ㅤㅤ
ㅤ
ㅤ
Dari seribu macam cara,
aku memilih sakit sebagai sumber kebahagiaanku.
ㅤ
ㅤ
ㅤ
※※※
ㅤ
ㅤ
ㅤ
Kalau Renjun boleh jujur, pribadinya sangatlah sensitif. Bukannya merendah atau tinggi hati, Renjun sendiri tidak yakin apakah perasaan yang sensitif merupakan sifat yang buruk atau sebaliknya.
ㅤ
Karena saat melihat Jaemin memasuki ruang lukisnya dengan air mata yang berlinang di sisi wajahnya, Renjun merasa ulu hatinya terasa sakit bagai ditusuk oleh ribuan belati yang dibaluri oleh racun.
ㅤ
Tangannya yang semula sedang membersihkan kuas-kuas penuh cat minyak dipeperkan dengan sembarang ke baju yang dikenakannya, padahal Renjun begitu mencintai kebersihan diri saat melukis. Tapi ketika itu menyangkut sahabat terbaiknya, Renjun tak lagi peduli dengan kebersihan.
ㅤ
"Jaemin, ada apa?" tanya Renjun bernada penuh kekhawatiran, dengan segera dia memeluk Jaemin dan mengusap punggung bagian belakang laki-laki itu, mengabaikan noda dari cat minyak yang tidak sepenuhnya bersih di telapak tangannya.
ㅤ
"Jeno mengucapkan sesuatu yang menyakitimu?"
ㅤ ㅤ
Renjun tau itu mustahil. Jeno sangat menyayangi teman-temannya, tidak mungkin dia menyakiti Jaemin yang notabenya adalah salah satu sahabat dekatnya. Dan gelengan yang Jaemin berikan membuatnya sedikit tenang. Laki-laki itu lebih memilih membalas pelukan Renjun seerat mungkin daripada menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya.
ㅤ
"Maafkan aku," ujarnya terbata-bata, penuh isakan yang membuat belati tak kasat mata semakin menusuk hati Renjun kian dalam.
ㅤ
"Eh?" Renjun memenjat tanpa sadar dalam pelukan Jaemin, pergerakan tangannya di punggung Jaemin memelan dan dia menjauhkan diri untuk menatap wajah sang sahabat penuh rasa penasaran.
ㅤ
"Maafkan aku," Jaemin mencoba kembali bersembunyi di dalam rengkuhan Renjun, tapi laki-laki asal Jilin itu menahannya. Renjun tidak suka mendengar orang dihadapannya itu meminta maaf, Jaemin tidak pernah berbuat salah padanya. Tidak pernah menyakitinya, tidak sedikit pun.
ㅤ
"Beritau aku, apa yang membuatmu begitu menyesal hingga meminta maaf padaku, Nana?" panggilan akrab itu diselipkan untuk membuat Jaemin lebih tenang, niatnya. Tapi yang didapati justru isakan Jaemin yang semakin keras.
ㅤ
"Jaemin! Jaemin! Ya Tuhan, maafkan aku. Jaemin! Jangan menangis!" Renjun menjadi lebih kalap daripada sebelumnya. Ditangkupnya wajah Jaemin dan diusapnya air mata yang terus mengalir dari mata kecokelatan milik Jaemin. Dengan tangan berbalurkan cat minyak, Renjun tanpa sengaja meninggalkan bercak kecoklatan di sekitar wajah Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Happiness
FanfictionRenjun terlalu akrab dengan rasa sakitnya sendiri. Bahagia dan rasa sakit, baginya tidak ada bedanya. Dan sejauh ini... Tidak pernah ada keluhan. Warning : AU! TYPO(s)! BoysLove! NoRenMin yang lebih condong ke NoRen. Dan bahasa yang amburadul.