Sebagai pembuka, ini lanjutan dari cerita Summer, dan ini waktunya udah maju sekitar lima tahun kemudian saat Eunha dan Jungkook udah lulus kuliah dan udah kerja. So, semoga suka, semoga terhibur dan semoga menikmati.
❄❄❄
Eunha menghela nafasnya kasar, entah untuk yang keberapa kali gadis itu melakukan hal yang sama. Ia kembali mengetuk meja dengan jemari berkutek pink, sembari sesekali melihat ke arah pintu masuk, berharap yang di tunggunya segera tiba.
Handphone yang ia simpan di atas meja bergetar, disusul alunan piano klasik, menandakan panggilan masuk, Jungkook calling...
Eunha dengan amat berat hati mengabaikan panggilan itu, gadis itu tau, mungkin panggilan itu secara tak langsung panggilan untuk Eunha segera meninggalkan restoran yang menjadi tempat janjian mereka. Bukannya Eunha peramal, tapi setelah lulus kuliah dan mereka berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing Jungkook jadi sering mengabaikannya, melupakan janji yang ia buat, dan itu bukan hanya terjadi sekali, tapi terlalu sering, hingga Eunha sepertinya sudah mencapai batas kesabarannya malam ini.
Eunha mematikan handphone tanpa mengangkatnya terlebih dahulu, gadis itu menarik tas tangannya sebelum meninggalkan restoran, ia merasa sejam sudah cukup memberi Jungkook toleransi, dan ia sudah lelah hari ini. Terima kasih, Eunha sudah kenyang mendengar semua alasan Jungkook.
Gadis itu tiba dirumahnya setengah jam kemudian, langsung membanting tubuhnya ke atas kasur, Eunha menangis.
Ia bosan, hampir lima tahun hubungannya dengan Jungkook seperti jalan di tempat, tahun lalu mereka memang sudah bertunangan itupun hanya agar Eunha tidak pergi kemanapun dan agar gadis itu tetap di samping Jungkook, maka dari itu Jungkook mengikatnya, bukan dalam artian mengikat dengan mengekang, hanya saja saat pria lain melihat Eunha setidaknya mereka tahu, gadis itu sudah memiliki pemilik.
Eunha tentu saja setuju, karena ia juga sudah lelah. Berharap ia dan Jungkook segera mengakhiri hubungan yang orang bilang hanya permainan waktu kau remaja, dan kini usia Eunha sudah menginjak 25, bukan usia yang pas untuk seorang wanita dewasa bermain-main dengan istilah pacaran.
Hanya saja terkadang akhir-akhir ini Eunha sering merenung sesaat sebelum ia tidur, ia kembali bertanya, apakah pria yang dipilihnya itu sudah benar? Apakah memang Jungkook pilihan terakhirnya?
Eunha bingung.
Tok tok
Eunha terperanjat, gadis itu kaget saat pintu kamarnya di ketuk. Gadis itu buru-buru menyeka air matanya sembari melihat pantulan dirinya sebelum membukakan pintu. Eunha berpikir itu ibunya, karena saat pulang ia tetap melangkah walau sang ibu memanggil.
"Happy Anniversary, bunny." Kata Jungkook, dengan sebuket bunga di tangannya. Pemuda itu melangkah sembari merengkuh Eunha ke dalam pelukannya, mencium kening gadis itu cukup lama.
"Kenapa pergi, dan kenapa tak mengangkat telfonku, hm?" Tanya Jungkook saat pelukannya terlepas, Eunha menggeleng sembari menerima buket mawar dari Jungkook, dan gadis itu kembali menangis.
" Hiks...Ku pikir kau menelfon akan bilang... Kalau kau hiks... kau tak bisa datang karena sibuk dengan pekerjaanmu. Makanya aku matikan handphone dan memilih pulang." Cerita Eunha sambil sesenggukan. Jungkook menangkup pipi gadis itu sebelum mengecup bibirnya sekilas.
"Sejahat itu ya aku, sampai saat menelfon saja kau bilang aku akan membatalkan janji? Padahal aku hanya ingin di pesankan steak, agar saat aku datang makananya sudah jadi." Eunha merunduk malu, pipinya memerah, membuat Jungkook semakin gemas, ia tidak yakin jika gadis di hadapannya ini seorang tante berusia 25 tahun.
"Kau besok mau ikut denganku, tidak?" Tanya Jungkook lagi sembari memainkan pipi Eunha.
"Kemana?" Eunha bertanya dengan susah payah karena bibirnya tertahan oleh tangan Jungkook yang memainkan pipinya.
"Ke Playgroup, aku ingin mendaptarkanmu kesana. Sepertinya guru disana tidak keberatan menambah satu murid lagi." Eunha memukul lengan pemuda itu cukup kencang, ia sebal karena Jungkook selalu saja mengatainya anak kecil.
"Ish!"
"Kau sudah makan?" Eunha menggeleng, karena ia memang belum makan. Bagaimana ia makan saat yang mengajak makan malam tak kunjung datang.
"Mau makan di kedai sundae atau makan tteokpokki?"
"Makan malam di restoran mewahnya di ganti dengan makanan kedai pinggir jalan, huh?"
"Kau masih ingin makan disana?"
"Tidak, kita makan tteokpokki saja." Ujar gadis itu, perasaan kesalnya menguap begitu saja sejak Jungkook berdiri di depan pintu kamarnya dengan membawa bunga dan sebuah pelukan plus bonus ciuman dan tambahan makan malam di kedai tteokpokki. Itu sudah lebih dari cukup untuk menghilangkan rasa kesal Eunha.
"Ayo! Tunggu apa lagi." Kata Eunha setelah bersiap, dengan tasnya dan selesai menaruh bunga mawar dari Jungkook kedalam wadah berisi air di dalam kamar mandi pribadinya agar tidak layu.
"Kau tahu tidak? Tadi aku hampir saja menangis di restoran karena kau tak juga datang." Keluh Eunha sembari menuapkan potongan tteokpokki panas kedalam mulutnya, hingga bibirnya bergerak tak karuan mebahan panas, obat lelah Jungkook saat melihat gadisnya bahagia seperti saat ini.
"Maafkan aku." Katanya, sembari menyeka sisa saus yang tertinggal di ujung bibir Eunha.
"Kau tidak makan?" Jungkook tidak menjawab, hanya membuka mulutnya meminta Eunha menyuapinya.
"Sepertinya yang harus masuk playgroup itu kau, bukan aku."
"Noonaya... Jungkookie mokkoocyipo mokkocyipo.." Kata Jungkook beraegyo, membuat Eunha mendelik geli, dan tiba-tiba saja Jungkook melahap tteokpokki yang ada di pegang Eunha sambil tertawa penuh kemenangan.
"Oh iya, Sejeong noona menanyakanmu, dia bilang Sewoo merindukan bibinya yang jelek ini. Kapan akan main ke Busan?"
"Pekerjaanku akhir-akhir ini sedang banyak, nanti aku akan mengatur waktu untuk liburan. Ibu juga menyerahkan tugasnya padaku, karena belakangan kondisinya tidak terlalu baik." Jungkook mengusap kepala gadisnya dan mengangguk, sebagai tanda ia paham keadaannya.
"Ya sudah, habiskan. Sudah semakin larut aku harus mengantarmu pulang dengan aman sampai tujuan."
"Kau juga makan, Aa..." Eunha menyuapinya sampai akhir.
Continue~
KAMU SEDANG MEMBACA
❥ Winter - Eunkook 🐰
FanfictionEunha menyukai musim dingin, Jungkook juga. Satu hal besar yang harus mereka korbankan demi musim bersalju yang indah itu, berhentinya pertumbuhan bunga yang selama ini mereka jaga, di musim sebelumnya. Dingin, terlalu kaku, terlalu beku, dan membos...