A - D | 06 - [The Fight]

7.5K 598 11
                                    

Pada akhirnya statement usahain update seminggu sekali hanya menjadi wacana. Maaf ya geng (T___T).

***

"Lo mau marahan sama Romeo sampe kapan sist?" Kantin sekolah siang itu tidak begitu ramai karena ada bazar yang sedang diadakan anak kelas 11 di gedung serba guna. Seperti biasa, Ajeng duduk bersama Ava dan Dimas. Cewek itu seperti gak punya teman dari kelasnya hingga selalu mengikuti keduanya pergi kemanapun.

"Actually, I have no idea to make up with him sih. Jadi jawaban gue bakalan selalu, skip, gak dulu." Ava menjawab tidak peduli. Mari kesampingkan perasaan kasihan, dia punya hak untuk mengabaikan Romeo.

"Itu cowok neror gue mulu." Ajeng mengeluh. Dia menunjukan serentetan pesan dari Romeo yang bertanya kapan Ava mau memaafkan dia? Ava menggulir layar ke atas, menampilkan pesan lain yang jauh lebih lampau.

"He seems so obesessed with you." Komentar Dimas selepas dia turut serta membaca pesan-pesan yang Romeo kirim. "A little bit creep."

"Emang. Emangnya kenapa juga sengotot itu minta maaf ke gue dan pengen temen sama gue? Berasa manusia cuman gue aja apa gimana?" Kembali, Ava mendumel mengenai semua tingkah menjengkelkan Romeo.

"What the hell is wrong with him? Kayak, bisa gak sih berhenti ganggu gue. Gue maafin deh, ikhlas dari lahir, asal berhenti deket-deket gue. Nyebelin parah."

Topik Romeo nyatanya terlalu sensitif bagi Ava. Dia masih kesal dengan semua perlakuan cowok itu. Semua gangguan yang diakibatkan, dan hal-hal menyebalkan lainnya. "Lo kenapa gak mau deket-deket sama Romeo?"

"Heh perlu dijawab?" Ava menjawab sengit. Ajeng dan Dimas kenapa ingin sekali dia berbaikan sama Romeo sih?

"Iya tahu sih, dia pernah bully lo. Tapi kan, people changed, Va." Ava mendengus sebal.

"Yes, indeed. People changed, and so do I." Ava bersikeras menolak segala sudut pandang lain. Dia tidak mau berbaikan dengan Romeo, jika hanya memaafkan mungkin cewek itu masih bisa. Panggil dia pendendam juga gak apa-apa, Ava mengalami kesulitan melakukam kegiatan sosial juga karena Romeo.

"Gue gak mau deket sama orang yang ngasih gue trauma. Gak peduli meski orang itu udah jadi seribu kali lebih baik, gue tetep menolak."

"Maaf itu gampang banget diucapin, tapi susah buat diterima dengan hati lepas. Romeo emang minta maaf ke gue, tapi gue juga punya hak buat nerima atau nolak maafnya."

"Gue gak tahu, sebenarnya dalam tiga tahun terakhir, apa yang kejadian sama kalian dan Romeo, sampai kalian selalu mojokin gue buat baikan sama dia."

Ava gak tahu kenapa siang itu dia meledak-ledak kepada Dimas dan Ajeng. Dia merasa terpojokan karena keduanya seolah tidak mengerti apa yang dia mau. Seolah memaksakan prespektif mereka pada Ava. Dia meninggalkan kantin dengan amarah membara. Apinya semakin besar kala dia melihat Romeo berjalan sendirian menuju kantin.

Sial, Ava ingin menangis saking kesalnya.

***

Ava mendiamkan Dimas yang berusaha untuk mengajaknya berbicara sepanjang sisa pelajaran. Dia mengabaikan semua pesan permintaan maaf dan ajakan berbicara kembali dari Ajeng. Atau nomor baru Romeo yang mengiriminya pesan baru bertanya apa yang terjadi pada mereka—tentu saja, selalu berakhir dengan Ava blokir.

HIM (Love Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang