceng dari judul😂.
Tulisannya 10 Days With You malah jadi Three days doang. Aku ngelakuin itu biar cepet completed. Dan kemungkinan cuma ada 5 part aja. Atau kurang, idk wkwkwk. Jadi short story dong? Idk juga.

Ehm, bentar lagi masuk sekolah jadi aku usahain cepet completed. Kalau misal ada waktu luang mungkin aku bikin cerita lain.

Readers dikit gapapa, pokoknya tetep berimajinasi.

NGAHAHAAA.

-salam imajinasi,
w, chaiiyaaa.

10 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang