Apdet kilat nih. mumpung ada wangsit hahaha :D
Douzo yonde kudasai! ^^****
Nico menyesap martini-nya dengan pelan. Memandang kawan-kawannya yang sedang asik bercanda. Sekarang dia berada di salah satu club langganannya. Tempat ia dan teman-temannya menghabiskan malam untuk mencari mangsa. Mereka duduk di salah satu spot paling strategis untuk melihat seluruh isi club ini. Mendapatkan fasilitas paling nyaman. Dan tentu saja dengan harga yang harus dibayar lebih.
Hans memang jarang mencari mangsa. Sedangkan Tim tampaknya tidak begitu tertarik malam ini. Hanya Juan yang yang masih aktif menggoda beberapa perempuan yang sengaja melewati meja mereka. Beberapa dari mereka lebih banyak yang melirik Nico dengan tatapan ingin. Namun tak mendekat begitu melihat seorang perempuan berpakaian ketat menempel mesra di sisi Nico.
“Bagaimana kalau kita bersenang-senang?” rayu seorang perempuan yang tak mau lepas darinya. Dibelainya dada bidang Nico dengan gerakan mengundang.
“Pergilah, Bitch!” geraman rendah itu tampaknya tidak ditanggapi oleh pemilik kuku merah itu.
Gerakan perempuan itu justru makin berani. Membelai wajah tampan Nico secara perlahan. Menyusuri garis rahangnya dengan ujung kukunya. “Kau pasti sangat liar,” bisiknya ditelinga Nico.
Dengan kesal Nic meletakan gelasnya hingga suara dentingan kasar membuat sahabatnya menoleh ke arahnya. Ditariknya perempuan berpakaian seksi itu dengan kasar lalu mendorongnya hingga terjebab di sofa.
“Sudah ku bilang pergi. Apa kau tuli, huh?” bentaknya. Lalu kembali duduk dengan enggan setelah perempuan itu pergi dengan buru-buru. Beberapa perempuan yang sendari tadi mengamatinya memilih mengurungkan niatnya, melihat reaksi Nico terhadap perempuan tadi. Saat ini dia sama sekali tak ada gairah untuk mencari mangsa.
“Kau garang sekali malam ini, Nicky-babe,” ujar Juan setelah sadar dari kekagetannya tadi. Ia menyeringai pada Nico yang mendengus kesal, menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya.
Hans memandangnya sedikit kawatir. “Ada masalah apa Nic?”
“Cerita saja. Siapa tau kami bisa bantu?” timpal Tim.
Nico masih terdiam kaku. “Aku harus membawa calon istri pada kakekku. Besok,” Ujarnya datar.
“Apa?” ketiga temannya itu berteriak serempak.
“Berlebihan,” cibir Nico, kembali menyesap minumannya.
"Apa ini mengenai syarat yang sering kau bicarakan?" Tim membuka suaranya. Nico hanya menangguk malas sebagai jawaban.
Juan mengerucutkan bibir, “Ya sudah. Tunjuk saja satu perempuan disini. Bawa pulang. Lalu bawa ke kakekmu,” ujarnya enteng.
Nico mengeram kesal, “Kau pikir dia akan menerima jenis perempuan yang ada disini? Yang ada aku akan dinikahkan saat itu juga dengan perempuan pilihannya.” Tersirat nada frustasi di ucapannya.
“Suruh saja mereka acting. Kasih duit pasti mau lah. Buat perjanjian dulu agar mereka tidak menuntut banyak,”
Nico memutar bola matanya jengah, “Terdengar seperti sinetron,”
“Memang iya. Aku menontonnya sebelum kesini. Ceritanya bagus. Si cewek nikah kontrak dengan si cowok karena si cowok ingin menghindari perjodohan. Cocok kan dengan situasimu saat ini? Karena itu aku mengusulkan hal itu,” ujar Juan dengan polos menyeruput minumannya. Ketiga sahabatnya memandangnya dengan tatapan tak percaya. Sementara Juan sibuk mengunyah kentang gorengnya tak peduli dengan tatapan sahabat-sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Wedding Dress
Romance[WARNING!!! Cerita ini mengandung unsur keanehan, part yang pendek dan waktu update yang tak menentu. Bagi yang bisa menoleransi, alma ucapkan terima kasih dan silakan lanjut, bagi yang tidak ya coba baca dulu deh, kali aja suka :3] Nicholas Jaegar...