Dion

237 85 27
                                    


Day 56

"Rin, lu lembur ya? Gua mau balik, nih. Eh, lu kenapa?"

Tanya gua heran lihat Karin pegang perutnya.

"Gak tau. Perut gua berasa gak enak."

Jawabnya singkat.

"Kalo gitu lu balik aja, perlu ke dokter?"

"Gak usah, gua balik aja."

"Oh, okay. Bareng gua aja, lu belum sempat pesan go-car, kan?"

Awalnya Karin terdiam, seakan menimbang sesuatu yang entah apa.

"Boleh, deh,"

Kata Karin akhirnya. Dan gua antar Karin pulang hari itu.

Day 67

"Ren, nanti malam ada acara?"

Tanya Karin tak seperti biasanya. Padahal sebelumnya Dia yang lebih ingat kalo ada presentasi, rapat atau lembur.

"Perasaan kita gak ada presentasi, rapat atau lembur nanti malam,"

Jawab gua ragu dan jadi sedikit bingung. Karena biasanya Karin yang urus dan gua gak perlu hafal lagi jadwalnya.

"Bukan kerja, your schedule!"

Balasnya buat gua melongo.

"Ha? Acara pribadi gua?"

Gua tanya buat memastikan kalo telinga gua belum budek.

"Iya, Rendi!"

"Ng, keknya gak ada. Gua kosong,"

"Dinner bareng gua, bisa?"

"Ha????"

"Jangan salah paham! Gua cuma mau bayar utang, karena lu udah anterin gua pulang.

"Ih, ngajakin kok judes gitu?!"

"Gak masalah kalo gak mau!"

"Eh, gua gak pernah tolak makan gratis!"

Diam.

"Yaudah, tapi ntar pake mobil lu, ya."

Kata Karin cepat kemudian segera kabur keluar.

Eh? Artinya bensin gua yang bayar, dong? Sial (-_-)

***

Gua berusaha santai makan bareng Karin meskipun merasa sedikit gak nyaman. Wajar aja karena kita dinner di resto tower, restoran bintang lima yang lokasinya di puncak salah satu skyscraper dengan night view yang luar biasa. Pelanggannya cuma kalangan elit atau pasangan paling romantis sedunia, belum lagi bill-nya yang bisa aja ngabisin gaji gua sebulan untuk satu kali makan. Untung bukan gua yang bayar! Sebelum masuk tadi gua udah cegah Karin biar gak perlu traktir gua yang mahal, cukup nasi Padang aja. Tapi katanya Dia udah reservasi. Gua jadi curiga gaji karyawan magang lebih banyak dibanding gaji gua. Habisnya Karin mampu bawa gua ke sini!

Sambil makan, gua sempat lirik-lirik sekeliling. Seorang waitress mendorong troli makanan berisi champagne untuk sekelompok pelanggan berdasi yang dari tadi sibuk mengobrol dalam bahasa asing. Tak lama seorang waiter yang lewat bersama troli makanan, kali ini dengan membawa flower bouquet yang lebih besar dari troli makanan itu sendiri. Lihat begitu gua jadi nyeletuk iseng ke Karin.

"Pacar gua nanti pasti bakal senang kalo dilamar di sini kek gitu,"

"Emang lu punya pacar?"

Maksud Karin menyindir. Dia, kan tahu gua udah putus sama Key karena perkenalan norak Bang Erwin waktu Karin pertama magang dulu. Gua cuma balas memandang Dia dengan tatapan annoying sekilas, kemudian balik mencari-cari keberadaan flower bouquet barusan. Norak emang, tapi gua penasaran aja sama ekspresi orang yang bakal dapat flower bouquet begitu. Sayangnya posisi lucky girl itu membelakang gua, jadi gua gak bisa lihat ekspresi wajahnya. Tapi gimanapun Dia pasti happy banget. Ya jelas, lah!

(SUDAH TERBIT) badGirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang