A - D | 04 - [One Step]

7.8K 660 18
                                    

Lagi-lagi mama Ava telat jemput. Kali ini nggak ada Romeo yang ngerecokin dia selama dia menunggu jemputan. Setelah kejadian di koridor dua hari lalu cowok itu sudah nggak lagi datang ke kelasnya, tapi malah berganti dengan banyak kiriman yang dia berikan. Tiap kali istirahat Ajeng selalu datang ke kelasnya dengan banyak makanan kiriman dari Romeo, masih tetap nggak jelas apa maksudnya.

Sejujurnya itu kerasa sedikit lebih baik, Ava nggak lagi harus bertemu secara langsung dengan orang yang udah bully dia selama 6 tahun. Tapi di sisi lain, Ava juga merasa bersalah. Hari itu, apa omongannya terlalu jahat ya? Walau aslinya kelakuan Romeo jauh lebih jahat sih, hanya saja tetap nggak membenarkan Ava untuk berbuat sama jahatnya. Dia cuman mau menghindari semua hal yang bakalan menyakiti dirinya ke depannya. Dan Romeo berada dalam list itu.

Ava menghela napas kasar. Sudah pukul lima kurang sepuluh. Meski halte masih sedikit ramai dengan anak sekolahnya dan juga anak sekolah sebelah, tapi nggak ada satu orang pun yang bisa Ava ajak ngomong untuk mengurangi bosan. Jadinya cewek itu cuman bisa duduk diam sambil sok sibuk memainkan game like a dino! di ponselnya.

"Eh, Ava ya?" Ava mengangkat kepalanya dan menemukan Arlene berdiri di sampingnya. Seperti pertemuan pertama mereka, cewek itu masih kelihatan cantik dan bersinar banget. Nggak bohong, kalau Ava cowok dia pasti bakalan jadiin Arlene crush-nya.

"Arlene ya?" Ava balas bertanya. Cewek itu sendirian sekarang. Nggak ada cowok yang bernama Darren kemarin, nggak tahu kenapa rasanya Ava sedikit merasa lega.

Arlene menganggukan kepalanya. "Lo kayaknya sering balik telat ya? Tiap kali balik sore banget, gue selalu lihat lo masih nunggu jemputan di halte."

"Haha iya, mama gue sering kejebak macet soalnya." Ava membalas dengan ramah. Arlene mungkin bisa jadi temen yang baik buat dia ajak ngobrol. "Lo nunggu jemputan atau naik bus?"

"Nggak dua-duanya sih." Ava menaikan sebelah alisnya mendengar jawaban Arlene. "Hehe, gue tadi lihat lo dari gerbang, implusif aja ke sini."

Ava melepaskan tawa kecilnya sebagai balasan. Arlene sekarang sudah mengambil tempat di sebelahnya. "Harusnya lo langsung pulang aja."

"Gak apa-apa, gue kan pengen nyapa lo." Arlene membalas dengan ringan. "By the way, nggak sama Romeo?"

"Enggak, katanya dia ada urusan." Bohong banget, aslinya Ava yang nggak mau berurusan lagi sama Romeo. Cuman kalau dia bilang dia nggak suka Romeo di depan teman cowok itu, kayaknya malah bakalan jadi perkara. Mereka kemudian mengobrol untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Arlene pamit lebih dulu karena teman yang akan pulang bersamanya sudah menunggu. Ava kembali duduk sendirian sekarang.

Halte sudah sepi, mamanya masih belum juga membalas pesan yang Ava kirimkan. Petang juga perlahan menjemput, aduh Ava jadi sedikit takut. Mau cari ojek online tapi Ava nggak tahu gimana caranya karena seumur hidup di belum pernah coba. Mau nunggu mama, tapi nggak datang-datang.

Sekelilingnya beneran udah sepi sekarang. Meski masih ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang, tetap saja Ava sendirian. Cewek itu melihat sekitarnya, tinggal nunggu beberapa menit lagi petang bakalan digantikan malam. Dia mau chat Ajeng tapi takut merepotkan cewek itu.

Sambil mendengus kesal, Ava memutuskan untuk mengunduh aplikasi ojek online yang ada. Mamanya mungkin lembur, kalau dia menunggu bisa sampai jam 9 dia baru pulang. Hanya saja sebelum unduhannya selesai, sebuah mobil putih berhenti di depan halte. Ava menunggu siapa yang akan keluar dari dalam sana.

Ternyata itu teman Arlene yang kemarin, Darren. Dia mengambil langkah mendekat ke arah Ava yang sedang duduk di halte, Ava menatap bagaiman cowok itu perlahan memngkas habis jarak yang ada hingga pada akhirnya berdiri di depan Ava.

HIM (Love Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang