4

5 0 0
                                    

Saat berjalan tak sengaja aku melihat taman, aku pun berjalan kesana dan duduk di bangku yang disediakan di taman tersebut. Aku terus menunduk dan menangis sampai suara yang sangat familiar menyapa telingaku dan duduk disebelahku

"Why you cry, babe?" Tanya orang itu sambil mengusap punggungku yang bergetar. Aku ingin menjawab dan menumpahkan segala keluh kesahku kepada dirinya. Namun lidahku kelu dan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun

Orang itu memelukku dan sesekali mengecup puncak kepalaku. Itu membuat tangisku semakin pecah. Dia mengusap punggungku yang bergetar karena sedari tadi menangis.

"Devan" ucapku lirih. Ya, lelaki itu yang datang menemuiku

"Sstt... nangis aja kalau itu membuatmu tenang. Aku akan menemanimu disini" ucap Devan

Setelah kurasa tenang dan tangisku berhenti. Aku melepaskan pelukanku dari Devan. Kulihat mata nya lekat, ia pun melakukan hal yang sama. Aku ingin menyampaikan perasan yang sedang kurasakan padanya. Setelah cukup lama aku bungkam akhirnya aku berucap dengan suara yang pelan

"Aku nggak kuat Dev, Mama bener bener benci sama aku. Aku mau jelasin semuanya sama Mama. Tapi Mama nggak mau denger apapun dari aku Dev. Aku harus gimanaa?" Ucapku mulai terisak kembali

"Sttt... pelan pelan sayang. Cerita apa yang mau kamu ceritain. Aku bakal dengerin" ucap Devan menenangkanku

Akhirnya aku menceritakan semuanya tanpa terlewat satu pun. Kejadian tadi yang sangat menyakitkan untuk dirinya. Kejadian yang sebenarnya bukan salah Rafella namun mama nya terlanjur membenci nya

"Yaudah. Mungkin Mama kamu butuh waktu untuk tau semuanya yang terjadi. Kamu hanya perlu sabar. Tidak ada orangtua yang tidak sayang pada anaknya. Aku akan selalu ada untuk kamu dan akan menemanimu menghadapi masalah yang kamu jalani. Just tell me, and i will stay with you, so don't cry again babe. Aku ikut sakit kalau liat kamu nangis" ucap Devan panjang lebar yang hanya aku respon dengan anggukan kepala saja

"Sekarang aku antar pulang ya" lanjutnya

"Nggak. Aku nggak mau ketemu Mama. Aku nggak sanggup kalau harus ngadepin Mama nanti"

"Kamu pasti bisa sayang. Disana juga ada Papa kamu yang pasti akan ngelindungin kamu"

"Tapi Devv"

"Nggak ada tapi tapian, nurut sama aku. Ini udah malem, nggak baik cewek malem malem masih keliaran di luar" ucap Devan lalu menarik tanganku menuju mobilnya dan segera melajukan mobilnya menuju kediaman Bagaskara, rumah Rafella.

"Say something, please" ujar Devan tiba-tiba

"Apa?" Jawabku sambil menatapnya

"Jangan buat aku khawatir terus ya"

Menghela nafas, aku pun menjawabnya "aku nggak bisa janji. Yang pasti aku bakal berusaha untuk itu"

Keadaan pun kembali hening dan akhirnya mereka sampai di kediaman Bagaskara

"Jangan nangis terus" ujar Devan

"Iya"

"Jangan begadang"

"Iya"

"Jangan lupa makan"

"Iya"

"Harus banyak tidur"

"Iya"

"Handphone selalu aktif"

"Iya"

"Kalau ada apa apa langsung kabarin aku saat itu juga"

"Iya"

"Jangan---"

"Iya sayang, iya. Kalau daritadi kamu ngoceh mulu, aku kapan istirahatnya?"

"Hhehehe. Ya maaf sayang. Kan aku khawatir" jawab Devan sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal

"Yaudah ya Dev, aku turun dulu. Makasih buat hari ini. Kamu langsung pulang ya, jangan mampir mampir dulu, udah malem"

"Siap tuan putri"

Setelah itu aku turun dari mobil Devan dan langsung masuk rumah. Aku tak peduli pada penghuni rumah itu. mengingatnya membuatku sakit hati.

Aku pun bergegas ke lantai 2 dan masuk kamar  tak lupa mengunci pintunya. Aku pun ke kamar mandi untuk bersih bersih lalu tidur karena hari ini cukup melelahkan baginya.

¤¤¤¤¤¤¤¤

Part nya pendek ya, kkk. Maaff😂😂
I hope you like gaessss
See you next part  awkeyyy

Salam tjinta,
Pacarnya jefri nicol❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RafellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang