1

214 13 11
                                    

Waktu itu, hari Jumat, pas lagi jam pelajaran setelah istirahat pertama.









Karna saat itu mata pelajarannya sangat amat membosankan, jadi Efa sama Yena, Ziu, dan Mitha memutuskan untuk membolos di rooftop alias atap sekolah.

Tempat langganan, yaitu pojokan rooftop. Disana mereka bisa tidur siang, makan, ngerokok, bahkan main kartu UNO. Karna tempat itu bener-bener berada di pojokan, jadi anak OSIS jarang—bahkan hampir nggak pernah dateng kesini. Ruang lingkup pengelihatan CCTV pun nggak nyampe kesini.

Makanya hampir setiap pelajaran yang bosen kayak Biologi, Bahasa Asing, dan Seni Budaya, keempat ciwi itu nongkrong di rooftop.





"Eh, kalian udah denger belom? Katanya udah di tentuin ketua OSIS yang terbaru," ujar si Mitha, biang gosip di grup ini. Cewek itu ngomong sambil matanya terpaku sama hapenya, seolah-olah semua informasi ada di dalem gadgetnya yang bercasing Doraemon itu.

"Tau gue, sekelas pada ngomongin kan?" Sahut Ziu. "Siapa yang jadi ketuanya? Lupa gue."

"Ituuuu," Yena menggantung kalimatnya buat mikir, "si Suga, anak kelas dua-belas. Yang ganteng banget." Jawabnya.

Efa langsung menaikan sebelah alis, "lah? Kelas tiga? Bukannya 'dah nggak boleh ya? Kan udah mau lulus, jing."

"Gara-gara itu bego," sahut Mitha. "Kelas sebelasnya nggak ada yang bener satu pun, jadi terpaksa dipilih lah si Suga-Suga itu."

Semuanya pada mangut-mangut sok ngerti. "Eh, tapi si Suga itu anak baru kan? Cepet juga tu anak dapet kepercayaan dari guru." Kata Yena, bangkit dari duduknya.

"Mau kemana?" Tanya Efa.

"Kamar mandi bentar, kebelet gue daritadi." Dan dengan begitu, Yena langsung ngacir keluar dari rooftop.

"Anak baru sih iye, tapi die itu keponakannya guru siapa gitu, lupa gue, pantes aja di angkat jadi ketos," kata Mitha.

Efa cuman ber-oh-ria, sambil ngeluarin rokok dari dalem bajunya. Iya, dari dalem seragamnya. Biar kalau ada razia dan semacamnya itu, Efa selamat walafiat. Karna nggak mungkin guru ampe ngubek-ngubek ke baju.

"Tai, mau ngerokok ya lo?" Tanya Ziu.

"Iye, mau lo?"


"Ogah." Katanya sambil berdiri. "Kantin dulu ye beli makanan bentar, mau apaan lo bedua?"

"Eh, ikut!" Sahut Mitha, ikut berdiri.

"Dih anjing, terus gue gimana? Sendiri?"

"Iyelaaaah, udeh biasa jomblo kan lu. Gausa sok."


"Monyet. Yaudah titip makaroni pedes." Efa mengeluarkan duit lima-ribuan dari kantong roknya.

"Lo yang monyet," balas Ziu sambil berjalan keluar rooftop, diikutin sama Mitha.






Nah kan, apa dikata tentang omongan mereka semua?






Sampah abis.




•••


Setelah menunggu beberapa menit, Yena kaga balik-balik juga. Ziu sama Mitha ampe udah balik lagi, dan Efa udah ampe nyebat untuk kedua kalinya.

"Yena balik ke kelas?" tanya Efa pada Ziu.

"Kaga tau, telpon coba, hape gue mati." Balasnya. Efa pun nengok ke arah Mitha, dan cewek itu langsung mengangkat hapenya yang layarnya hitam pekat, walaupun udah dipencet tombol powernya. Seolah-olah mengisyaratkan Efa, kalau dia lah yang harus nelpon Yena.

"Oks." Gumamnya sambil mengeluarkan hape dari kantong.

Efa mematikan mode airplane, lalu membuka aplikasi LINE.




ting

ting

ting

ting

ting



"Buset, apaan tuh?" tanya Mitha pas ngedenger ringtone LINE yang berbunyi beberapa kali, secara beruntun.

"Yena kali." balas Efa kalem. Dan ya, beneran Yena. Doi ngeLINE Efa cukup banyak.

Dari luar roomchat, chat terakhir yang Yena kirimim adalah;













yena   now
sumpah, lo mending cabut dari situ. minimal beresin rokok lo, CEPET GOBLOG!1!1!2!2!2!









Bersamaan dengan Efa yang membaca LINEnya Yena itu, Ziu dan Mitha bersamaan mencengkram tangan Efa.

'Aduh, kayaknya gue tau nih, ada apaan.' batin cewek itu, menaruh hapenya.




Efa mendongak, mengikuti arah pandang Ziu dan Mitha, dan melihat sesosok cowok yang menatap mereka bertiga dari kejauhan, sambil bertolak pinggang.



Rokok yang ada di mulutnya Efa,

Pas banget jatoh pas nyadar almet hitam dengan corak emas yang dipakenya itu.












Almet OSIS.





•••••••••





"Oh mai gaaaaaat! Mati gue, perut gue ke-kenyangan, gabisa lari." Ujar Mitha sambil ngos-ngosan.

Sekarang, mereka bertiga lagi lari dari kejarannya si anak OSIS ber-almet hitam-emas.

Tapi gara-gara alasan Mitha—yaitu kekenyangan—mereka harus berhenti dulu di lantai dua. Deket perpustakaan.

"Eh wOI, lari anjing, jangan diem. kalau keciduk gimana?!" pekik Efa, diem-diem panik juga kebawa suasana. "Itu si anak OSISnye dari mukanya keknya dia cepet larinya, makanya kita harus lari juga!"

Ziu jongkok ngikutin Mitha, "Tai tai tai, gue udah pernah di kejar kayak gini juga. Tapi kok sekarang gue deg-deg'an banget?!"

"Makanya lari, monyet-monyet ku! Jangan diem! Ayo kita ke kamar mandi cewek lantai satu, nggak mungkin di incer sama OSIS tadi."

"Tunggu disini dulu plis, bilang aja mau ngembaliin buku." gumam Ziu.

"Ngembaliin buku apanya?!!!!!!! Jelas-jelas kita keciduk nongkrong!" Efa udah gila. Kepalanya rasanya penat banget. Pengen lari aja ninggalin temennya, tapi Efa kan orangnya setia kawan.
Jadi dia mikir dua kali buat ngelakuin itu.


"Sumpah, percaya sama gue. OSIS itu gabakal nyari kita di lantai satu, Ziu, Mit. Ayo makanyeeee!"

Ziu dan Mitha menghela napas bersamaan. "Yaudah deh." ujar Ziu.

Pas mereka semua mau otw ke tangga, ada suara cowok teriak di belakangnya, kenceng banget. Efa, Ziu, sama Mitha sampe terloncat di tempatnya.












"HEI KALIAN MAU KEMANA?!!" teriak suara itu.

Efa nengok, dan melihat guru paling killer di sepanjang masa, pak Oscar, dengan cowok OSIS tadi yang ngintilin dari belakang.



"AKHSHSKAKIAKAKALAL—" mereka bertiga sesek napas.



•••••




Vote ya geng wkwkwk

Rokok  🚬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang