Bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu, namun sepasang mata coklat itu belum berpaling dari selembar kertas di tangannya. Ia berdiri di atas balkon sambil meratapi nilai yang tertera di kertasnya. Nilai yang sangat jauh dari ekspetasi.
Rasanya ia ingin mencuri mesin waktu doraemon sekarang juga. Setidaknya ia bisa membuat kertas contekan dulu di tempat pensil atau di kolong meja.
"Nilai lo berapa?" Salsa berdiri di samping Karin dengan kertas yang baru saja ia lipat lalu dimasukkan ke dalam saku.
"Lumayan si,"
"Berapa?"
"Ya..Lumayan."
"Berapa anjir?" dengan geram Salsa merebut kertas yang Karin sembunyikan di belakang roknya. Nilai 'lumayan' yang ternyata berhasil membuat Salsa membuka mulutnya membentuk huruf O.
"Ini lumayan apaan coba? lumayan buat direnungin maksud lo? Yakali nilai 30 lumayan! Gue kira nilai 75 gue udah paling kecil, ternyata--"
"Ck," Karin menarik paksa kertas miliknya, membentuknya seperti bola, dan membuang bola kertas itu ke bawah. "Itu harus nya 80! Pas bu Laela nilai punya gue, tinta pulpennya hampir habis jadi cuma 30 yang ketulis. Setengahnya lagi nggak keliatan."
"Bego"
"30? Gue 100 coy!!!" kata Robi sambil melebarkan kertasnya di depan mata Karin.
"Lo sih pada buru-buru amat ngumpulinnya, padahal kunci jawaban bu Laela ketinggalan di meja guru."
"Tapi kok kemarin gue galiat?"
"Yaiyalah orang gue simpen di kantong gue, hahaha"
"Anjirlah gak bagi-bagi" Robi terkekeh sesaat, kemudian memandang Karin yang sedang menopang dagu sambil menatap lurus ke depan. Robi tebak, gadis itu masih meratapi nilainya. "Yaelah Rin. Gausah dipikirin, kan ada gue.."
"Lo mau bantuin gue remed?"
"Ya nggaklah, gue bantuin doa aja. Kekuatan doa itu melebihi segalanya, Rin."
"Tai."
********
"Eh nyobain punya lo dong," Salsa merebut pop ice taro punya Karin, lalu meminum setengahnya. "enakan vanila. Untung gue gak beli yang ini, ni ah ga like."
"Sisa setengah gini lo bilang ga like, Anjir!" Salsa meringis pelan saat Karin menoyor kepalanya.
Karin kembali menyeruput minumannya, ia mengedarkan pandangan ke kanan kiri sampai akhirnya menatap salah satu warung yang sepertinya hanya dipenuhi dengan kelas ipa-3, yaiyalah, hari ini mereka makan gratis disana. Who says no?
"Ca, kok kayanya itu warung bu Tari penuh ama kelas ipa-3 ya?"
"Ulangtahun kali, Pajak Ultah."
"Danis!!" Karin melambaikan tangannya pada Danis, memberi isyarat agar Danis menghampirinya. "ada acara apaan kelas lo? kok warung bu Tari penuh ama ipa-3 semua?"
"Yaiyalah, hari ini kita lagi ngerayain hari kemenangan. Makanya warung bu Goyang di boking sama kelas gue,"
"Hari kemenangan?"
"Iya, hari kemenangan dari pak Endang. Kelas gue udah bebas dong dari si Katob. Lo gabung aja sama kita, Randy yang bayarin, ada Rara juga disana. Gue duluan deh."
"Hah? makan gratis? ayo Rin kita gabung, kapan lagi?!!" Salsa berdiri menggenggam tangan Karin, bersiap menyeret Karin untuk ikut bersamanya. Tapi gadis itu masih diam di tempat sambil mengerutkan dahi, ia sedang berusaha memahami ucapan Danis. "Bebas dari pak Endang? maksudnya apa?"
Karin cepat-cepat mengalihkan matanya ke objek lain setelah tatapan nya bertemu dengan Randy. "Ca, ke kelas aja yuk,"
"Kesana dulu elah, sebentar doang. Lagian ya--"
"Salsa!!" Salsa menoleh saat Randy memanggil namanya, Cowok itu mendekati meja mereka dengan segelas es teh di tangannya.
"Lo gak mau nyobain mie legendnya bu Tari?" Mie legend adalah Mie ayam yang sudah dijual bu Tari selama 10 tahun di kantin SMA ini, makanya disebut mie legend.
"Nahan amat, join aja kali?"
"Rin kesana yuk..."
"Ngga deh, gue masih bisa bayar sendiri. Gue ke kelas." Karin mengayunkan kaki nya keluar dari kantin. Sedangkan Salsa masih bingung di tempat. Hatinya menyuruh untuk segera menyusul Karin, tapi perut nya berkata lain.
*****
Beberapa menit berlalu, Randy belum juga bergerak dari tempatnya. Sekarang Randy disini, di depan kelas ipa-6, kelas Karin tentunya. Berdiri dengan satu kaki yang sengaja ia tekuk ke tembok dan tangan yang dilipat di dada. Jam terakhir di kelasnya tadi mendapat free class jadi Randy langsung menuju kelas Karin untuk menagih janji yang telah mereka buat beberapa jam lalu.'Kringgg!!!'
Satu persatu murid ipa-6 mulai berhamburan keluar kelas, namun orang yang ia cari belum menampakkan batang hidungnya. Randy memasukkan kepala nya ke celah pintu, berusaha mengintip ke dalam. Sisa 3 orang lagi di dalam; Rara, Salsa, dan Karin.
Ia mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi chat, lalu mengetik sesuatu di dalamnya.
*******
Salam,
DwiNurlieka🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE is PUZZLE
Dla nastolatkówJika kebahagiaan itu karena cinta, katanya, kesedihan akan menjadi akhirnya. Jika mimpi indah itu karena cinta, katanya, mimpi buruk akan menjadi endingnya. Jika tertawa itu karena cinta, katanya, menangis pun akan menjadi kemudian. Lantas.. Jika se...