9

42 6 6
                                    

"Gais, gue mau pipis dulu ya." ujar Efa sambil bangkit dari duduknya.

Mitha, Ziu, sama Yena serempak menoleh ke arah Efa. "sendirian?" tanya Mitha.

"Iye, lo jagain sini aja. Kalau ada OSIS atau guru, langsung kasih tau. Biar nggak kayak waktu itu," jelas Efa, flashback dimana mereka berempat di ciduk sama OSIS dan nggak bisa kabur untuk pertama kalinya.

Ketiga temannya itu mengangguk, lalu Efa pun langsung meninggalkan rooftop.






Setelah selesai berurusan dengan panggilan alamnya itu, pas mau balik ke rooftop, di koridor, Efa ngeliat Suga lagi nyender ke jendela sambil memainkan hapenya. Semakin dekat posisi Efa dengan Suga, cowok itu belom menyadari kehadiran sang cewek itu. Makanya, ide usil muncul di benaknya Efa.

Diam-diam cewek itu mendekat, lalu dengan cepat ia itu merebut hapenya Suga.


"Dih—?!" pekik Suga.



"HAYO LOH! LAGI NONTON BOKEP YA?!" pekik Efa, "bolos pelajaran kan lo anjing? Ngaku! Gue aduin ke pak Oscar baru mampus lo." cerocos cewek itu panjang lebar.

Tapi ya namanya Efa, kadang rada-rada lambat otaknya. Udah tau Suga lebih tinggi dari dirinya, ini malah hapenya di angkat ke atas kepalanya. Jelas jelas cowok itu dengan mudah bisa mengambilnya.


Terjadilah adegan tarik menarik antara Suga sama efa.


"Ezarean, balikin." kata Suga, mencengkram sekaligus menarik lengannya Efa, "itu gue ada panggilan urgent."

"Panggilan urgent kok buka line?" tanya Efa dengan senyuman jahil. "chattan sama gebetan ya???"

"Gebetan ndas mu!" sungut Suga. "cepetan Efa, balikin. Gue nggak mau bercanda sekarang."

"Siapa yang bercanda sih? Gue nanya serius kok," cibir cewek itu, masih mempertahankan genggamannya pada hape Suga yang keliatannye sih iPhone X.

Suga berdecak keras, lalu menepis tangannya Efa. "Terserah lo deh. Berurusan sama lo bikin capek lahir—, ha?"



Suga bingung melihat Efa yang menatap keluar jendela dengan tatapan horror. Lalu ketika cowok itu menyadari hapenya udah nggak ada di genggamannya Efa, Suga langsung mengikuti pandangan cewek itu keluar jendela.








Di bawah sana, di perkarangan sekolah, Suga bisa melihat hape tersayangnya tergeletak tidak berdaya. Hapenya dalam keadaan mati, dan ada banyak retakan yang bisa di liat di kacanya.

"Hahahahahahhahaahha anjir, kaget gue, jatoh, anjing." Efa mengusap tengkuknya, sambil pelan-pelan mundur. "Aduh! Harus balik ke kelas nih, belajar! bye, Suga—"




Dengan kecepatan 0.1 detik, Suga langsung menarik lengannya Efa. "Ambil. Sekarang." ujarnya dengan tatapan menusuk.


•••


"Lo harusnya tadi nggak nepis tangan gue, Su." kata Efa mengambil hapenya Suga dari tanah. "Liat nih jadi jatoh kan. Untung aja cuman jatoh dari lantai dua. Coba jatoh dari lantai empat, mati lo."

Suga menghela napas pasrah. Kok hari-harinya makin suram ya, sejak kedatangan satu cewek ini?




"Ini semua nggak terjadi kalau lo mggak main-main," katanya dengan nada lesu. Seolah-olah jiwa dan raganya ikutan jatoh dari lantai dua.


Efa memberikan hapenya kembali ke Suga. Jujur aja sih, Efa ngerasa bersalah ngejatohin hape model terbaru itu dari lantai dua. Tapi ya mau gimana lagi? Apa yang terjadi, sudah terjadi. Efa pun nggak bisa mengulang waktu untuk nyelamatin iPhone X-nya Suga.


Suga menatap hapenya untuk beberapa saat, sampai cowok itu menghela napas untuk kesekian kalinya, lalu memasukan hapenya ke dalam kantong celananya. "Ezareab, jangan bolos lagi lo." katanya, lalu berjalan menjauh.

"Suga, nih deh pake hape gue anjir, gue ngerasa bersalah sama lo." kata Efa sambil memberikan hapenya ke Suga, tapi tanpa berpikir panjang, cowok itu langsung menolaknya.

"Nggak usah."



"Hape lu gembel." Tambah cowok itu.





Makin gondok aja dah tuh Efa, tapi merasa bersalah juga.



"Yaudah, nih," Efa berjongkok, seperti menulis sesuatu.

Setelahnua cewek itu memberikan duit lima-ribuan yang ada tulisan nomornya, dan ID LINEnya kepada Suga. "Nih, kalau ada apa-apa, hubungin gue aja. Gue available 24 jam."


Suga diam sebentar, lalu mengambil duitnya. "Lo itu goblok apa gimana sih?" tanya Suga yang membuat Efa mengernyitkan alisnya.


"Apaan si jing. Salah mulu gua."

"Hape gue aja rusak, gimana gue bisa ngehubungin lo, pinter?" tanyanya, dengan sedikit sarkas di akhir kata.




Efa diem.











Malu gitu. Udah keren-keren ngasih nomor telpon, eh di jatohkan begitu aja.






"Lo katanya mau ngebantu gue kan?" Suga berbalik, "nggak usah bolos pelajaran seminggu aja, udah bikin gue tertolong." Katanya, lalu langsung pergi dari tkp.


"Yaudah." balas Efa cepat.





Suga tersenyum kecil, lalu memasukan duit lima-ribuan yang ada nomornya Efa itu ke dalam kantongnya.
























kembali lagi ke rooftop, nyatanya Efa malah sebat, bukannya belajar ke kelas.



•••


a/n: vomments ya beb wkwkwkwkwk

Capek ngedit gais pt. 2

Rokok  🚬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang