Hanya beberapa detik setelah memberi jawaban tidak, ia bisa mendengar sedikit isakan dari adiknya. Semua kejadian di depannya saat ini benar-benar membuatnya lebih terkejut. Menangis? Serius? Bahkan dia tidak ingin percaya dengan apa yang dia lihat. Chen mengulurkan tangannya, merengkuh adiknya dengan pelukan ringan, "Hei ... aku hanya bercanda, maaf,” terangnya. “Lagi pula kau ini aneh, kenapa bertanya begitu? Sudah jelas aku akan disini sebagai kakakmu, kau kira aku mau kemana?”
Chen merasakan sebuah gelengan samar, "Kau tidak sedang berniat membuatku mati kehabisan napas, kan?"
Mendengar ucapan kakaknya, Keryl dengan segera melepaskan tangannya, dan menjauh beberapa langkah untuk memperlihatkan wajah tidak sopannya, "Setelah dipikir-pikir, kau akan tetap bersamaku meski kasat mata," katanya sambil tersenyum.
"Hah?"
"Lupakan," katanya sambil lalu.
"Jangan membuat kakakmu penasaran!"
"Aku sudah lupa karena lapar," ujar Keryl sambil melangkah maju dengan tangan yang melambai.
"Hei!"
-*-
Dikarenakan hari ujian kelas dua belas semakin dekat, semua siswa kelas dua belas mengambil kelas tambahan dan para guru memberikan mereka prioritas lebih banyak. Dan karena itu pula kelas sebelas dan sepuluh dipulangkan lebih awal untuk melanjutkan perjalanan secara daring apabila jam di sekolah masih kurang.
"Sial, dimana mereka sebenarnya?" Keryl bergumam jengkel. Hatinya sudah dongkol karena berdiri sendirian selama setengah jam penuh, bahkan ketika waktu terus berjalan dari tiga puluh menit menjadi empat puluh teman-temannya belum keluar juga!
Karena terlalu lama menunggu dan kesabarannya juga mulai terkikis, Keryl mendudukkan tubuhnya di bangku dekat pohon. Dari kejauhan dia tanpa sengaja menangkap sosok tinggi yang duduk di pinggiran lapangan basket. Itu kakaknya.
"Definisi pangeran tampan," gumamnya jengkel setelah melihat segerombol penggemar fanatik kakaknya yang tidak pernah absen.
Keryl mengira hari ini adalah hari kesialannya, sebab selain menunggu di sahabatny yang tak kunjung muncul, kakaknya si pangaeran sekolah itu justru menghampirinya dengan langkah yang santai. "Jiwa introverku menjerit," gumamnya.
Chen tertawa melihat wajah kusut adiknya yang tampak tidak senang karena kehadirannya, “Sekarang kenapa?”
“Kau menghancurkan ketenanganku.”
“Bagaiana bisa?”
"Chenn!!"
"Oppa, kau sangat tampan!"
"Astaga bintang sekolah!"Menunjuk kerumunan yang berada satu meter di depan mereka, Keryl mengeratkan giginya, “Menurut kakak, kerumunan penggemar fanatikmu itu akan menenangkan susana?”
“Ya maaf jika begitu, ketampanan kakakmu ini memang terlalu berbahaya,” katanya dengan nada bangga.
"Gila."
-*-
Menjelang sore hari, Chen baru saja menginjakkan kakinya di dalam rumah, melempar tas dan menyumpal telinganya dengan earphone sebelum merebahkan tubuhnya di sofa panjang depan televisi.
“Sial!" Chen mengumpat ketika semangkuk snack tumpah ke arah wajahnya. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya penuh penekanan.
"KECOAK! ADA KECOAK! KYAAAA!" Keryl berteriak ketika binatang pipih itu membuka sayapnya dan terbang tepat ke arahnya.
Bantal sofa yang tadinya berjajar rapi sudah melayang satu persatu tanpa arah, mungkin, niat hati Keryl mengusir kecoa, tapi pada faktanya semua bantal itu menimpa wajah Chen secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hair colour Academy [1 :: END ; Revisi]
Fantasy[BOOK 1] Keryl Arsena, gadis berusia 16 tahun itu tidak pernah "baik-baik saja" ketika melihat darah, tubuhnya akan menimbulkan suatu reaksi aneh yang tidak di mengerti. Ditambah dengan kehadiran pria misterius yang selalu mengatakan "kau akan baik...