[3] Langit

52 5 0
                                    

Hidup itu tentang bagaimana caranya kita memanfaatkan kesempatan lalu menjadikannya peluang untuk berusaha~

*****


Selepas dari kantor magang, Langit sudah duduk manis di tempat favoritnya, pojokan kafe Senja. Ia tampak serius memandangi layar laptop di hadapannya. Jemarinya menari dengan sangat lincah di atas papan keyboard.

Pecinta Sajak adalah nama blog pribadi milik Langit yang telah ia kelola sedari duduk di bangku kelas 2 SMA. Isinya hanya sebatas review tempat-tempat menarik dan kumpulan sajak atau puisi. Ia mencintai dunia sastra sejak dirinya masih Sekolah Dasar. Dulu saat akan memilih jurusan kuliah, ia sempat memilih jurusan sastra Indonesia, namun karena tantenya melarang, akhirnya Langit memutuskan untuk mengambil jurusan komunikasi.

"Permisi Mas, mau pesan apa? Saya lihat dari tadi belum pesan" suara seorang pelayan membuyarkan konsentrasi Langit.

"Oh iya dari tadi saya belum pesan. Seperti biasa aja mbak pesanannya" ucap Langit pada sang pelayan.

"Oalah, Mas Langit toh, tak kiro sopo to mas kok ketoe kenal. Beres mas pesenane, satu susu coklat panas dan dua roti bakar nuttela to mas" jawab sang pelayan diiringi dengan acungan jempol dari Langit.

Saking seringnya Langit mengunjungi kafe Senja, para pelayan di kafe ini pun sampai mengenali Langit dan sudah hapal menu favoritnya. Seperti contohnya, seorang pelayan perempuan yang tadi melayani Langit saja sampai akrab dengannya, kebetulan orang Jogja, sama seperti Langit, jadi ia menggunakan bahasa Jawa yang santai.

"Siapa tadi Shev yang pesan? Kok lama? Apa ada pelanggan yang komplain? tanya seorang pria paruh baya pada Sheva, pelayan yang tadi melayani pesanan Langit.

"Oh endak Pak, tadi itu Mas Langit yang pesan" jawab Sheva pada pria paruh baya tersebut yang tak lain adalah atasannya. "Saya anter ini dulu ya Pak" ucap Sheva melanjutkan saat pesanan untuk Langit datang.

"Ini Mas pesanannya, silakan" Sheva berkata sambil meletakkan segelas susu coklat panas dan sepiring roti bakar isi nuttela.

Langit mengucapkan terimakasih setelah itu sang pelayan pergi meninggalkan meja Langit. Sheva ini adalah adik tingkatnya di kampus. Mereka bertemu saat ospek. Saat tau bahwa Sheva adalah orang Jogja dan anaknya cukup asik, Langit tak segan-segan untuk mengajaknya kenalan. Sheva juga bekerja paruh waktu di kafe Senja. Entah mengapa Langit menanggap Sheva itu anak yang unik.

Ting!

Sebuah pesan masuk di ponsel milik Langit.

Dari Ahmad ternyata.

mm_Ahmad
Lang, dicariin Ressa ki. Di rumah ku.

Ressa? Ada apa gerangan malam-malam begini mencari Langit? Kenapa tidak langsung ke rumahnya saja. Kenapa harus pergi ke rumah Ahmad? Apa ini ada hubungannya dengan kejadian tadi sore?

Langit
Ngapain nyari aku? Kenapa ngga chat langsung atau ke rumahku?

mm_Ahmad
Ya gatau, pokoknya suruh bilang aja dicari gitu.
Ponselnya Ressa low bat

Langit
Bilangin aku ngga bisa,
suruh aja dia pulang.

mm_Ahmad
Halah Lang, kejam kali lah dirimu ini, cewek loh dia malem-malem begini kau suruh pulang sendiri. Aku tak mau ya antar dia. Ada apa-apa nanti sama dia, kau yang tanggung.

Langit
Ngga usah sok-sokan Batak
orang Jawa tulen aja kok bergaya.

mm_Ahmad
Iyo, rak usah mengalihkan topik pembicaraanku (Iya, ngga usah mengalihkan topik pembicaraanku)

Langit HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang