siapa yang harus dipilih?

63 4 6
                                    

Jika dia memang jodohmu pasti Allah satukan, jika benar dia takdirmu, pasti Allah mudahkan, jika ia adalah yang terbaik untukmu pasti akan Allah tetapkan.

***

Setelah kejadian Humaira jatuh sakit di taman. Nisa lebih berhati-hati lagi untuk merawat anak panti, ia senang tinggal bersama mereka, belajar dan bermain bersama sangat menyenangkan bagi Nisa senyum ceria anak panti adalah segalanya.

Waktu terus berjalan, berganti detik hingga menit sampai puluhan jam. Hari berganti minggu sampai ke tahun, dan sekarang tepat setahun sudah pernikahan antara Zaid dengan Ersya, kabarnya Ersya telah hamil tua, usia kandungan sudah memasuki lahiran. Sebentar lagi mereka akan menjadi orang tua, lengkaplah kebahagian yang mereka rasa.

Waktu mengikis rasa, luka terobati oleh hadirnya. Hampir setahun Nisa berada di panti dan Pondok tahfiz sangat membuatnya bahagia. Apalagi sekarang akan ada seseorang yang kembali mengisi hatinya. Setelah kejadian Humaira sakit, Ersya dan Fikri semakin dekat, hanya sebatas pengasuh anak dan dokter, melihat cara Nisa menjaga Humaira, dapat menaklukan hati Fikri. Siapa yang bisa menduga hatinya berlabuh kepada Nisa yang merupakan wanita biasa.

Merasa yakin dan mantap dengan pilihannya, Fikri meminta pendapat kepada Ibunya untuk mengkhitbah Nisa secepatnya, setelah tau bagaimana dan siapa Nisa yang sebenarnya tak sabar ingin ia mempersunting wanita manis yang penuh dengan sahaja, tutur katanya yang lembut, sifatnya yang manis kepada anak-anak, penyanyang, sopan, Fikri sangat bersyukur apabila Nisa benar menerima lamaranyanya.

***

Nisa bingung dalam lamunannya, kembali menyakinkan hatinya. Apakah benar untuk memilih Fikri sebagai pendamping hidupnya selamanya. Bismillah... ia mantapkan lagi hatinya, akhirnya ia menerima Fikri sebagai calon pengantinnya.

Acara lamaran Nisa dan Fikri pun di laksanakan secara khidmat di panti, tak ingin menunggu lama, pernikahan mereka akan dilaksanakan seminggu setelah lamaran. Banyak teman serta kerabat yang akan datang pastinya, tak lupa jua ia mengundang Zaid dan Ersya untuk datang kepernikahannya. Mengenang nama mereka berdua itu mengungkit kembali pada luka lama, Nisa hanya tersenyum ternyata Allah hadirkan dulu seseorang untuk seberapa besar cinta-Nya sampai masa indah itu datang juga.

Selang waktu beberapa hari lamaran Nisa dan Fikri katanya mereka dapat kabar kalau Ersya melahirkan dan kondisinya sekarang lagi kritis, anaknya selamat tapi Ersya hanya 10% untuknya bisa selamat. Mendengar berita itu, Nisa datang menjenguk bagaimana keadaan Ersya. Tak sampai hati ia melihat bagaimana kondosi Ersya yang benar-benar lemah, katanya pendarahannya sangat banyak.
Dalam ruang yang bercampur dengan obat, selang yang menempel di tubuh Ersya membuat hati Nisa iba, rasa tak tega melihat sahabatnya dalam kondosi seperti itu.

"Nis..." panggil Ersya dengan pelan.
"Ada apa Sya? Jangan banyak gerak, aku ada disini, kau perlu apa? Mau minum?" Tawar Nisa sambil tersenyum.
"Boleh aku minta tolong?" Kata Ersya dengan sopan.
"Selagi aku bisa membantu, pasti aku tolong Sya, kau sudah kuanggap seperti kakaku, katakan saja!" Jawab Nisa sambil memegang tangan Ersya.
"Alhamdulillah, aku senang mendengarnya!" Tutur Ersya, namun kemudian ia menangis.
"Hei! Air mata apa ini? Kenapa kau menangis? Apa yang membuatmu sedih Sya? Apa yang bisa aku bantu?" Kata Nisa lalu menyeka air mata Ersya dengan tisu.
"Maukah kau menjadi Ibu dari anakku?" Tanya Ersya yang membuatnya sangat terkejut.
"Kamu ngomong apa Sya, kamu pasti sembuh, aku yakin itu!" jawab  Nisa menyakinkan.
"Anakku perlu seorang Ibu, aku tak yakin apakah umurku masih panjang Nis, aku tau kamu pasti bisa jadi Ibu yanh buat anakku, Ayahnya nanti tak akan sanggup mengurusnya sendiri, setidaknya anakku tetap memiliki ibu, meskipun aku telah tiada nanti" kata Ersya memecahkan suasana, ini tak mungkin bagi Ersya, dalam kurun waktu beberapa hari ia akan menikah dengan Fikri, rencana apa lagi ini ya Robb... setelah luka yang ku ikhlaskan, kembali kau uji aku dengan rasa dalam belenggu, batin Nisa dalam diamnya.
"Kamu kenapa diam Nis?" Hanya ini permintaan terakhirku!" Tutur Ersya yang sangat membuatnya bingung.

***

Tak mungkin ia meninggalkan Fikri yang telah menaruh harapan banyak padanya, ia tak sanggup melukai hati lelaki sebaik Fikri, ia tau rasanya dikecewakan tak mungkin bisa memenuhi permintaan Ersya. Tapi bagaimana jika Ersya memang tak bisa diselamatkan. Haruskah ia memilih menjadi ibu dari anaknya? Luka lama yang telah ia kubur, sekita datang lagi kembali menyapa. Ya Robb.. tolonglah hamba untuk tak salah memilih.

Assalamualaikum gusy... saya kembali hadir 😆
Maaf cuma bisa nulisnya sedikit, gimana bro... sis.. lanjuykan gak nih???

mencintaimu adalah luka paling disengaja (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang