Di waktu yang sama tapi di tempat yang berbeda, Ceye mendaratkan tubuhnya disebuah sofa besar warna coklat, ia melepas topi yang ia pakai. Tak lama seorang wanita dengan baju terusan santai berwarna biru laut ikut duduk di sebelahnya.
"Gimana kerjaan?" tanyanya seraya menyisir rambut Ceye yang berantakan.
"Baik, kaya yang kamu lihat" Ceye tersenyum, ia menarik tangan wanita tersebut untuk digenggamnya.
"Nina gimana? Sehat kan?"
"Sehat, tapi aku agak khawatir kalau musim ujan gini"
"Besok aku beliin bubuk jahe buat Nina, jadi kamu kalau mau bikinin tinggal diseduh aja" ucapnya, Ceye tersenyum.
"Sabar ya" lirih Ceye, kemudian mengecup punggung tangan sang wanita.
"Sabar buat apa?"
"Buat bilang ke Nina kalau sebenernya aku udah punya calon mama buat dia"
"Iya, aku sabar kok" ia tersenyum kemudian menarik tangannya dan bangkit.
"Aku bikinin kopi ya" ucapnya kemudian berjalan ke arah dapur.
Setelah itu, Ceye menghembuskan nafasnya kasar. Jujur saja, sejak kejadian tadi pagi ia semakin ragu untuk mengenalkan kekasihnya pada Nina. Ia takut respon Nina seperti apa yang terjadi tadi pagi, bahkan bisa saja lebih parah.
Wina Wijaya, wanita yang sekarang menjadi kekasih Ceye setahun belakangan. Awalnya Ceye sudah optimis untuk mengenalkan Wina pada Nina. Tapi niat itu ia urungkan, lebih tepatnya lagi-lagi ia urungkan, entah sampai kapan.
Bukan tanpa alasan, ia melakukan itu semata-mata karena ingin menjaga perasaan Nina. Mungkin selama ini ia dan Nina selalu mengejek satu sama lain dengan sebutan jomblo, padahal kenyataannya Ceye memiliki seorang kekasih.
Untuk hubungan orang dewasa, satu tahun bukan waktu yang sebentar. Terlebih Ceye merupakan seorang duda dengan satu anak remaja. Sementara Wina? Ia merupakam janda yang bercerai beberapa tahun yang lalu. Rasanya tidak pantas jika kedua orang dewasa dengan status 'single' tersebut terlalu lama bersama tanpa ikatan yang jelas.
"Ini mas kopinya" Ceye tersentak dari lamunannya saat Wina datang dengan secangkir kopinya.
"Makasih" Ceye tersenyum.
"Jemput Nina jam berapa?" tanyanya.
"Jam dua, atau setengah tiga nanti" jawab Ceye. Nina mengangguk.
Lalu hening karena Ceye mulai menyesap kopinya.
****
"Yah kok hujan" Nina yang baru saja ingin kembali ke sekolah harus menelan kekecewaannya.
"Kayanya bakal awet nih hujannya" Raka menyaut.
Ddrttt....
Nina meraih hapenya yang bergetar pertanda telfon masuk.
Eric 🐯 ☏
"Ya Ric?"
"Dimana? Ujan gak?"
"iya nih, masih neduh"
"Yaudah neduh dulu sampek gak ujan, gue sama anak-anak masih di rumah Amalia nih"
"Iya Ric"
"Yaudah kalo gitu. Hati-hati"
"He'eh"
Klik
Sambungan telepon terputus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Perfect Daddy
FanfictionPernah bayangin punya papa yang ganteng dan ngehits? Kalau gue gausah bayangin, nyatanya papa gue ganteng seganteng personil boyband!